RUSLI SIREGAR: SANG PENJAGA HABITAT HARIMAU SUMATERA
Rusli Siregar (54) mulai bekerja pada Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Riau sejak 1984 sebagai staf honorer. Pada 1990 ia diangkat menjadi polisi hutan di BKSD setelah menyelesaikan kursus polisi kehutanan di Sekolah Polisi Negara Sampali, Medan. Rusli juga anggota Tim Perlindungan Harimau, suatu unit patroli yang memonitor ancaman terhadap Harimau Sumatera, kerja sama BKSDA Riau dan WWF-Indonesia. Selama Rusli menjabat Kepala Resor di Suaka Margasatwa Rimbang Baling, ia juga bertugas sebagai Kepala Unit Tim Perlindungan Harimau. Sejak dibentuk pada 2005, tim bertugas melakukan patroli di sekitar kawasan untuk meminimalkan ancaman terhadap Harimau Sumatera. Tim menyita jerat-jerat satwa liar yang ditemui di dalam hutan, memberikan penyuluhan dalam meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya perlindungan suaka margasatwa tersebut sebagai habitat harimau untuk mengurangi konflik manusia-harimau, serta memberi peringatan kepada para perambah bahwa perambahan merupakan kegiatan illegal.
Aktivitas rutin Rusli termasuk berpatroli di Suaka Margasatwa Rimbang Baling dengan sepeda motor. Ia dan dua orang rekannya harus memonitor kawasan konservasi yang luasnya mencapai 136.000 hektare. Rimbang Baling merupakan salah satu habitat penting bagi Harimau Sumatera. Dengan topografi perbukitan, kawasan tersebut memiliki panorama yang indah. Air jernih sungai Subayang mengaliri suaka margasatwa tersebut, dengan tepian sungai yang berpasir putih. Di beberapa tempat, batu-batu besar bertumpuk di tengah-tengah sungai membuat pemandangan semakin menawan dan menantang. Sungai ini juga berfungsi sebagai satu-satunya jalur transportasi bagi masyarakat lokal yang tinggal di sepanjang sungai tersebut menuju akses jalan.
Saat bertugas, Rusli mengaku beberapa kali bertemu dengan satwa liar, seperti rusa dan harimau, dan beberapa kali melihat jejak atau cakaran harimau. Ia sangat senang dapat melihat satwa-satwa liar itu masih ada di kawasan tersebut, namun ia sangat bersedih karena beberapa kali menemukan jerat satwa liar, termasuk jerat harimau. “Saya langsung bersihkan jerat-jerat tersebut,” ujar Rusli.
Perambahan hutan menjadi ancaman utama dari keberadaan kawasan ini. Rusli sering berhadapan dengan para perambah yang nekat dan melawan saat diperingatkan. Salah satu pengalaman buruk yang dialaminya terjadi pada 1998. Ketika itu ia dan seorang rekannya tengah berpatroli dan bertemu empat orang perambah. Mereka menolak Rusli dan rekannya yang meminta agar mereka menghentikan kegiatan di kawasan konservasi tersebut. Para perambah lantas melaporkan kejadian itu kepada bos mereka, dan Rusli dipanggil menghadap kepala desa pada malam harinya untuk dipertemukan dengan bos para perambah tersebut. Pertengkaran terjadi antara Rusli dan bos perambah, hingga tiba-tiba sang bos menghantam Rusli. Rusli pun membela diri. Untunglah masyarakat dapat melerai perkelahian tersebut. Merasa terancam, Rusli melapor kepada atasannya. Polisi kemudian diturunkan ke daerah tersebut untuk memproses kejadian. Perambahan di kawasan tersebut akhirnya dapat dihentikan.
Sejak bertugas pada 1989 hingga saat ini, Rusli dan keluarganya telah menempati pos resor Suaka Margasatwa Rimbang Baling yang baginya berfungsi ganda: sebagai kantor sekaligus rumah. Meskipun kesehariannya jauh dari kehidupan kota, semangat Rusli tak pernah surut. Ia tak pernah berpikir untuk pindah dari pos resor yang telah memberinya banyak kenangan.
Istri Rusli adalah seorang guru Sekolah Dasar. Mereka dikarunia tiga orang anak, dua perempuan dan satu laki-laki. Anak pertama mereka telah berhasil menyelesaikan kuliah. Rusli menaruh harapan pada anak-anaknya untuk mendapat kehidupan yang labih baik di masa depan, seperti harapannya suatu saat nanti Suaka Margasatwa Rimbang Baling dapat terbebas dari aktivitas perambahan dan perburuan satwa. Ia memimpikan kawasan tersebut benar-benar dapat terjaga utuh. Oleh karena itu, ia mengharapkan partisipasi dari semua pihak dalam menjaga kawasan yang memiliki keindahan dan kekayaan alam tak terkira tersebut.