MENGENAL LEBIH DEKAT ALAM BORNEO MELALUI MEDIA FOTOGRAFI
Oleh Priska Raharjo
Jakarta (19/04)-Sebagai bagian dari rangkaian Borneo Festival “Taking the Heart of Borneo to the City,” WWF-Indonesia menggelar talkshow ""Photo Clinic bersama National Geographic dan Panda Click!,"" Jumat (19/04) di Gandaria City, Jakarta Selatan. Acara tersebut menarik banyak kelompok komunitas fotografi, terbukti dari audiens yang datang, yang rata-rata membawa kamera dan sibuk mendokumentasikan rangkaian kegiatan yang berlangsung.
Talkshow dibuka oleh Koordinator Komunikasi WWF-Indonesia Program Kalimantan Barat Jimmy Syahirsyah yang memaparkan “Panda Click!” Ia memaparkan bahwa awalnya kegiatan tersebut merupakan proyek pemberdayaan masyarakat melalui fotografi.
CLICK! (Communication Learning towards Innovative Change and Knowledge)berupaya menjembatani komunikasi dan aspirasi masyarakat melalui fotografi serta mendorong munculnya perubahan-perubahan positif yang bermanfaat bagi masyarakat dan alam sekitarnya. Program fotografi komunitas yang dimulai sejak Februari 2010 itu dijalankan dengan meminjamkan sebuah kamera foto dan kamera video kepada masyarakat untuk memotret kondisi alam serta kehidupan sosial dan budaya di lingkungan sekitar mereka. Sebelum mulai berburu gambar, para peserta mendapatkan pelatihan singkat mengenai teknis penggunaan kamera dan ilmu dasar fotografi.
""Foto dapat menjadi salah satu sarana bagi masyarakat, khususnya pedalaman, untuk bercerita kepada masyarakat luar mengenai kehidupan mereka. Baik dari potensi daerah yang mereka tinggali, masalah yang mereka hadapi sampai berbagi nilai atau value dalam masyarakat adat. Hal ini yang kemudian akan menjadi daya tarik bagi masyarakat luar untuk mengunjungi suatu daerah dan kemudian mendukung terbentuknya sebuah lokasi wisata yang baru,"" papar Jimmy.
Selain mendorong masyarakat lokal untuk membuat dokumentasi, mereka juga didorong untuk menggali informasi mengenai objek yang mereka dokumentasikan dan menyampaikan sedikit cerita mengenai apa yang ada di balik foto yang mereka ambil.
Proyek terakhir yang dilakukan bertempat di Kapuas Hulu. Bersama 34 fotografer dari 7 desa, di 6 bulan pertama sudah terkumpul sebanyak 50.000 frame foto yang kemudian disortir menjadi 200 foto dan dipamerkan di situs foto Panda Click!.
Pembicara lainnya adalah Purwo Subagyo, Creative dari National Geographic Indonesia, yang mendukung proyek Panda Click! dengan mengutarakan sebuah konsep yang disebut geowisata. ""Geowisata adalah melukis, memotret, menyimak dan mendengar melalui sudut pandang wisata berkelanjutan. Harapannya adalah agar generasi masa depan tetap dapat menikmati apa yang bisa kita nikmati saat ini, atas upaya perlindungan yang kita lakukan di masa kini. Mengambil prinsip ekowisata, pariwisata harus mengedepankan pelestarian alam, kemudian meluas pada budaya, sejarah, dan aset khas dari tempat tersebut.""
Purwo menambahkan, dasar atau pegangan utama untuk pelayanan destinasi atau daerah tujuan wisata adalah tidak boleh membahayakan. Artinya, harus bisa melindungi tempat tujuan wisata dan mengantisipasi lingkungan dan budaya setempat sekaligus melestarikan sumber daya. Pelancong perlu diinformasikan dan dihimbau untuk mendukung bisnis wisata yang mengurangi emisi karbon, hemat energi, hemat air, dan lainnya.
Tentunya lokasi geowisata ini harus menguntungkan warga setempat, sehingga terjadi simbiosis mutualisme antara pelancong dan warga setempat. Pelancong mendapatkan wisata yang menyenangkan, berkesan, mendalam dan mencerdaskan. Sementara warga setempat memiliki sumber pemasukan dari daerah wisata yang niscaya akan terus mereka jaga kelestariannya.
Talkshow ditutup oleh testimoni dari Yohanes Karundeng, seorang Supporter WWF-Indonesia yang berkesempatan untuk berkunjung ke Taman Nasional Danau Sentarum, Kalimantan Barat.
""Saya senang bisa mengambil banyak gambar selama trip saya di Kalimantan. Meskipun tanpa menggunakan kamera yang mutakhir, keadaan alamnya sudah begitu indah sehingga setiap gambar yang kita ambil pasti bagus hasilnya. Namun keindahan ini terus perlu kita jaga kelestariannya, agar setiap orang yang melihat gambar-gambar tersebut bisa terus kembali dan mengambil gambar yang sama dalam kondisi yang tetap sama,"" pungkasnya.