PERKEMAHAN KONSERVASI PENGHIJAUAN KAWASAN PESISIR PINRANG DENGAN 1.800 MANGROVE
Penulis: Zulkarnain (Fasilitator, Aquaculture Improvement Program, WWF-Indonesia) & Idham Malik (Staf Akuakultur, WWF-Indonesia)
Penerjemah: N.E. Syaputri
Berkemah di alam bukanlah kegiatan baru bagi anak muda. Namun, anak-anak muda dari Garda Mangrove Kabupaten Pinrang di Sulawesi Selatan memaknai kegiatan berkemah tidak hanya sebagai kegiatan untuk berhubungan kembali dengan alam, tetapi juga untuk berkontribusi pada kelestariannya.
Garda Mangrove—atau diterjemahkan sebagai Mangrove Guard—merupakan perkumpulan berbagai komunitas peduli lingkungan di Pinrang dan Pare. Gerakan ini merupakan bentuk kerjasama untuk memperbaiki ekosistem pesisir Sulawesi Selatan secara kolektif dan berkelanjutan.
Conservation Camp (3-5/11/18) merupakan salah satu program aksi bersama Garda Mangrove dalam penanaman bibit mangrove. Acara ini juga didukung oleh PT. Bogatama Marinusa (PT. Bomar) dan WWF-Indonesia.
Mangrove sangat bermanfaat untuk mencegah abrasi pantai yang dapat mengikis area tambak udang karena tumbuh dan memperlebar batas pantai. Mangrove juga menjadi habitat bagi jenis-jenis ekosistem mangrove, seperti ikan, udang liar, kerang, dan kepiting.
Saat ini produksi udang di Sulawesi Selatan tidak seproduktif 20 tahun lalu. Salah satu penyebabnya adalah karena penurunan kualitas lingkungan sehingga tidak dapat mengendalikan penyakit.
‘Connecting People to Nature’ menjadi tema kegiatan dan selama 2 hari setidaknya ada 40 peserta Conservation Camp yang terlibat dalam diskusi tentang lingkungan pesisir.
Ir. Haeruddin, dosen Jurusan Perikanan Universitas Muhammadiyah Pare-Pare (UMP), Sulawesi Selatan, hadir menjelaskan tentang manfaat limbah Sargassum sp untuk dijadikan bahan baku probiotik guna meningkatkan kualitas tambak dan tambak. Pembicara kedua adalah dosen hukum dari UMP yang memberikan penjelasan tentang advokasi lingkungan pesisir. Malamnya, Taufik Sabir, tokoh masyarakat setempat, memimpin peserta diskusi tentang bagaimana menata masa depan pertumbuhan pribadi, kelompok, dan daerahnya.
1.800 Bibit Mangrove Menghijaukan Pesisir Desa Wiringtasi, Pinrang
Pada hari kedua, Minggu, 4 November 2018, tim Garda Mangrovebersama WWF-Indonesia dan PT. Bomar, menanam 1.800 bibit mangrove di pesisir pantai sekitar tambak Desa Wiringtasi, Kecamatan Suppa, Kabupaten Pinrang. Tim Garda Mangrovemelakukan penanaman dari pukul 10.00 sampai dengan pukul 14.00 WIB (WITA).
Mereka tetap semangat menanam bibit bakau, meski di tengah teriknya matahari sore. Kegiatan diawali dengan pengarahan dari Fuad Faturrahman koordinator penanaman mangrove, kemudian dilanjutkan dengan pembagian tugas. Dalam hal ini ada yang menanam batang (kayu penahan mangrove), dan ada pula yang menanam mangrove dan mengikatkan mangrove pada batang tersebut. Para pegiat mangrove ini menjalani kegiatan dengan suka cita, meski ada yang mengeluhkan gatal-gatal di kaki dan sebagian tubuhnya.
Lokasi penanaman juga menjadi sasaran survei plastik ke depan karena merupakan tempat menumpuknya sampah plastik, terutama botol air mineral yang berserakan di sekitar pantai. Sampah plastik ini diduga berasal dari daerah lain, yang akhirnya terdampar setelah terbawa arus.
Pada Minggu, 5 November 2018, penanaman mangrove dilanjutkan di pesisir Desa Maritengae, Kecamatan Suppa, Kabupaten Pinrang. Meski sempadan pantai sudah padat dengan mangrove, penanaman tersebut tetap diperlukan untuk meningkatkan kerapatan mangrove di dekat kawasan budidaya udang windu dan vannamei, serta bandeng polikultur di sekitarnya. Mangrove yang ditanam di Maritengae sekitar 2.000 bibit.
Area mana yang cocok untuk penanaman bakau?
Sebelumnya pada 26-28 Oktober 2018, tim penanaman mangrove telah melakukan pendataan lokasi-lokasi yang cocok untuk penanaman mangrove di Pinrang. Tiga rekomendasi utama adalah Desa Wiringtasi dan Desa Maritengae di Kecamatan Suppa, serta saluran air tambak Duampanua di Pinrang. Kawasan tersebut dipilih karena memenuhi persyaratan penanaman mangrove, antara lain:
• Area penanaman memang merupakan kawasan mangrove atau memiliki sejarah pertumbuhan mangrove;
• Di areal tersebut telah tumbuh bibit mangrove jenis Rhizopora yang juga merupakan jenis mangrove yang akan ditanam;
• Lokasi penanaman mangrove berada di daerah pantai yang mengalami pasang surut. Mereka juga terlindung dari gelombang besar karena merupakan daerah teluk (teluk Pare-Pare);
• Ketiga tempat tersebut minim gangguan hama binatang seperti kambing dan sapi;
• Area tersebut telah mendapatkan persetujuan dari pemimpin dan masyarakat setempat. Masyarakat pun berinisiatif untuk membantu menjaga mangrove.
***
Ada 17.000 mangrove yang ditanam PT. Bomar bersama WWF-Indonesia dibantu oleh tim Garda Mangrove, serta Aquaculture Celebes Community (ACC). PT. Bomar berkomitmen untuk menanam sebanyak 60.000 mangrove sebagai bentuk rehabilitasi 50% tambak tradisional udang windu yang terdaftar untuk mendapatkan sertifikasi ASC Shrimp.