PERJALANAN MENGATASI BYCATCH DI PALOH DENGAN METODE LAMPU LED HIJAU
Oleh: Zulfian (Observer Bycatch)
Teknologi mitigasi dengan menggunakan lampu (LED Hijau) sebagai salah satu resolusi dari program Smartgear yang telah disosialisasikan oleh WWF-US dan National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA) sejak 2013 telah diujicobakan secara ilmiah di Kecamatan Paloh, Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat, dikarenakan cukup tingginya angka bycatch yang teridentifikasi di daerah itu. Setidaknya, diperkirakan 500 ekor penyu tertangkap tidak sengaja atau bycatch dalam penggunaan alat tangkap gillnet hanyut di perairan Paloh. Data yang dimiliki WWF-Indonesia juga menyebutkan bahwa penyu yang tertangkap seringkali dilepaskan kembali oleh nelayan yang memiliki kepercayaan lokal akan larangan menangkap penyu.
Salah satu hasil kegiatan workshop “Upaya Mitigasi Bycatch Penyu pada Jaring Insang (gillnet)” yang telah dilakukan ialah adanya upaya uji coba pada perikanan yang berbeda. Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kabupaten Sambas, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), WWF-Indonesia beserta NOAA dan perwakilan nelayan Paloh menindaklanjuti hasil pertemuan dengan melakukan kembali uji coba penggunaan lampu LED hijau. Uji coba yang bertujuan untuk membuktikan efektivitas dalam mengurangi tangkapan sampingan (bycatch) tersebut dilakukan dengan menempatkan observer di atas kapal. Program yang telah dilaksanakan sejak 2014 hingga saat ini mengundang perhatian mahasiswa/mahasiswi dari Sekolah Tinggi Perikanan (STP) Jakarta, Institut Pertanian Bogor (IPB) serta Universitas Diponegoro, Semarang, yang tertarik dengan penelitian mengenai lampu LED hijau.
Uji coba lampu LED hijau dilakukan pada jaring insang berbahan dasar monofilament dengan mata jaring 8 inchi dipasang di setiap jarak 10 meter yang telah diberi tanda. Jaring dengan panjang 1175 meter menjadi tempat 117 buah LED hijau yang kemudian jaring dipasang sekitar 2 km dari bibir pantai. Biasanya nelayan menebar jaring pada sore hari pukul 16:30 dan mengangkat jaring pada pukul 02:00 pagi tergantung pada lokasi penangkapan dan cuaca, selama kurang lebih 10 jam jaring dibiarkan di dalam air.
Kapal eksperimen dan kapal kontrol sebagai media juga digunakan dalam pelaksanaan uji coba sebagai pembanding untuk membedakan hasil yang didapat oleh observer. Data milik WWF-Indonesia Tahun 2014 – 2016 menunjukkan adanya penurunan bycatch penyu sebesar 75%, namun di sisi lain terjadi peningkatan hasil tangkapan ikan target sebesar 12,91 persen. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan lampu LED hijau efesien dalam mengurangi tertangkapnya bycatch berupa penyu dan meningkatkan nilai jual hasil tangkapan nelayan.
“Kalau pakai lampu LED jarang sekali penyu terkena pukat, hasil ikan pun mengalami peningkatan dan pukat pun tidak rusak terkena penyu,” tutur Pak Pendi salah satu nelayan yang bekerja sama dalam pelaksanaan penelitian. Pendapat tersebut senada dengan nelayan lainnya, yaitu Pak Wardi yang ikut serta dalam program uji coba lampu LED hijau ini.
Setelah hampir selama tiga tahun melakukan penelitian di Paloh, program lampu LED hijau menemui titik terang. Selanjutnya WWF-Indonesia bersama Universitas Hassanudin (UNHAS) dengan melibatkan stakeholder lokal seperti BPSPL Makassar, Pemerintah Daerah Selayar dan Taman Nasional Takabonerate akan melakukan program lanjutan di daerah Selayar sebagai hasil workshop yang telah dilakukan. Uji coba pada perikanan yang akan dilakukan di Selayar berbeda dengan uji coba yang telah dilakukan di Paloh. Tim peneliti menggunakan perikanan bawal atau demersal pada uji coba di Paloh, sedangkan uji coba di Selayar menggunakan perikanan pelagis kecil. Harapannya, uji coba lampu LED hijau di Selayar dapat teridentifikasi efektif setidaknya pada perikanan pelagis kecil.