PENEKANAN PENGGUNAAN PLASTIK SEKALI PAKAI MELALUI PROGRAM YOUTH ACTIVIST
Dunia telah dihadapkan pada situasi buruk akibat perubahan iklim. Negara-negara di dunia telah memberikan perhatian yang serius terhadap isu perubahan iklim. Faktanya, perumpamaan "bumi sudah tidak lagi ramah" telah menggambarkan kekalutan di dunia ini. Aktivitas buruk manusia merupakan salah satu faktor yang memperparah dampak perubahan iklim seperti penggunaan plastik yang berlebihan.
Penggunaan plastik menjadi kebutuhan sehari-hari manusia yang tidak dapat dilepaskan. Hal ini dikarenakan plastik sangat mudah ditemukan, digunakan, dan harganya relatif murah.
Berdasarkan data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan melalui Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN) pada tahun 2022, sampah terbanyak berasal dari sisa makanan sebanyak 40,3 persen dan plastik sebanyak 18,1 persen, dimana sampah tersebut berasal dari rumah tangga dengan persentase sebanyak 38,3 persen. Sedangkan, timbulan sampah sebanyak 36.190.195,05 ton/tahun (Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, 2022). Dari data tersebut, diketahui bahwa laju penggunaan sampah plastik dan sampah makanan di Indonesia sangat tinggi.
Tentu saja, Indonesia menjadi salah satu penyumbang sampah terbesar di dunia. Sifat konsumtif manusia yang disertai dengan minimnya pengetahuan untuk mengelola sampah telah memperburuk keadaan. Pengelolaan sampah rumah tangga dengan bijak masih belum dilakukan oleh masyarakat Indonesia. Kurangnya tingkat kesadaran terhadap bahaya sampah plastik yang berlebihan, membuat masyarakat acuh tak acuh dalam penggunaan dan pengelolaannya. Tidak dapat dibayangkan bagaimana keadaan bumi, negara-negara, termasuk Indonesia jika timbulan sampah plastik semakin membludak. Oleh karena itu, dibutuhkan sinergisme bersama bagi setiap elemen dari level individu sampai dengan kelompok. Sinergisme inilah yang memiliki satu tujuan bersama untuk mengurangi sampah plastik di Indonesia.
Youth Activist Plastic Smart Citiesmerupakan program yang diinisiasi oleh WWF-Indonesia bekerja sama dengan Yaksa Pelestari Bumi Berkelanjutan (YPBB). Program ini bertujuan untuk mengajak anak muda untuk menjadi agen perubahan bangsa dalam mengampanyekan hidup berkelanjutan atau ramah lingkungan dengan mengurangi penggunaan sampah plastik. Program ini menyasar anak muda yang berdomisili di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek).
Keterlibatan anak muda sebagai agent of change merupakan langkah yang sangat tepat, karena sejak dini menyadarkan anak muda terkait penggunaan dan pengelolaan plastik dengan bijak. Plastik sekali pakai yang digunakan secara berlebihan akan menyebabkan adanya timbulan sampah. Faktanya, penguraian plastik sekali pakai membutuhkan waktu yang sangat lama hingga ratusan tahun.
Banyak dampak negatif yang akan terjadi seperti pencemaran lingkungan, sumber penyakit, dan pemanasan global akibat pembakaran sampah plastik. Oleh karena itu, melalui program ini anak muda dilatih untuk dapat mengendalikan sampah plastik. Pengukuran yang dilakukan setiap bulan sebagai bentuk pengendalian diri terhadap penggunaan plastik sekali pakai, bertujuan untuk menekan laju penggunaan pada level individu. Penggunaan botol minum, misting, dan bahan isi ulang dapat menjadi solusi untuk mengurangi sampah plastik. Tidak hanya itu, para youth activist juga diajarkan bagaimana mengelola sampah makanan (organik) dengan metode pengomposan. Terbukti, salah satu youth activist 2023 berhasil mengurangi sampah dengan persentase 100 persen melalui perbandingan pengukuran level individu pertama dan kedua pada program ini.
Sampah plastik merupakan permasalahan yang sangat kompleks dan berpotensi menimbulkan dampak multidimensi. Permasalahan sampah ini dapat memperburuk dampak perubahan iklim. Untuk itu, sangat diharapkan masyarakat bersama-sama melakukan penekanan penggunaan plastik sekali pakai. Penekanan ini dapat dilakukan melalui konsep ekonomi sirkular dengan prinsip 5R yaitu rethink, reduce, reuse, recycle, dan repair. Keberhasilan ini akan bermanfaat bagi generasi sekarang dan generasi berikutnya.
Bayangkan jika seluruh anak muda di Indonesia melakukan program youth activist, ada berapa banyak sampah plastik yang akan berkurang? Pastinya akan menurunkan persentase jumlah sampah plastik. Maka dari itu, sangat dibutuhkan sinergi bersama untuk menjaga bumi yang lebih baik. Bumi akan diwariskan kepada generasi-generasi baru sebagai penerus. Sebagai generasi sekarang, hendaknya kita selalu menjaga kehijauan bumi dengan hidup yang sustainability agar terciptanya kehidupan yang berkualitas. Karena sejatinya, kualitas hidup generasi yang akan datang ditentukan oleh kita yang hidup di masa sekarang.
Sumber Data:Sumber Data:Sumber Data:Sumber Data:Sumber Data:Sumber Data:Sumber Data:Sumber Data:Sumber Data
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. (2022). Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN). Diperoleh pada Desember 2023, dari Situs Web Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan: https://sipsn.menlhk.go.id/sipsn/