PERTEMUAN PARA PIHAK HASILKAN LANGKAH STRATEGIS PENGELOLAAN BENTANG LAUT SUNDA BANDA
Kawasan Bentang Laut Sunda Banda memiliki luas sekitar 39% dari luas perairan Indonesia. Pengelolaan sumber daya laut yang meliputi luas kawasan mencapai 157 juta hektar tersebut menyajikan beragam tantangan yang membutuhkan kesepahaman dan kemitraan bersama berbagai pihak dalam menentukan langkah strategis menuju perikanan keberlanjutan dan kesejahteraan masyarakat.
“Bila tidak ada kesepahaman dan kolaborasi yang baik, maka dapat menimbulkan reaksi yang beragam dari kebijakan-kebijakan baru kementerian yang sebenarnya memiliki nafas keberlanjutan dan konservasi yang sama,” ucap Ir. Agus Dermawan M.Si, Direktur Kawasan Konservasi dan Jenis Ikan, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP).
Mengusung tema “Membentuk Masa Depan Jejaring Kawasan Konservasi untuk Perikanan Berkelanjutan melalui Kemitraan” di tingkat Bentang Laut Sunda Banda, Balai Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut (BPSPL) Denpasar bersama WWF-Indonesia menyelenggarakan pertemuan multi pihak kelautan dan perikanan untuk wilayah Bentang Laut Sunda Banda pada tanggal 25-26 Februari, 2015, di Hotel Ibis Style Denpasar, Bali.
Pertemuan yang dihadiri sejumlah perwakilan dari jajaran Kementerian Kelautan dan Perikanan, badan pengelola kawasan konservasi dan balai taman nasional, mitra LSM, serta perwakilan universitas tersebut sepakat untuk membentuk wadah kolaborasi sebagai media bagi para pihak dalam merumuskan dan merekomendasikan terkait program pembangunan perikanan berkelanjutan di kawasan Bentang Laut Sunda Banda. Pengintegrasian manajemen data dan informasi juga akan dibangun melalui Learning and Information Center di tiga wilayah lingkup Bentang Laut Sunda Banda yang bertujuan untuk menjembatani kesenjangan informasi antar pihak dalam konteks pembangunan di sektor perikanan laut.
Sejak beberapa tahun belakangan ini, kerja - kerja para pihak untuk membangun dan memperkuat keberadaan kawasan konservasi perairan khususnya di kawasan Bentang Laut Sunda Banda semakin terlihat gencar dilakukan. Hal ini terkait erat dengan tujuan jangka panjang yang ingin dicapai sebagai target konservasi di kawasan tersebut.
Perlindungan terhadap habitat kritis bagi spesies yang terancam punah dan keberlanjutan stok perikanan, penguatan praktek perikanan yang bertanggung jawab melalui kemitraan dengan sektor swasta, pemantauan perubahan biofisik dan sosial ekonomi, serta peningkatan kolaborasi dan koordinasi antar pihak, termasuk mitra LSM, kelompok masyarakat, peneliti, dalam mendukung konservasi kawasan Bentang Laut Sunda Banda menjadi landasan kunci jangka panjang untuk mewujudkan komitmen bersama untuk pengelolaan kawasan Bentang Laut Sunda Banda melalui kemitraan yang efektif.
Selain menghasilkan pemetaan akan tantangan dan kesepahaman untuk mekanisme langkah strategis dalam kemitraan pengelolaan jejaring kawasan konservasi di kawasan Bentang Laut Sunda Banda, WWF-Indonesia juga memperkenalkan SBS Atlas yang disusun bersama Worldfish Center. Atlas yang menyajikan 8 tematik data di kawasan Bentang Laut Sunda Banda tesebut diharapkan menjadi acuan dan informasi dasar untuk kajian lebih lanjut bagi peneliti dan para pihak pengelola kawasan konservasi.
Bentang Laut Sunda Banda terletak di pusat Segitiga Terumbu Karang yang memiliki keanekaragaman ekosistem laut tertinggi di dunia dan merupakan habitat bagi 76% spesies terumbu karang, lebih dari 3,000 spesies ikan, serta spesies terancam punah seperti penyu, cetacean, hiu, dan napoleon wrasse. Pemahaman pentingnya kawasan Bentang Laut Sunda Banda oleh para pemangku kepentingan dapat berkontribusi langsung pada penguatan sektor ekonomi serta ketahanan pangan yang sedang berada dalam ancaman penangkapan ikan berlebihan, polusi, serta pembangunan yang kurang memperhatikan aspek lingkungan dan keberlanjutan, seperti aktivitas tambang.
Penulis: Dwi Aryo T - Marine and Fisheries Campaign Coordinator