PAGELARAN DONGENG TESSO NILO: BELAJAR MENGENAL SATWA, BERTUTUR, DAN MENDENGAR
Dua kendaraan tampak berhenti tepat di gerbang pondok restorasi milik WWF yang terletak di Taman Nasional Tesso Nilo (TNTN). Dari mobil itu turun sekitar 30 siswa SD yang mengenakan seragam olahraga. Mereka berasal dari dua desa yang berbatasan langsung dengan TNTN, yakni Desa Lubuk Kembang Bunga dan Desa Bagan Limau. Mereka datang untuk mendengarkan dongeng dan menonton pertunjukan teater tentang alam dari kakak-kakak relawan WWF Central Sumatera.
Kegiatan bertajuk “Pagelaran Dongeng Tesso Nilo” tersebut merupakan rangkaian kegiatan pendidikan lingkungan yang diselenggarakan dengan metode mendongeng dan pertunjukan teater. Pagelaran ini diadakan bertepatan dengan Hari Hutan Internasional dan Hari Dongeng Internasional yang berturut-turut jatuh pada 20 dan 21 Maret 2019. Selain belajar mengenal satwa beserta habitatnya, siswa-siswa peserta dapat menambah kemampuan bertutur dan mendengar lewat kegiatan ini.
Di hari pertama, anak-anak diperkenalkan dengan ekosistem hutan melalui dongeng singkat mengenai gajah dan Raja Ficus Sang Pohon. Gajah Sumatera memiliki peran penting dalam menjaga keseimbangan hutan, begitu juga dengan pohon Beringin (Ficus benjamina) yang merupakan sumber makanan bagi mamalia maupun beberapa jenis burung. Anak-anak terlihat antusias menyimak cerita yang dituturkan pendongeng sambil memainkan boneka. Suasana semakin mendukung karena kegiatan dilakukan di habitat gajah.
Setelah disuguhkan dongeng tentang satwa, anak-anak diajak berkreasi dengan sampah botol plastik. Sambil menghias botol plastik yang dibawa tiap peserta dari rumah, mereka mendapat penjelasan mengenai pencemaran sampah plastik oleh Kak Ani dari WWF. Isu plastik menjadi trending topic dunia saat ini sehingga penting untuk mengedukasi siswa-siswa dalam meminimalisir penggunaan plastik dan penerapan gaya hidup ramah lingkungan. Sore itu sampah plastik yang sulit terurai berubah menjadi beraneka celengan lucu, buah tangan kreativitas para peserta.
Di hari kedua, anak-anak disuguhkan pementasan teater mengenai harimau dan burung rangkong, dua satwa endemik Sumatera. Keduanya kini terancam hanya menjadi karakter dalam pertunjukan teater. Anak-anak tampak sangat terhibur dengan penampilan kakak-kakak relawan dalam kisah “Si Harimau dan Rangkong”. Rupanya, itu kali pertama mereka menonton seni teater.
Hari kedua juga diisi dengan aksi penanaman pohon dan ikrar sang penjaga hutan. Setiap perwakilan sekolah menanam pohon di area belakang pondok restorasi. Sebelumnya, mereka dibekali dengan pengetahuan tentang pohon yang mereka tanam dan cara menanamnya. Anak-anak SD Bagan Limau menanam pohon Kandis, sementara anak- anak SD Desa Lubuk Kembang Bunga menanam pohon Cempedak Hutan.
Prosesi penanaman pohon diakhiri dengan pembacaan ikrar kapten hutan. Ikrar tersebut merupakan janji kepada alam untuk senantiasa menjaga lingkungan dan menyayangi satwa. Prosesi berjalan hikmat, diawali dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya dan Indonesia Pusaka.
Kegiatan “Pagelaran Dongeng Tesso Nilo” dirancang sedemikian rupa agar anak-anak bisa menyerap dengan mudah pesan tentang arti penting menjaga lingkungan dan menyayangi satwa. Selain itu, kegiatan ini juga diharapkan akan mempererat ikatan antara anak-anak dengan alam sekitar. Toyota Motor Corporation mendukung kegiatan restorasi ini, sebagai bagian dari program “Living Asian Forest Project” yang memiliki tujuan meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai lingkungan hidup.