SEMANGAT PELESTARIAN TUNA DARI NELAYAN LOMBOK TIMUR DALAM PELATIHAN PANDUAN PERIKANAN TUNA
Oleh: Saraswati Adityarini, Capture Fisheries Officer, WWF-Indonesia
Dermaga Pelabuhan Perikanan Labuhan Lombok, Kabupaten Lombok Timur, dipadati armada para pemancing tuna yang rapat bersandar. Di dermaga sepanjang delapan puluh dua meter ini, tampak barisan kapal dari pemancing Mandar dan Sinjai menunggu giliran untuk bongkar muat dan bersiap berlayar menangkap lagi selama 15-20 hari. Konstruksi khas menggambarkan asal tempat para nelayan, selain tentunya dari logat mereka dan nama kapal yang mencirikan budaya Suku Bugis Sinjai dan Mandar.
Ruang tengah kapal dan deck dekat kemudi kapal tak hanya menjadi rumah nelayan saat melaut, tetapi juga ruang belajar bagi mereka.Sementara sedang bersandar, di kapal inilah, kami menggelar pelatihan Better Management Practices (BMP) Perikanan Tuna, sebagai panduan penangkapan tuna yang berkelanjutan, untuk para nelayan. Agenda ini merupakan tindak lanjut dari kegiatan bersama WWF-Indonesia dan PT Balinusa Windumas, perusahaan yang telah menjadi anggota resmi Seafood Savers semenjak April 2017.
Sebagai anggota Seafood Savers, jejaring pelaku industri perikanan Indonesia yang berkelanjutan, PT Balinusa Windumas akan menjalankan program perbaikan perikanan tuna bersama rantai suplai (supply chain) yang didaftarkan di Lombok Timur, yakni bermitra dengan UD Baura.
Selama 5 hari, yaitu 26-31 Oktober 2017, pelatihan ini dilaksanakan dengan total peserta 70 orang nelayan pemancing tuna yang juga merupakan nelayan anggota UD Baura.. Pelatihan BMP Perikanan Tuna sebagian besar dilakukan di atas armada yang merapat di dermaga, karena proses bongkar muat hasil tangkapan dan perbekalan yang tidak menyisakan banyak waktu bagi nelayan pemancing tuna ini.
Pelatihan ini mengajarkan nelayan untuk mempraktikkan penangkapan dan penanganan tuna yang lebih ramah lingkungan. Hal ini tidak hanya untuk kepentingan menjaga keberlanjutan sumber daya perikanan, tetapi juga menjamin keberlangsungan mata pencaharian nelayan.
Tak hanya berlangsung satu arah, dalam agenda ini, nelayan peserta juga diajak berpartisipasi – dengan berbagi informasi dan saran untuk penyempurnaan BMP Perikanan Tuna dari WWF-Indonesia. Melaui peningkatan nilai hasil pre test dan post test, nelayan tampak memahami materi yang disampaikan.
Dari kegiatan ini pula, kami memahami bahwa nelayan pemancing tuna belum mengetahui terkait pengaturan pemasangan rumpon serta prosedur perizinannya (Permen KP Nomor 26 Tahun 2014). Sehingga, penyerbarluasan informasi mengenai rumpon ataupun peraturan yang lainnya sangat diharapkan oleh para peserta dari pihak-pihak terkait.
“Adanya peraturan ini tidak masalah bagi kami, karena kami menyadari pengaturan ini juga untuk melindungi kami di laut nantinya, kalau terjadi apa-apa di laut lepas sana,” ucap Daeng Mahmud, Kapten Kapal Fantasiru. “Karena itu, peraturan-peraturan seperti ini perlu disosialisasikan pada kami,” tambahnya.
Pelatihan ini juga digelar di beberapa kelompok nelayan di Desa Mandar dan Desa Turingan, desa para nelayan pemancing tuna. Baik itu nelayan andon Sinjai dan Mandar yang telah memutuskan menetap di Lombok Timur, maupunnelayan pemancing asli Lombok Timur.
Peningkatan kapasitas pengetahuan dan informasi di tingkat nelayan mengenai praktik penangkapan serta aturan-aturan terkait praktik perikanan tuna ini akan terus digalakkan pada para nelayan pemancing tuna UD Baura yang merupakan supply chain dari PT Balinusa Windumas. Hal ini menjadi langkah awal dari banyak rencana aksi dalam rangka mendukung program perbaikan perikanan tuna di Kabupaten Lombok Timur.