OMA BEKTI: SOSOK KARTINI MASA KINI DARI LABUAN BAJO
Margaretha Subekti, atau kerap dipanggil sebagai Oma Bekti adalah sosok perempuan di balik upaya pengelolaan sampah di Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur. Oma Bekti mengawali perjalanannya di Flores Timur pada tahun 1990, dengan bergabung bersama Yayasan Solidaritas Sedon Senaren Lamaholot. Partisipasi aktifnya dalam upaya pemberdayaan perempuan melalui yayasan tersebut lah yang kemudian mengantarkan Oma Bekti di Labuan Bajo.
Perempuan yang berasal dari Yogyakarta ini memulai kegiatan pendampingan kepada kelompok usaha mikro di sekitar Kampung Air di Kabupaten Manggarai Barat pada tahun 2014. Namun, seiring perkembangan industri yang membaik, ada dampak buruk limbah yang dihasilkan pada lingkungan sekitar. Kondisi yang semakin mengkhawatirkan dan menimbulkan pencemaran, kemudian memantik semangat Oma Bekti untuk memulai upaya pengelolaan sampah di Labuan Bajo. “Harapan saya agar sampah dapat dikreasikan menjadi produk baru yang berguna dan memiliki nilai jual di pasaran,” ujarnya.
Ia memulai upayanya dengan memberikan edukasi dan sosialisasi terhadap masyarakat sekitar, terkait cara-cara pengurangan penggunaan plastik sekali pakai. “Saya menyadari betul bahwa permasalah sampah tidak hanya menjadi tanggung jawab lembaga pemerintahan saja. Melainkan kontribusi masyarakat juga memiliki peran penting, terlebih dalam upaya pengelolaan di skala rumah tangga.”
Awalnya gerakan mengelola sampah masih dianggap asing oleh kebanyakan orang. Tak jarang, Oma Bekti mendapatkan penolakan dari berbagai pihak. Kesan yang ditimbulkan saat itu sampah adalah sesuatu yang kotor dan kurang bergengsi, namun hal ini tak mengurungkan niat Oma Bekti untuk berkontribusi dalam upaya pengelolaan sampah.
KSU Sampah Komodo
Kegigihan Oma Bekti ia buktikan dengan menginisiasi lahirnya Koperasi Serba Usaha (KSU) Sampah Komodo bersama beberapa rekannya pada November 2014. Tujuan berdirinya KSU tidak lain adalah untuk menjadikan Labuan Bajo sebagai destinasi wisata yang bersih dan terbebas dari sampah. Melalui partisipasi 25 anggotanya, hingga tahun 2020 KSU Sampah Komodo telah berhasil megelola sebanyak 87.5 ton sampah. Pengelolaan sampah platik dilakukan dengan bantuan mesin pencacah dan mesin press. Hasil olah sampah plastik kemudian dijual kembali ke beberapa kota seperti Bali dan Surabaya.
“Mengelola sampah sama seperti membesarkan anak. Butuh kesabaran, ketulisan, dan dedikasi penuh,” tutur Oma Bekti. Di luar 25 anggota tetap koperasi, keberhasilan dapat terwujud atas dukungan para relawan yang mayoritas berasal dari ibu rumah tangga dan juga komunitas disabilitas. Secara rutin Oma Bekti bersama para relawan akan mengumpulkan sampah di wilayah sekitar, untuk kemudian dipilah sesuai jenis. Setelah itu sampah akah dibersihkan dan diolah untuk dijual atau juga diproduksi menjadi produk daur ulang bernilai ekonomis.
Beberapa produk yang dihasilkan ialah: celemek (apron) dan tas belanja dari kemasan minyak goreng, lalu terdapat alas gelas (coaster) dari plastik tutup botol air mineral. Harapan Oma Bekti untuk mengkreasikan sampah menjadi produk yang dapat digunakan kembali telah menjadi kenyataan. Hasil dari kerajinan tangan ini kemudian dipasarkan melalui berbagai pameran yang kemudian kembali menjadi biaya operasional koperasi.
Jatuh, Putus Asa, dan Bangkit Kembali!
Di awal perjalanannya KSU Sampah Komodo kerap menghadapi berbagai tantangan, salah satunya adalah masih belum optimalnya dukungan dan partisipasi masyarakat. Selain itu kepengurusan yang masih sangat baru menyebabkan belum adanya model pengelolaan sampah yang efektif yang dapat diterapkan. Sempat patah arang, Oma Bekti pernah mengundurkan diri selama beberapa waktu dari kepengurusan KSU Sampah Komodo.
Namun dukungan dan semangat para relawan yang terus berlanjut, kembali mengobarkan semangat Oma Bekti untuk melanjutkan mimpinya. Semangat inilah yang kemudian mempertemukan KSU Sampah Komodo dengan Yayasan WWF Indonesia. Pada tahun 2015, Yayasan WWF Indonesia bersama pemangku kebijakan di Kabupaten Manggarai Barat mulai memberikan pendampingan berupa peningkatan kapasitas anggota koperasi, serta bantuan alat untuk mendukung proses pengelolaan sampah. KSU Sampah Komodo pun memiliki legalitas resmi pada April 2015 dan terus melaju hingga kini.
Sampai saat ini upaya bersama untuk mengurangi sampah plastik dan mencegah pencemaran lingkungan masih aktif dilakukan di wilayah Labuan Bajo oleh Oma Bekti dan rekan-rekan. Oma Bekti punya keyakinan yang kuat dalam perjalanannya membangun KSU Sampah Komodo, “Saya yakin bahwa KSU Sampah Komodo merupakan salah satu cara merawat alam, sebagai balasan akan apa yang kita terima dari alam selama ini."
Perempuan Sebagai Roda penggerak pelestarian alam
Tidak hanya menjadi tempat pengelolaan sampah, KSU Sampah Komodo kini menjadi rumah dan tempat aman bagi para relawannya, yang didominasi oleh perempuan. Oma Bekti menerima relawan dari berbagai latar belakang, tidak terkecuali kaum disabilitas, korban pelecehan dan kekerasan yang seringkali dikucilkan oleh masyarakat. Perempuan-perempuan ini diberikan edukasi dan pelatihan yang dapat meningkatkan kemampuan dan keterampilan mereka. “Melibatkan dan memberdayakan perempuan dalam upaya menjaga alam menjadi bukti bahwa perempuan dapat mengambil tindakan nyata dan menciptakan perubahan,” jelas Oma Bekti.
Kisah perjalanan Oma Bekti membangun dan memberdayakan perempuan untuk upaya pelestarian lingkungan memberikan dampak nyata atas perubahan yang dapat dicapai. Pada tahun 2014 ia menjadi fasilitator dalam penguatan calon DPRD perempuan di Manggarai Barat. Pada tahun 2018, ia dinobatkan sebagai Ibu Inspiratif oleh KOPERNIK, dan menjadi representasi Indonesia di Dubai dalam kegiatan yang mengusung tema ‘Energi Baru dan Terbarukan’.
Dalam kesempatan itu, Oma Bekti menyampaikan keresahannya akan isu air yang ia hadapi, “Waktu itu saya menyampaikan kekhawatiran sata akan ketersediaan dan akses air bersih. Saya juga menceritakan pengalaman pribadinya menyaksikan kaum perempuan yang sampai harus menunggu berjam-jam untuk membawa pulang air bersih.”
Selain terlibat dalam kepengurusan di KSU Sampah Komodo, Oma Bekti juga aktif terlibat dalam organisasi-organisasi lain seperti: Pendidikan Koperasi Sadar Sampah, Daur Ulang Sampah, dan juga Pengembangan Organisasi Rumah Pekerti yang juga berupaya untuk mengelola sampah menjadi kerajinan tangan.
“Oma Bekti adalah sosok yang inspiratif. Kesehariannnya menunjukkan betapa gigihnya beliau dalam memperjuangkan isu pemberdayaan perempuan dan kelestarian lingkungan. Oma Bekti menunjukkan bahwa perempuan mempunyai peran yang sangat penting dalam upaya pelestarian lingkungan,” ungkap Khaifin, Site Coordinator for Flores Waters Yayasan WWF Indonesia.
Melalu perjalanan Oma Bekti dalam memperjuangkan kelestarian alam dan juga pemberdayaan perempuan, kita dapat melihat cerminan sosok Kartini. Ia berharap semakin banyak sosok-sosok pemimpin perempuan, sebagi bukti nyata bahwa perempuan dapat membawa perubahan nyata di masyarakat.
“Saya berharap kelak para perempuan bisa memiliki ruang kebebasannya sendiri tanpa mengesampingkan hal yang sudah menjadi tugasnya. Saya ingin perempuan bisa diberi ruang untuk menyuarakan ide dan pendapatnya di dalam masyarakat dan terlibat dalam pengambilan keputusan,” harap Oma Bekti.