PENINGKATAN KUALITAS RUMPUT LAUT GRACILARIA MELALUI PENERAPAN BMP DI SINJAI
Oleh M. Yusuf
Sinjai, Sulawesi Selatan merupakan salah satu daerah penghasil rumput laut Gracilaria sp.budi daya di Indonesia. Budi daya rumput laut Gracilaria sp.di Sinjai dilakukan dengan cara polikultur dengan ikan bandeng dan udang windu. Polikultur dengan tiga jenis organisme dapat dilakukan karena keberadaan tiga organisme tersebut justru saling menguntungkan. Ikan bandeng dapat memakan klekap atau lumut yang menjadi pesaing rumput laut Gracilaria sp., sementara itu Gracilaria sp. menghasilkan oksigen untuk untuk respirasi atau pernapasan ikan bandeng dan udang. Hasil metabolisme bandeng dan udang menjadi pupuk organik bagi Gracilaria sp.Ikan bandeng dan udang pundapat dipanen bertahap dan dijual jika pembudidaya membutuhkan uang secara cepat. Oleh karena itu, polikultur adalah sistem budidaya yang tepat dalam menambah penghasilan pembudidaya sekaligus memelihara kualitas lingkungan.
Budidaya tambak sistem polikultur juga menjadi salah satu bahan sosialisasi Better Management Practices (BMP) Program Akuakultur WWF-Indonesia di Sinjai pertengahan Oktober lalu. Kegiatan ini merupakan pengenalan awal kepada 58 orang yang hadir dari para kelompok pembudidaya tambak, pengumpul Gracilaria sp., dan penyuluh perikanan di Kabupaten Sinjai. Sosialisasi ini bekerja sama dengan Dinas Kelautan Perikanan (DKP) Kabupaten Sinjai dan dibuka oleh Kepala Dinas Bapak Sultan H. Tare dan perusahaan pengekspor rumput laut Gracilaria Celebes Seaweed Group (CSG) yang diketuai oleh Bapak Mursalim dari Makassar. CSG sendiri merupakan perusahaan produksi rumput laut Gracilaria sp. terbesar di Indonesia yang telah beroperasi semenjak tahun 2007. BMP Budi Daya yang disusun oleh WWF-Indonesia menggunakan beberapa standar nasional dan internasional, seperti CBIB (Cara Budi daya Ikan yang Baik), SNI (Standar Nasional Indonesia), dan prinsip-prinsip dalam Aquaculture Stewardship Council (ASC).
Kualitas hasil budidaya tidak hanya ditentukan prosesnya yang benar, tetapi juga oleh penanganan pascapanen yang tepat. Kualitas rumput laut Gracilaria sp. ditentukan oleh kandungan air atau Moisture Content (MC), kandungan benda asing atau Impurity (Imp), kekentalan kandungan agar-agar atau gel strength (GL), dan rendemen atau jumlah tepung agar-agar yang dihasilkan dari satuan bahan baku (Yield). Dengan kualitas yang baik, pada tahun 2014 ini harga Gracilaria sp. di tingkat petani dapat berkisar 9.000-9.500 rupiah per kilo dan harga terima di gudang pengekspor Makassar sekitar 11.000 -11.500 rupiah per kilo.
Rumput laut Gracilaria sp. Sinjai memiliki kualitas paling rendah di antara semua sentra produksi Gracilaria sp. di Sulawesi Selatan. Hal ini dikarenakan oleh bibit yang buruk, serta metode dan penanganan pascapanen yang tidak sesuai. Namun, dengan dengan metode budi daya dan pascapanen yang benar hal tersebut bisa ditangani. Peningkatan kualitas Gracilaria sp. Sinjai dapat dilakukan dengan implementasi BMP melalui program pendampingan yang akan dilakukan oleh WWF-Indonesia dan bekerja sama dengan CSG dan DKP Sinjai. Pendampingan pembudidaya rumput laut Gracilaria sp. serupa juga akan dilakukan di dua lokasi sentra produksi Gracilaria sp. CSG di Kabupaten Bone dan Kota Palopo dalam waktu dekat.