PEMBUDIDAYA DI DANAU BATUR KENALI PRAKTIK BUDI DAYA TILAPIA YANG BERTANGGUNG JAWAB
Oleh Nur Ahyani
Mengenal budi daya Tilapia yang bertanggung jawab, itulah tujuan berkumpulnya 29 orang pembudidaya Tilapia perwakilan kelompok budi daya di Danau Batur, Bali. Pada 18 Nopember 2014 lalu, telah berlangsung kegiatan Sosialisasi BMP Tilapia di Kantor Perbekel Kedisan, lokasi yang tak jauh dari lokasi budi daya. Sepuluh orang penyuluh dan Kabid Budi Daya turut mendampingi pembudidaya dalam kegiatan sosialisasi BMP tersebut.
Pendahuluan acara disampaikan oleh Kepala Dinas Peternakan dan Perikanan Kab. Bangli, I Made Alit Parwata. Beliau menyampaikan sejarah budi daya di Danau Batur yang semula hanya terdiri dari enam blong, sekarang berkembang menjadi 5015 blong. Pesatnya perkembangan budi daya ini juga dibarengi dengan munculnya berbagai permasalahan.
Adanya gas belerang yang muncul pada bulan Juni-September merupakan fenomena alam yang memaksa pembudidaya mengangkat ikannya dan beristirahat sementara dari aktivitas budi daya. Selain itu, Balai Benih Ikan juga belum mampu memenuhi kebutuhan benih yang berkualitas setiap tahunnya. Hal ini mendorong pembudidaya untuk menggunakan benih dari sumber yang tidak jelas, sehingga kualitasnya pun tidak terjamin.
Selain masalah belerang dan benih, para pembudidaya juga masih memiliki kendala untuk pakan. Selama ini, mereka menggunakan pakan tenggelam dari berbagai merek dagang tanpa adanya pencatatan. Efisiensi pakan dan pencemaran dari sisa pakan menjadi permasalahan dalam budidaya. Tidak adanya pencatatan menyebabkan sulitnya mengetahui dan membandingkan pakan mana yang paling efisien dan paling menguntungkan.
Kadis menyatakan, Dinas Peternakan dan Perikanan Bangli tidak tinggal diam melihat berbagai permasalahan tersebut. Dinas selalu memberikan alarm dini terhadap timbulnya gas belerang, sehingga pembudidaya bersiap-siap untuk memanen ikan mereka. Untuk menjaga kontinuitas benih, Dinas juga memberikan pendampingan kepada para pendeder ikan nila yang melakukan pendederan di sawah-sawah. Untuk meningkatkan efisiensi penggunaan pakan, Dinas mencoba melakukan penelitian dengan sistem karamba bertingkat, sehingga pakan sisa dapat dimanfaatkan oleh ikan yang dipelihara di tingkat bawah.
Setelah sambutan dari Kadis, acara dilanjutkan dengan presentasi dari Wahju Subachri, Aquaculture Senior Officer WWF-ID. Karena WWF masih asing ditelinga pembudidaya di Danau Batur, maka Wahju memulai presentasi tentang apa itu WWF berserta program-programnya. Pembudidaya kemudian berkesempatan untuk mengenal praktik-praktik budi daya Tilapia yang bertanggung jawab sesuai kaidah BMP melalui pemutaran video BMP.
Setelah sekitar pemutaran video, Wahju menjelaskan langkah-langkah budi daya Tilapia yang bertanggung jawab secara lebih detail. Sesekali, Wahju mengambil percontohan praktik yang dilakukan oleh pembudidaya di Danau Toba-Sumatera Utara, tempat dimana WWF-ID mendampingi pembudidaya Tilapia sejak tahun 2011 . Wahju juga menyampaikan bahwa BMP bisa menjadi salah satu solusi untuk menyelesaikan masalah yang diungkapkan oleh Kadis.
Dalam sesi tanya jawab, pertanyaan yang diajukan para pembudidaya lebih bersifat teknis, seperti bagaimana mencapai angka kelulushidupan (SR) lebih dari 50%. Pengalaman mereka, budi daya di Danau Batur hanya memiliki SR paling tinggi sebesar 50%. Pembudidaya juga banyak bertanya mengenai pakan, seperti bagaimana pakan tenggelam lebih baik dari pakan terapung. Tak ketinggalan, yang selalu menjadi pertanyaan favorit bagi para pembudidaya, yaitu masalah penyakit. Pembudidaya menyampaikan gejala-gejala penyakit dan meminta saran pengobatan maupun pencegahan.
Kegiatan sosialisasi kali ini ditutup dengan pernyataan dari Koordinator Penyuluh, Sang Putu Dirga, bahwa kelompok pembudidaya di Danau Batur siap melakukan implementasi BMP Budidaya Tilapia. Meski belum semua pembudidaya yang hadir menunjukkan antusiame yang menggebu, tetapi WWF-ID dapat melihat melihat optimisme dan potensi dari animo sebagian pembudidaya.
Program ini akan dilanjutkan dengan identifikasi secara mendetail kelompok yang benar-benar berkeinginan menerapkan BMP. WWF-ID kemudian akan bekerjasama dengan Dinas untuk melakukan pendampingan.
Segala sesuatu yang besar dimulai dari hal kecil. Diharapkan, percontohan praktik budi daya sesuai BMP pada satu atau dua kelompok dapat menular kepada kelompok-kelompok yang lain.