SOSOK DIBALIK PENYELAMATAN BADAK SUMATRA DI TAMAN NASIONAL BUKIT BARISAN SELATAN
Nyanyian serangga mewarnai perjalanan tim pagi ini. Dari kejauhan suara siamang terdengar lirih menyapa. Dari balik rerimbunan pohon yang menjulang tinggi, burung Rangkong Badak mendendangkan nyanyian merdunya. Derasnya arus sungai Laay di belakang kami masih terdengar jelas. Ada kedamaian yang merasuk setiap kali menjejak tanah Bukit Barisan. Pagi ini kami akan melakukan pemasangan camera trap di Resor Balik Bukit, Taman Nasional Bukit Barisan Selatan. Pekerjaan sebagai tim patroli WWF membuat tim SMART Patrol WWF terbiasa keluar masuk hutan, baik untuk tujuan mengumpulkan data satwa ataupun untuk melakukan pengamanan kawasan hutan dari maraknya aktivitas ilegal.
Salah satu anggota tim WWF yang sudah malang melintang dalam tugas ini sejak 2012 adalah Dedi Kurnia Putra. Ia adalah salah satu sosok yang berada di balik penyelamatan badak sumatera di TNBBS. Lahir pada tahun 1989 di Tanjung Anom Kota Agung Timur, daerah yang berada di kaki Gunung Tanggamus menjadi latar belakang keterikatannya dengan alam. Hidup berdekatan dengan hutan sejak kecil membuatnya merasa dekat dengan alam. Hal itu pula yang mengenalkannya pada WWF-Indonesia di tahun 2012.
Bermula dari rasa penasaran untuk berkegiatan di dalam Hutan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan, mengantarkan Dedi bergabung sebagai personil lapangan WWF Indonesia. Awalnya Ia ikut dalam tim survei badak. Dari sana Ia semakin tertarik untuk menyelami kegiatan konservasi badak dan satwa liar lainnya.
Beberapa kegiatan yang Ia lakukan bersama tim WWF dan petugas Balai Taman Nasional antara lain melakukan pemasangan kamera jebak, survey okupansi, pengambilan sample DNA satwa badak dan gajah, dan patroli pengamanan hutan. Aktivitas ini dilakukan secara regular setiap bulan dengan menggunakan aplikasi berbasis SMART.
Mengawali karir tanpa pengalaman dan pengetahuan yang cukup untuk bekerja di bidang monitoring satwa liar, mendorong Dedi untuk terus belajar dan melatih kemampuan. Salah satu cara ampuh yang sering dipraktekkannya adalah “mencuri-curi” ilmu kepada para ahli, maksudnya di setiap kesempatan bekerja
bersama para ahli maka sebanyak mungkin Ia akan bertanya, meniru dan mempelajari apa yang Ia lihat dan rasakan. Selain itu keikutsertaan dalam berbagai pelatihan monitoring dan survei badak menurutnya menjadi pembelajaran penting untuk meningkatkan kemampuannya.
Dengan pekerjaannya ini, tak jarang ia menemukan banyak hal baru yang tidak banyak dialami oleh orang lain. Ia menceritakan tentang perjumpaannya secara langsung dengan 3 ekor harimau. Meskipun dari jauh, namun cukup mendebarkan. Pernah pula suatu ketika Ia melihat buaya yang panjangnya lebih dari 5 meter di sekitar Muara Canguk Way Haru. Pengalaman lainnya adalah saat Ia dikejar ular babi (Coelognathus flavolineatus) sebesar batang pinang di Umbul Songo. Salah satu hal yang ia sukai jika tiba-tiba di tengah perjalanan, ia dan kawannya berhasil menemukan air terjun atau goa yang membuatnya berdecak kagum akan keindahan alam karunia Sang Pencipta.
Bagi Dedi, pekerjaan sebagai tim patroli berangsur-angsur mampu menumbuhkan kecintaan dan kepeduliannya pada hutan dan satwa. Tak jarang saat berada di dalam hutan, ia dan timnya berjumpa dengan satwa liar secara langsung. Hal ini melatih insting untuk lebih peka terhadap segala sesuatu yang berada di sekitarnya. Ia bercerita bahwa suatu saat di awal keikutsertaannya bersama WWF, ia bertemu dengan sekawanan pemburu. Karena memakai seragam patroli, mereka langsung mengenalinya. Untungnya waktu itu Ia berhasil lolos dari pemburu setelah berdebat panjang lebar dan berusaha mengelabui mereka. Namun bukan hanya pengalaman tidak menyenangkan saat sedang bertugas yang Ia alami. Tak sedikit pengalaman berharga yang memberikan kebanggaan tersendiri.
Salah satunya adalah ketika tim berhasil menangkap video badak sumatera lewat camera trap yang dipasang di tahun 2012. Video ini merupakan dokumentasi badak pertama yang didapatkan oleh WWF di TNBBS setelah hampir bertahun-tahun badak sumatera jarang terlihat di hutan Bukit Barisan Selatan. Video yang menjadi bukti nyata keberadaan satwa terancam punah yang sudah jarang sekali ditemukan di kawasan ini. Video inilah kemudian yang menjadi harapan baru bagi masa depan konservasi badak sumatera di Taman Nasional Bukit Barisan Selatan.
Seiring berjalannya waktu, motivasinya untuk bekerja di bidang konservasi terus bertambah dengan harapan apa yang dikerjakannya berdampak baik bagi kelestarian badak sumatera dan habitatnya di TNBBS. Setelah bekerja dalam monitoring badak sumatra selama hampir 7 tahun, tantangan yang Ia temui pun tidak sedikit. Maraknya perburuan dan perdagangan satwa liar, luasnya praktek perambahan di dalam kawasan Taman Nasional menjadi ancaman bagi kelestarian satwa ini. Menurutnya praktek perambahan dan pembalakan liar yang dilakukan di dalam kawasan konservasi akan merugikan diri sendiri karena akan berdampak terhadap kerusakan lingkungan yang menyebabkan erosi dan bencana lain. Alih-alih mendatangkan keuntungan untuk satu orang, malah mendatangkan kerugian bagi banyak orang.
Ia menambahkan bahwa perjumpaan terakhir timnya dengan badak sumatera lewat camera trap terakhir kali di tahun 2014. Setelah itu tidak pernah lagi kamera jebak WWF menangkap keberadaan satwa langka ini. Hanya sesekali tim menemukan jejak berupa tapak, kotoran, bekas urin, maupun bekas pakan yang diduga badak.
Meskipun begitu, Dedi yakin bahwa badak sumatra masih ada di TNBBS. Hanya saja badak memang sulit untuk ditemui. Hal ini karena perilaku badak sumatra yang tidak menyukai daerah yang ada gangguan. Ia pun sangat sensitif terhadap bau asing, senang hidup soliter, dan elusive. Menurutnya yang terpenting adalah bagaimana kita selalu berpikir positif sehingga kita mendapatkan kesempatan untuk menemukan kembali badak sumatera yang telah lama sulit terdeteksi sambil terus menjaga rumah mereka dari aktifitas ilegal yang mengancam kelestariaanya agar satwa ini tetap ada sampai akhir masa.
Dedi berpesan bahwa badak bukan hanya milik salah satu pihak tetapi milik semuanya sehingga dalam upaya konservasinya pun kita perlu memperkuat kerja sama dan saling merangkul dengan kuat. Sebagai pekerja konservasi yang bekerja langsung di lapangan, ia berharap perjuangannya di hutan bersama dengan anggota tim lain mampu memberikan dampak terhadap kelestarian Taman Nasional dan menjadi contoh yang baik bagi generasi muda selanjutnya.