SAMBUT EARTH HOUR 2014: GUNAKAN KEKUATAN BERSAMA DEMI BUMI YANG LESTARI
Oleh: Ciptanti Putri
Di akhir Maret setiap tahun, kampanye Earth Hour menyatukan masyarakat dari seluruh dunia untuk merayakan komitmen gaya hidup hemat energi dengan cara mematikan lampu dan peralatan elektronik yang tidak dipakai selama 1 jam. Penyelenggaraan Earth Hour di tahun keenamnya di Indonesia akan jatuh pada 29 Maret 2014, yakni pada pukul 20.30-21.30 waktu setempat. Sebuah platform baru akan diterapkan dalam gerakan global tersebut. “Earth Hour Blue” menyediakan wadah-wadah bagi masyarakat luas untuk menggunakan kekuatan yang dimiliki dalam aksi nyata bagi Bumi yang lestari.
Digagas pertama kali oleh WWF Australia dan sejumlah pihak pada 2007 dengan dukungan penuh Walikota Sydney, Earth Hour Australia dilaksanakan pada 31 Maret di kota tersibuk di Australia itu. Pada Oktober di tahun yang sama, Kota San Fransisco melakukan program pemadaman listrik yang diinspirasi dari Earth Hour di Sydney. Kesuksesan program itu membuat pihak penyelenggara di San Fransisco menyatakan kesiapan untuk bergabung dengan kampanye Earth Hour di 2008. Setahun kemudian, kampanye ini dilaksanakan serentak pada 29 Maret pukul 20.00-21.00 waktu setempat, diikuti oleh 35 negara di 7 benua, di sekitar 400 kota besar dunia. Sebuah survei online menyatakan bahwa 35 juta orang berpartisipasi dalam aksi hemat energi pada tahun tersebut.
Penyelenggaraan Earth Hour di tahun-tahun selanjutnya makin menunjukan antusiasme masyarakat dunia yang ingin menjadi bagian kampanye ini. Earth Hour 2011 tercatat sebagai tahun yang melibatkan aksi relawan terbanyak dalam sejarah pelaksanaan kampanye. Sekitar 5.251 kota di 135 negara terlibat, menjangkau sekitar 1,8 milyar orang di seluruh dunia. Jejak digital bertumbuh hingga 91 juta.
Di Indonesia, kampanye ini pertama kali disiapkan pada 2008 oleh WWF-Indonesia. Pelaksanaannya terjadi pada 2009. Sukses pun diraih oleh penyelenggara kampanye yang saat itu masih diorganisir sepenuhnya oleh WWF-Indonesia. Di Februari 2012, Earth Hour Global meluncurkan kampanye “I Will If You Will” yang segera diadopsi menjadi “Ini Aksiku! Mana Aksimu?” oleh para penggiat Earth Hour di Indonesia. Sejak saat itu kampanye mulai melibatkan komunitas di dunia yang makin bertumbuh. Lewat platform di akun Youtube, kampanye “Ini Aksiku! Mana Aksimu?” menantang komunitas digital untuk menginspirasi khalayak luas agar melakukan aksi lebih dari dari sekadar mematikan listrik selama satu jam, namun dengan menunjukan aksi nyata yang telah mereka lakukan dan membaginya lewat jejaring media sosial (Facebook, Twitter, Google+, email). Langkah tersebut menjadi cara membagi komitmen gaya hidup ramah lingkungan dengan teman, kolega, pemimpin, dan jejaringnya, serta mempromosikan lebih banyak inisiatif aksi hemat energi yang sudah diterapkan.
Saat ini kampanye Earth Hour di Indonesia telah menjadi gerakan publik yang mandiri. Tiap kota yang berpartisipasi dipacu membentuk komunitas Earth Hour sendiri dan merancang serta membentuk aksi-aksi yang sesuai dengan kebutuhan lokal. Sejak 2008 tercatat lebih dari 1 juta penduduk Indonesia menjadi bagian dari kampanye Earth Hour Indonesia.
Para pemimpin daerah dan kota pun menjadi pendukung. Di antaranya, Gubernur DKI Jakarta, Gubernur DI Yogyakarta, Gubernur Jawa Barat, Gubernur Kalimantan Timur, Gubernur Sulawesi Selatan, Kapolda NAD, Walikota 5 Wilayah di Jakarta, Walikota/Bupati dari Banda Aceh, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, Bandung, Semarang, Yogyakarta, Solo, Surabaya, Malang, Pontianak, Samarinda, dan Sidoarjo.
Memasuki pelaksanaan Earth Hour 2014, Earth Hour Global memperkenalkan sebuah platform inovatif yang terbilang baru, dinamakan “Earth Hour Blue”. Earth Hour Blue memberikan ruang dalam bentuk crowdsourcing dan crowdfunding. Keduanya memberi kesempatan bagi setiap individu untuk mendukung inisiatif-inisiatif terkait konservasi alam di seluruh dunia yang dipilih oleh Tim Earth Hour Global. Lewat crowdsourcing, individu dapat memberi dukungan non-finansial, seperti petisi, menjadi bagian dari kegiatan, dan sejenisnya. Sementara crowdfunding menjadi wadah bagi dukungan dana melalui platform online yang disediakan. Andy Ridley, inisiator dan CEO Earth Hour Global, menjelaskan sendiri konsep dari platform ini di forum Media Briefing yang siang tadi (13/02) diselenggarakan di Jakarta.
Earth Hour mendorong individu, komunitas, praktisi bisnis, serta pemerintah untuk menjadi bagian dari perubahan bagi Bumi yang lestari. Dimulai dengan langkah awal semudah mematikan lampu dan alat elektronik yang tidak terpakai sebagai komitmen hemat energi untuk Bumi, dan juga merupakan momentum menampilkan kepada dunia tentang perilaku hemat energi yang sudah dilakukan. Perilaku kecil seperti mematikan lampu atau peralatan elektronik yang tidak terpakai merupakan hal yang paling mudah dilakukan oleh siapa pun. Dengan ikut mematikan lampu bersama di Earth Hour, kita sudah membuktikan bahwa sekecil apa pun aksi yang kita lakukan, akan berdampak besar jika dilakukan bersama-sama.
Jadi, tunggu apa lagi? Daftarkan aksi ramah lingkungan yang telah Anda lakukan dan gunakan kekuatan Anda lewat crowdsourcing serta crowdfunding di earthhour.org. Seluruh aksi yang terdaftar merupakan bukti bahwa 'aksi kecil' yang kita lakukan bisa berdampak besar karena dilakukan bersama banyak orang di seluruh Indonesia, bahkan di seluruh dunia.