MENILAI KEPATUHAN UNTUK MENINGKATKAN PRAKTIK PERIKANAN KERANG YANG LESTARI DI SIDOARJO
Oleh : Fransiska Sonya Puspita (Capture Fisheries Assistant)
Kabupaten Sidoarjo merupakan salah satu kabupaten yang memiliki potensi perikanan tangkap yang cukup tinggi. Salah satu hasil komoditas perikanan tangkap unggulannya adalah kerang-kerangan. Menurut data statistik Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Jawa Timur Tahun 2010, produksi kerang darah (Tegillarca granosa) di Kabupaten Sidoarjo mencapai 952,7 ton. Nilai ini belum ditambahkan hasil dari tangkapan kerang lainnya, meliputi kerang bulu dan kerang batik. Sayangnya, potensi perikanan yang besar tersebut belum didukung dengan pengelolaan yang tepat dan praktik perikanan yang ramah lingkungan. Hal ini bisa dilihat dari adanya aktivitas nelayan yang belum selektif dalam memilih ukuran kerang layak konsumsi serta belum diketahuinya status stok secara komprehensif untuk semua jenis kerang yang ada di Kabupaten Sidoarjo.
Dengan tujuan untuk melakukan perbaikan praktik penangkapan kerang dinilai tidak lestari, WWF-Indonesia melakukan penilaian kepatuhan (compliance) sesuai dengan panduan Better Management Practices (BMP). Penilaian tersebut telah dilakukan pada tanggal 23-25 November 2016 di Desa Banjar Kemuning. Tim WWF-Indonesia melakukan wawancara secara langsung kepada kelompok nelayan dampingan untuk melihat aspek-aspek terkait program perbaikan perikanan kerang. Seperti aspek legalitas, aspek konservasi, aspek sosial dan kelompok serta aspek kualitas produk.
Berdasarkan evaluasi yang dilakukan, hasil penilaian kepatuhan pada kelompok dampingan menunjukkan bahwa nelayan telah mematuhi tata cara penangkapan kerang yang baik sesuai dengan BMP sebesar 75.3%. Kontribusi kepatuhan terutama dalam hal legalitas kelompok nelayan, kepatuhan terhadap peraturan perikanan tangkap, dan operasional penangkapan. Serta diketahui perlu adanya peningkatan monitoring dalam pencatatan logbook tangkapan dan perlakuan kandungan logam berat pada kerang. Selain itu, ditemukan juga adanya kesalahan penyampaian informasi antara pendamping dengan kelompok nelayan dan pemangku kepentingan sehingga mengakibatkan kurang maksimalnya program yang berjalan.
Melihat kendala tersebut, pada 28 November 2016 WWF-Indonesia bersama Koalisi Perempuan Indonesia (KPI), sebagai anggota Jaringan Kerja Perikanan Bertanggung jawab Nusantara (JARNUS), mengadakan pertemuan dengan seluruh stakeholder yang terlibat dalam pengelolaan perikanan kerang di Balai Desa Banjar Kemuning, Sidoarjo. Pertemuan yang bertujuan untuk menyamakan persepsi antar stakeholder terkait visi dan misi program perbaikan perikanan kerang yang mengacu pada standar Marine Stewardship Council (MSC) dan rencana kerja (workplan) perbaikan perikanan ini dihadiri oleh banyak pihak. Meliputi, Kepala Bidang Kelautan Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Sidoarjo, Kepala Desa Banjar Kemuning, Dosen Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Koalisi Perempuan Indonesia, dan masyarakat nelayan yang tergabung dalam Paguyuban Nelayan Sari Laut (KUB) Desa Banjar Kemuning, Sidoarjo.
“Masalah atau kendala yang sudah terjadi adalah masa lalu, mari kita bersama memajukan perikanan kerang ini untuk kepentingan bersama” ujar Bapak Fadholin; Ketua KUB Sari Laut.
Masing-masing stakeholder juga memberikan masukan dalam diskusi agar workplan yang sudah disusun dan disepakati tersebut bisa menjadi panduan utama dalam melakukan praktik perbaikan perikanan kerang. Praktik perikanan kerang di Kabupaten Sidoarjo kedepannya akan dikawal bersama dalam lingkup kerja JARNUS, dimana KPI dan WWF Indonesia sebagai mitranya. Koordinasi dan peran aktif semua stakeholder diharapkan dapat memberikan kontribusi besar menuju sertifikasi ecolabel MSC untuk komoditas kerang tangkap di Indonesia.