RHINO’S LETTER
Kita hidup di atas hamparan tanah Nusantara yang sama. Menghirup oksigen yang sama. Menantikan sinar matahari pagi dan cahaya rembulan di bawah naungan langit yang sama. Aku dan alam, hidup dan memiliki denyut kehidupan yang bersamaan.
Tuhan, tapi kemudian manusia-manusia itu datang dan tinggal menetap. Dan baru kutahu ternyata mereka semua buta. Buta mata hatinya karena tersekat oleh kabut ambisi. Hingga tak peduli betapa indahnya duniaku sebelum mereka ada. Menerjang stabilitas eksistensi kami sebagai salah satu anugerah Ilahi di negeri ini. Mereka, manusia, yang memang Kau ciptakan kebanyakan dengan tabiat suka berkeluh kesah di saat lemah dan kikir ketika semua kebahagiaan telah mereka miliki. Dengan dalih melonjaknya populasi, semakin meningkatnya tuntutan hidup akibat modernisasi, pembukaan lahan untuk perumahan serta pertanian, dan inti dari semuanya adalah kebutuhan perut, kalian telah membuat kami menjadi kaum marginal di tanah kami sendiri.
Pertanyaanku, pernahkan kami yang pemalu, tak banyak bersuara, jalan pun lambat, hanya makan dedaunan dan ranting ini mengganggu dan menyakiti? Lantas kenapa kalian memusuhi kami?
Dulu aku masih berani hidup berdampingan dengan kalian. Namun kini, aku tak bisa lagi mempercayai spesies manusia manapun untuk melonggarkan pertahananku. Karena kalian, aku kehilangan teman sepermainanku, orang tuaku, adikku, kakakku, tetanggaku, rumahku, kubangan dan rerumputan tempat anakku bermain.
Wahai manusia yang buta hatinya, bagi yang masih tersisa, kami sengaja bersepakat melapisi diri dengan dunia luar. Kalian tahu kan, betapa sulitnya menunggu kelahiran satu persatu anakku? Sementara kalian terus beranak pinak dan dengan seenaknya menggusur kami. Belum lagi kegilaan manusia pemuja klenik yang saling membakar semangat penduduk untuk memburu culaku yang hanya dihargai 30.000 dolar sekilo. Apa yang kalian pikirkan dengan merenggut nyawa kami hanya untuk obat kuat yang semestinya bisa kalian dapatkan di apotek bahkan beribu jumlahnya. So what?
Sungguh, saat ini sulit mencari orang yang benar-benar menyayangi kami dengan ketulusan hati. Kini aku rela hidup di pelosok hutan belantara bersama anak-anakku. Walaupun tak lagi bisa berkubang di lumpur untuk membersihkan kotoran dan prasit yang menempel, menghirup udara pagi yang segar, mencium bau embun yang menetes di atas rumput tempat kami tidur, berjemur di bawah matahari apalagi…
Ingin rasanya kuceritakan pengalaman bahagia masa kecilku dulu kepada anakku yang selalu bertanya dimana rumah dan kawan-kawan sepermainannya.
Rhino : Situasi AWAS!
Teman-teman yang saya cintai,
Itu tadi adalah surat Rhino yang dititipkan alam kepada saya. Penuh kesedihan yang mendalam. Tak bisa saya bayangkan bagaimana tak enaknya bagi Rhino yang biasa hidup berkoloni untuk saling menjaga kekuatan tiba-tiba harus nomaden dan menyendiri? Ya sama seperti manusia juga.
Saya tak pernah mengenal ataupun bertatap muka dengannya secara langsung, dan ia pun tak meminta kita untuk membantunya. Kekuatan alam telah menjaganya. Tapi ini adalah soal janji kita kepada Sang Pencipta untuk menjadi pengelola yang baik di muka bumi. Apa yang bisa kita pertanggung jawabkan ketika gunung, lautan, dan hewan saja sudah menolak untuk mengampu tugas berat itu?
Hilangnya habitat akibat pembukaan lahan untuk pertanian menjadi salah satu penyebab berkurangnya populasi Badak Jawa (Rhinoceros sondaicus), lebih memburuk lagi karena aktivitas beburu cula “keramat”, belum soal penyakit yang rentan menyerang, serta sulitnya mengedukasi masyarakat sekitar.
Tentang obat kuat, jujur saya jengah dengan bualan itu. Coba cari di jurnal manapun, adakah data empiris yang menyatakan bahwa cula badak berkhasiat sebagai obat kuat? Itu kan hanya “katanya” dan “katanya” (kentara sekali orang Indonesia mudah dihasut oleh gosip). Bukankah bahan-bahan farmasi dari tanaman yang memiliki khasiat yang sama jauh lebih banyak jumlahnya dan mudah diperoleh? Atau itu adalah dalih manusia karena mereka butuh makan?
Blogger and The Power of Words
Teman-teman yang saya cintai,
Dengan pemikiran manusia yang banyak mengalami kemunduran akibat meningkatnya kebutuhan harian, tentu kekuatan alam saja tak akan cukup untuk melindungi Rhino dan Badak Jawa (Rhinoceros sondaicus) lain yang masih hidup. Butuh usaha lebih keras untuk menyeru, bukan hanya di warga sekitar Taman Nasional Ujung Kulon tapi juga seluruh Indonesia untuk mau lebih peduli terhadap kelestarian populasi Badak Jawa (Rhinoceros sondaicus) yang sudah diprediksi kepunahannya beberapa tahun ke depan.
Salah satu bentuk nyata kontribusi blogger dalam mendukung pelestarian Badak Jawa (Rhinoceros sondaicus) adalah ikut berpartisipasinya tulisan kita dalam program yang diselenggarakan oleh Blogdetik, bekerja sama dengan WWF-Indonesia bertajuk Rhinocare ini. Blogger melalui tulisan-tulisannya diharapkan mampu mendongkrak keprihatinan masyarakat Indonesia untuk menyuarakan kebutuhan baik materi maupun non materi terhadap perlindungan dan upaya konservasi Badak Jawa (Rhinoceros sondaicus) ini.
Jika ingin langsung berpartisipasi, WWF-Indonesia pun telah memiliki serangkaian aksi nyata di lapangan dengan beberapa programnya yaitu menjadi orang tua angkat (adopsi), melibatkan masyarakat dalam rangka memberdayakan Taman Wisata Ujung Kulon untuk membantu upaya konservasi, dan masih banyak lagi.
Rhino, aku tak berani berjanji, tapi aku pasti akan menepati kata-kataku untuk melindungimu dengan segenap kekuatan yang aku mampu.
“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan” (Al Qashash 77)