PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP JADI PERTIMBANGAN PENTING MILENIAL DAN GEN Z TENTUKAN PILIHAN PRESIDEN DI PEMILU 2024
Hasil Survei WWF-Indonesia tentang Persepsi Milenial-Gen Z di Seluruh Indonesia tentang Pelestarian Lingkungan Hidup pada Visi dan Misi Masing-masing Capres di Pemilu 2024
Jakarta, 19 Januari 2024. Isu pelestarian lingkungan menjadi salah satu prioritas penting bagi milenial dan gen Z dalam memilih calon presiden dan wakil presiden di Pemilu 2024. Sehingga perlu untuk memahami pandangan mereka terkait rencana kebijakan pelestarian lingkungan hidup bagi para calon presiden dan wakil presiden. Untuk mengetahui hal tersebut, Yayasan WWF-Indonesia mengadakan survei kepada milenial dan gen Z di seluruh Indonesia, tujuan survei ini adalah untuk mendapatkan pemahaman yang mendalam tentang dukungan serta pilihan milenial dan gen Z terkait visi, kebijakan, dan komitmen capres dan cawapres yang mencerminkan preferensi serta kebutuhan mereka dalam konteks pelestarian lingkungan hidup. Survei ini disusun dengan tiga dimensi utama, yaitu pendapat atau penilaian terhadap paslon, perilaku memilih, visi lingkungan hidup, dan misi pelestarian lingkungan.
Survei ini dilakukan pada awal Desember 2023, dengan total responden sebanyak 1365 milenial dan gen Z dengan rentang usia 17-30 tahun yang tinggal di beberapa kota besar, seperti Jakarta, Bandung, Semarang, Jogjakarta, Surabaya, Bali, Medan, Jambi, Samarinda, Makassar, dan Jayapura. Profil respondennya adalah 63 persen perempuan dan sisanya laki-laki, dengan sosial ekonomi status menengah keatas dengan mayoritas pendidikan minimum SLTA sederajat hingga sarjana, pekerjaan mayoritas adalah pegawai swasta dan mahasiswa.
Hasil Survei terhadap Persoalan Lingkungan Terbesar dan Terdampak pada Kerusakan Lingkungan
Survei ini menemukan bahwa ada lima besar persoalan lingkungan yang menurut milenial dan gen Z harus segera diatasi oleh capres dan cawapres kedepannya. Mayoritas mengatakan sampah dan limbah plastik harus segera diatasi (81%), kedua terbanyak adalah kekhawatiran terhadap penyediaan air bersih dan pengembangan kota hijau (69%), pembatasan polusi industri (66%) dan terakhir adalah melindungi keanekaragaman hayati, flora dan fauna (58%). Ini membuktikan walaupun sampel responden mayoritas adalah urban, mereka masih menganggap penting pelestarian keanekaragaman hayati.
Survei ini dilakukan bekerjasama dengan Populix, -perusahaan penyedia data dan layanan riset ini juga mengatakan kaum muda terdampak oleh kerusakan lingkungan, yaitu perubahan iklim dan perubahan cuaca yang ekstrim seperti banjir, suhu udara panas dan kekeringan (85%). Sebanyak 72% mengaku terdampak oleh sampah dan limbah, mengalami sesak nafas akibat penurunan kualitas udara (68%), merasakan penurunan kualitas air (53%) dan 43% merasakan kerusakan ekosistem hutan atau laut.
Visi Misi Capres yang Terkait Lingkungan dan Setuju Memilih
Visi misi paslon menjadi perhatian kaum muda, namun masih ada yang belum memahami maksudnya. Dari hasil survei, 72% telah mempelajari sebagian visi dan misi masing-masing paslon, dan 22% belum sama sekali mempelajari, dan sisanya 6% telah mempelajari sepenuhnya. Ketika ditanya lebih lanjut mengapa belum mempelajari, jawabanya 44% mengaku tidak mengetahui sumber informasi yang tepat, 27% tidak ada waktu dan 15% mengatakan informasi tidak mudah di akses. Dikembangkan lebih lanjut hasil pertanyaan ini, hasilnya 75% responden mengaku menemukan perlindungan lingkungan hidup di visi misi paslon, namun hampir 40% mengatakan visi misinya tidak mudah dipahami.
Hasil survei menunjukkan secara umum bahwa 82% responden mengatakan akan memilih paslon capres dan cawapres sesuai dengan visi dan misi dibandingkan dengan adanya iming-iming hadiah yang ditawarkan paslon. Ini menjadi hal yang perlu digarisbawahi bahwa kaum muda tidak mudah dijanjikan hadiah untuk meminta dukungannya. Juga sebanyak 88% setuju memilih paslon yang memprioritaskan dan menuntaskan masalah lingkungan hidup. Sebanyak 78% reponden menyatakan akan memilih paslon yang mempunyai latar belakang, rekam jejak, dan pengalaman mengelola lingkungan hidup.
Aditya Bayunanda, CEO Yayasan WWF Indonesia mengatakan,” Kami senang melihat hasil survei ini yang mengatakan bahwa 97% kaum muda akan mempertimbangkan untuk memilih paslon yang mendukung pelestarian lingkungan, dan itu berarti isu lingkungan menjadi perhatian bagi kaum muda. Sebanyak 75% mengaku mengetahui lingkungan hidup di visi dan misi para paslon namun sebanyak 36% tidak memahami artinya, Nah! ini menjadi kesempatan baik agar para paslon lebih menjelaskan visi, misi dan program kerjanya lebih baik khususnya yang berkaitan dengan pelestarian lingkungan dan juga menyusun program konkritnya”.
Sebanyak 86% responden ingin memilih capres yang mampu menuntaskan masalah lingkungan dan bencana. Contohnya memulihkan ekosistem laut dan hutan, mengatasi sampah dan limbah plastik dan memiliki program mitigasi bencana yang kuat.
Menurut Mereka tentang Limbah dan Emisi Karbon
Bagaimana dengan pengelolaan sumber daya alam dan limbah? Hasilnya mayoritas (93%) responden akan memilih capres dan cawapres yang bisa mengatasi pengurangan sampah plastik, 89% pengadaan air bersih seperti pembangunan IPAL, pembersihan sungai, penyaluran air bersih dan 84% memilih capres dan cawapres yang dapat mendorong percepatan implementasi energi baru terbarukan seperti angin, sinar matahari, panas bumi dan lain-lain.
Responden mayoritas telah mengerti tentang emisi karbon, buktinya sebanyak 92% setuju untuk memilih paslon yang punya program pengurangan emisi karbon, pembatasan polusi industry dan diikuti oleh kota hijau, industry hijau dan memaksimalkan ruang terbuka hijau (91%). Namun berbanding terbalik, percepatan implementasi kendaraan listrik untuk mengurangi emisi karbon mendapatkan jawaban rendah (73%), artinya tidak ada korelasi antara pengurangan emisi karbon dengan penggunaan kendaraan Listrik.
Cara Terpapar Informasi
Hasil survei ini juga menunjukkan darimana sumber informasi yang didapatkan oleh milenial dan gen Z. Hasilnya tidak mengejutkan, tetap bahwa media sosial meraih angka yang tinggi (73%), ini menjadi data yang baik bagi para paslon untuk mengkomunikasikan visi dan misi lingkungan melalui media sosial. Data kedua adalah media online (56%) masih diakses untuk mendapatkan informasi dan 51% dari youtube, dan 47% dari televisi. Namun yang paling dianggap efektif adalah media sosial (41%), televisi (14%) dan youtube (13%), tatap muka hanya 12%, dan media berita online hanya 5%.
Yayasan WWF Indonesia mendorong para paslon ini dalam sisa debat dan kampanye ini untuk mengomunikasikan program dan nantinya komitmen penyelamatan lingkungan dengan gaya komunikasi atau cara berkomunikasi milenial dan gen Z, lebih intensif, gencar dan mudah dipahami melalui media sosial dan lebih banyak menggunakan visual. Serta jika terpilih nantinya berjanji untuk menjalankan visi misi lingkungan dengan benar.
Selesai
Lebih lanjut hubungi:
Karina Lestiarsi, Communication Officer WWF-Indonesia
klestiarsi@wwf.id / +62 852-1816-1683
Tentang Yayasan WWF Indonesia
Yayasan WWF Indonesia adalah organisasi masyarakat madani berbadan hukum Indonesia yang bergerak di bidang konservasi alam dan pembangunan berkelanjutan, dengan dukungan lebih dari 100.000 suporter. Misi Yayasan WWF Indonesia adalah untuk menghentikan penurunan kualitas lingkungan hidup dan membangun masa depan di mana manusia hidup selaras dengan alam, melalui pelestarian keanekaragaman hayati dunia, pemanfaatan sumber daya alam terbarukan yang berkelanjutan, serta dukungan pengurangan polusi dan konsumsi berlebihan. Untuk berita terbaru, kunjungi www.wwf.id dan ikuti kami di X (twitter) @WWF_id | Instagram @wwf_id | Facebook WWF-Indonesia | Youtube WWF-Indonesia
Tentang Populix
Populix adalah perusahaan penyedia data dan layanan riset yang menghubungkan bisnis, institusi, dan individu dengan responden berkualitas, beragam, dan tepat sasaran di seluruh Indonesia. Mulai dari penelitian pasar, penelitian sosial, survei singkat, hingga lead generation dan brand activation. Populix memanfaatkan kekuatan teknologi untuk menyederhanakan proses pengumpulan data komprehensif dan memberikan lebih dari sekadar data, melainkan insights dan analisis mendalam untuk membantu klien dan mitra membuat keputusan yang lebih terinformasi serta rencana yang dapat dieksekusi.