SIKA, PULAU KONSERVASI MANGROVE DI KABUPATEN ALOR
Oleh Tutus Wijanarko
Tulisan “Welcome to Alor” yang terpampang di tengah-tengah Pulau Sika, sudah menyambut kami sebelum mendarat di landasan udara. Hamparan pasir putih bersih, berpadu dengan birunya air laut yang jernih, jadi kombinasi keindahan alam yang memanjakan mata. Pulau Sika adalah sebuah pulau kecil di timur laut Kawasan Konservasi Perairan Daerah (KKPD) Kabupaten Alor, Nusa Tenggara Timur. Posisi pulau ini berseberangan langsung dengan Bandara Mali.
Selain keindahan alamnya, Pulau Sika seluas 53,683 hektar ini juga menyimpan potensi sebagai rumah bagi mangrove atau bakau. Ketika kita berjalan mengitari pulau ini akan terlihat semacam sabuk hijau di pantai. Sabuk hijau ini adalah kumpulan dari anakan mangrove yang mulai tumbuh secara rapat. Anakan mangrove yang ditanam umumnya dari jenis Rhizopora. Ekosistem mangrove ini tidak tumbuh secara alami, namun hasil dari upaya penanaman yang diinisiasi oleh para penggiat lingkungan yang ada di Kabupaten Alor. Salah satunya adalah Bapak Onesimus Laa. Pak One, begitu biasanya ia dipanggil, adalah Ketua Forum Nelayan Kabupaten Alor yang sudah sekitar 3 tahun aktif dalam upaya penanaman mangrove di Pulau Sika. Kecintaannya terhadap upaya konservasi mangrove berawal dari perkenalannya dengan WWF-Indonesia sekitar tahun 2009. Saat itu, WWF mencoba mendorong adanya pembentukan forum masyarakat nelayan di Kabupaten Alor dengan pendekatan Usaha Kecil Perseorangan (UKP) dan kegiatan konservasi pesisir dan laut. Forum IKAN (Ikatan Anak Nelayan) Kabola, begitulah nama forum tersebut. Pada awalnya forum ini tidak tahu apa itu mangrove dan manfaatnya. Namun, begitu mereka menanam anakan mangrove di Pulau Sika, ikan-ikan kecil mulai berdatangan, begitu juga kepiting dan udang yang menandakan adanya keterkaitan fauna dengan mangrove sebagai tempat mencari makan dan berkembang biak. Upaya Pak One dan Forum IKAN ini mendapat dukungan dari beberapa pihak, diantaranya Badan Lingkungan Hidup Daerah (BLHD) Kabupaten Alor dan Universitas Tribuana(Untrib) di Kabupaten Alor. BLHD mendukung upaya konservasi ini dengan menyediakan bibit mangrove untuk dapat ditanam oleh masyarakat yang ada di sekitar Pulau Sika. Diprediksi, area penanaman anakan mangrove ini akan tumbuh menjadi pohon bakau dewasa sekitar 3 – 5 tahun kedepan apabila tidak mendapat gangguan dari manusia dan hama disekitarnya. Sedangkan UNTRIB mendukung pelestarian mangrove ini dengan menjadikan Pulau Sika sebagai pusat penelitian kajian ekosistem mangrove yang ada di kabupaten Alor.
Mengapresiasi keberhasilan upaya konservasi mangrove di Pulau Sika, Menteri Pembangunan Daerah Tertinggal (PDT) Helmy Faishal Zaini melakukan kunjungan ke Pulau Sika pada hari Jumat (22/8) lalu. Kunjungan ini bertepatan dengan agenda menteri untuk mengunjungi Kabupaten Alor, sebagai salah satu daerah tertinggal di Indonesia. Dalam kesempatan ini, Menteri PDT berkesempatan melakukan penanaman bibit kelapa di sekitar Pantai Pulau Sika. Menteri juga berpesan untuk terus melakukan upaya pelestarian alam dengan menjaga ekosistem mangrove yang dapat berfungsi menjaga pantai dari abrasi. Selain itu, penyelamatan alam akan menjadi warisan bagi anak cucu kita di masa mendatang, karena alam membutuhkan hubungan yang harmonis di antara manusia untuk menjaga kelestariannya.
Pulau Sika berkontribusi besar dalam menjaga keseimbangan ekosistem di perairan laut Alor. Hal ini karena Pulau Sika merupakan salah satu zona inti yang ada di perairan KKPD Kabupaten Alor. Zona inti ini berperan sebagai wilayah perlindungan, pelestarian, dan area rehabiltasi alami ekosistem beserta habitat dan populasi biota perairan yang ada di laut dan pesisir pantai. Dengan terjaganya zona inti, maka kelestarian ekosistem pesisir dan laut seperti mangrove, lamun, terumbu karang dan ikan- ikan karang dapat pulih dan terjaga baik