MELESTARIKAN ALAM MELALUI PENDEKATAN AGAMA
Oleh: Rosie Ferawati (Volunteer Bumi Panda) & Natalia T. Agnika
Isu tentang kerusakan lingkungan menjadi perhatian banyak pihak. Berbagai upaya dilakukan demi menyikapi hal tersebut, salah satunya melalui pendekatan agama. Bumi Panda sebagai rumah edukasi lingkungan hidup milik WWF-Indonesia mencoba mengajak publik untuk membuka wawasan dalam upaya melestarikan alam melalui sebuah diskusi bertajuk “Walking Gently on Earth” pada Sabtu (23/07) yang lalu.
Diskusi yang menghadirkan pembicara Nana Firman, Koordinator GreenFaith USA (komunitas lintas keagamaan peduli lingkungan yang berbasis di Amerika) dan Nissa Wiradiguna sebagai pendiri Pesantren Ath-Taariq, Garut tersebut dihadiri oleh mahasiswa dari beberapa universitas di Bandung. Kedua pembicara memaparkan nilai-nilai agama Islam yang mendukung upaya pelestarian lingkungan.
Nana Firman mengatakan bahwa semua agama mengajarkan untuk berbuat baik di muka bumi dan ada beberapa prinsip dalam ajaran agama yang mengajarkan tentang memelihara keseimbangan lingkungan. Islam adalah salah satu agama yang mempunyai pesan tentang pelestarian alam. Aktivis lingkungan ini memaparkan ayat-ayat dalam Al-Quran maupun Hadist yang membahas tentang lingkungan dan kewajiban kita sebagai manusia untuk menjaga lingkungan.
Ayat-ayat yang membahas tentang lingkungan di antaranya terdapat dalam Q.S. Al-Zalzalah ayat 1 sampai 8, Q.S. Ibrahim ayat 32, Q.S. At-Taqwir ayat 26, Q.S. Al-Ahzab ayat 72, dan dalam Q.S. Ar-rahman. Nana menuturkan bahwa ada dua pesan dalam Islam tentang lingkungan. “Pertama, kita diberi amanah bahwa selama kita hidup di dunia ini harus menjaga bumi karena nantinya hal tersebut akan ditanyakan pada saat di alam akhirat. Pesan yang kedua adalah kita sebagai khalifah yang bukan hanya bermakna pemimpin namun khalifah ini memiliki makna yang luas, bisa saja menjadi penanggung jawab, pengelola, memanfaatkan lingkungan namun harus bertanggung jawab, dan tentunya khalifah sebagai wakil dari Allah SWT di muka bumi untuk menjaga bumi,” ujar Koordinator GreenFaith USA tersebut.
Selain itu, banyak anjuran dan kewajiban dalam Al-Quran yang dapat dijadikan pegangan untuk gaya hidup hijau. Sebut saja anjuran untuk hemat energi yang terkandung dalam hadist yang berbunyi “matikan lampu ataupun penerangan lain saat kau hendak tidur”. Selain mendukung dalam gerakan hemat energi, hadist tersebut sangat mendukung terhadap kesehatan tubuh manusia karena saat tidur ada beberapa sel dalam tubuh yang membutuhkan suasana gelap untuk memperbaiki keadaan dalam tubuh. Menutup presentasinya, Nana mengajak para peserta yang hadir untuk mencoba lebih sadar dan memahami lebih dalam kandungan ayat-ayat yang telah Allah berikan mengenai kewajiban kita menjaga lingkungan agar setiap dampak kerusakan yang akan terjadi dapat kita cegah.
Dalam sesi selanjutnya, Nissa Wiradiguna sebagai pendiri Pesantren Ath-Taariq, Garut berbagi tentang kegiatan di pesantren yang dikenal sebagai eco-pesantren tersebut. “Pesantren yang kami kelola itu berbasis ekologi karena ekologi berpengertian pada kesetaraan. Makhluk hidup itu bukan hanya manusia dan bukan hanya umat Muslim. Apabila sudah bersinggungan dengan alam maka menjadi tanggung jawab bersama,” ujar Nissa.
Tidak hanya bercerita tentang kegiatan di eco-pesantren, Nissa juga membawa beberapa contoh biji-bijian yang bisa dimanfaatkan untuk gaya hidup ramah lingkungan. Salah satu yang menarik adalah buah klerak/lerak. Buah tersebut adalah bahan yang dapat digunakan sebagai pengganti sabun. Menurutnya, bahan kimia dari sabun yang sehari-hari kita gunakan sangat berbahaya dan dapat membunuh setiap organisme yang hidup dalam tanah. Bahan kimia dari sabun juga membuat lapisan dalam tanah menjadi semakin hancur. Dengan penggunaan bahan alami diharapkan dapat membantu pelestarian alam dan tidak menambah kerusakan-kerusakan yang telah terjadi saat ini.
“Perintah untuk menjaga lingkungan itu sudah ada, tinggal kita (apakah) mau memahami dan mempelajari setiap dari ayat suci Al-Quran dan pastinya menjalankannya juga,” tutup Nana Firman memberikan kesimpulan diskusi “Walking Gently on Earth” di Bumi Panda.