PESISIR BALI BARAT KEMBALI DIHIJAUKAN
Oleh: Syevira Citra
Langit biru nan cerah mengiringi langkah bersemangat para peserta ""Field Trip to Bali Barat"" pada Jumat (26/9) lalu. Sebanyak 52 peserta sedianya akan 'menghijaukan' area pesisir Bali Barat dengan mangrove.
Peserta trip hari itu merupakan partisipan konferensi tahunan bertajuk ""WWF Asia-Pacific Growth Team (APGT) One Conference"". APGS merupakan sebuah sinergi kantor-kantor WWF di negara-negara kawasan Asia-Pasifik dalam rangka mengembangkan dan menerapkan strategi pembangunan secara regional bagi WWF dalam meningkatkan pendanaan dari individu, perusahaan, dan donor utama di kawasan tersebut. Sejumlah perwakilan dari Singapura, Pakistan, China, Malaysia, Jepang, Korea, Kenya, Hongkong, Phillipine, Nepal, Indonesia, serta beberapa negara Asia-Pasifik lainnya berpartisipasi dalam rangkaian konferensi yang berlangsung dari 23-25 September 2014 lalu. Field trip hari itu menjadi salah satu additional activity konferensi, yakni kunjungan ke lokasi kerja WWF di negara penyelenggara. Ario Bayu dan Joe Taslim sebagai WWF Warrior ikut berpartisipasi pada kegiatan penanaman mangrove tersebut.
Dalam kondisi terik matahari dan jarak tempuh yang cukup jauh, peserta tetap bersemangat menuju lokasi penanaman di Desa Sumberkima, Buleleng, Bali Barat. Di sana, para peserta diajak melakukan kegiatan bersama kelompok nelayan binaan WWF-Indonesia. Penanaman mangrove (My Baby Mangrove) hari itu merupakan bagian dari program My Baby Tree di wilayah rencana penggalakan SBS (Sunda Banda Seascape) WWF-Indonesia. Tak hanya menanam, para peserta trip juga diedukasi cara menamai pohonnya sendiri melalui sistem geo-tagging yang dapat dipantau pertumbuhannya secara virtual. Para peserta dan dua pendukung WWF Warrior terlihat sangat antusias, beberapa dari mereka bahkan berhasil menanam lebih dari satu mangrove.
""Berawal di Bali, diharapkan lokasi-lokasi lain akan terbuka dan makin dikenal dan dibantu upaya-upaya konservasinya oleh masyarakat luas,"" ujar Devy Suradji, Direktur Marketing WWF-Indonesia yang terlibat aktif di kegiatan tersebut. ""Sumberkima sendiri adalah bagian dari Taman Nasional Bali Barat yang dulunya memiliki hutan mangrove yang lebat. Penghijauan kembali wilayah hutan mangrove ini membantu mengurangi ancaman abrasi yang sekarang dihadapi oleh Sumberkima.""
Trin Custodio, salah satu peserta berkebangsaan Phillipine, mengungkapkan pengalamannya mengikuti kegiatan hari itu. ""Baru sekali ini saya menanam mangrove. Ternyata tidak mudah! Ada sejumlah tahap yang harus kita ketahui, seperti waktu yang tepat untuk menanam, cara menggali permukaan karang yang cukup keras, serta cara meletakkan dan menanam bibit mangrove dengan tepat."" Ia mengaku menjadi lebih menghargai proses kerja masyarakat dalam menanaman dan memonitoring bibit-bibit mangrove. ""Saya berharap mereka akan berhasil menanam dan mengelola 16.000 bibit mangrove yang ditargetkan di sini.""
Sebelum melakukan penanaman mangrove, para peserta bertandang ke Turtle Conservation Education Center (TCEC) di Serangan, Bali. Di sana, para peserta diberikan informasi mendalam tentang penyu, melihat tempat peneluran penyu, serta melihat kolam pembesaran tukik yang digunakan untuk edukasi dan eksebisi.
Untuk ikut berpartisipasi dalam upaya penghijauan kembali pesisir Bali Barat dan beragam wilayah pesisir lain yang saat ini daya dukung lingkungannya rentan dan kritis, silakan membuka tautan www.mybabytree.org