MARI MENANAM, CEGAH ABRASI DENGAN MANGROVE
Oleh: Dwi Suprapti
Abrasi merupakan momok yang cukup menakutkan bagi sebagian warga pesisir utara Kalimantan Barat. Berdasarkan data pengamatan WWF-Indonesia (2009) setidaknya terdapat 193 km pesisir utara Kalimantan Barat yang terancam abrasi. Dan tak kalah kritisnya yaitu Desa Sungai Duri, Kecamatan Sungai Raya, Kabupaten Bengkayang dimana setiap akhir tahun tak jarang warga harus mengungsi akibat pasang air laut yang menggenangi rumah dan sejumlah warga telah kehilangan tempat tinggal akibat lahan pemukiman yang tergerus oleh gelombang air laut.
Desa Sungai Duri adalah salah satu desa terbesar di kecamatan Sungai Raya, Kabupaten Bengkayang. Dengan luas wilayah mencakup 3.000 meter persegi dan jumlah penduduk ±17.000 jiwa. Sebagian besar penduduk Desa Sungai Duri menggantungkan hidupnya sebagai nelayan penangkap ikan. Sebagian lagi mengusahakan lahan pertanian dan perkebunan. Selain itu profesi utama warga Desa Sungai Duri adalah sebagai pedagang. Dengan letak geografisnya yang strategis yaitu terletak di antara kota-kota besar seperti Singkawang dan Pontianak, Desa Sungai Duri dahulu pernah mengalami pertumbuhan ekonomi yang cukup pesat.
Namun, sejak terpapar abrasi sekitar 25 – 30 tahun yang lalu berdampak buruk terhadap perkembangan daerah. Wilayah yang sebelumnya menjadi pusat perekonomian di Pesisir Utara kini semakin terpuruk akibat rusaknya alam, khususnya wilayah pesisir pantai. Penangkapan ikan menurun drastis, jalan raya utama hancur akibat ganasnya ombak laut.
Melihat kondisi tersebut, PT Bank Central Asia (BCA) di usianya yang ke-58 tahun bersama WWF Indonesia menginisiasi kegiatan penanaman 15.000 bibit mangrove di sepanjang pesisir di Desa Sungai Duri, Kecamatan Sungai Raya, Kabupaten Bengkayang sebagai upaya mencegah dampak abrasi yang semakin parah. Peninjauan hasil penanaman dan sekaligus penanaman simbolis dilakukan (9/6) oleh Head of CSR BCA Sapto Rachmadi, Kepala KCU BCA Singkawang Lily Sunaryo, Pimpinan WWF Indonesia Program Kalimantan Barat – Albertus Tjiu, Muspika Kecamatan Sungai raya, Pemerintah Desa Sungai Duri dan Karang Taruna Akar Bahar.
Lily mengatakan, “Kami kembali melakukan penanaman bibit Mangrove sebagai bagian dari rangkaian kegiatan HUT BCA ke 58. di Kabupaten Bengkayang, Kalimantan Barat. Kegiatan yang kami lakukan pada hari ini juga merupakan tindak lanjut dari penanaman pohon yang telah kami laksanakan di Ekowisata Mangrove di kawasan Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara dan sejumlah wilayah lainnya. Kegiatan ini diharapkan mampu membantu merehabilitasi kawasan Mangrove di kawasan ini.”
Berdasarkan analisis citra yang dilakukan oleh WWF-Indonesia pada periode 2000 – 2009, telah terjadi penambahan tingkat kerusakan hutan mangrove Kalimantan Barat (Kalbar) di Kabupaten Sambas, Singkawang-Bengkayang, Pontianak dan Kubu Raya masing-masing dengan 57,779 Ha; 0,75 Ha; 645,974 dan 1.432,7 Ha atau dengan total mencapai 2.137,203 Ha. Menurut Badan Lingkungan Hidup Daerah (BLHD) Kalbar, tingginya kerusakan hutan mangrove disebabkan pembukaan hutan untuk pemukiman, tambak dan penebangan liar yg menjadi penyumbang terbesar kerusakan mangrove di Kalbar. “Oleh karena itu, penanaman kembali bibit mangrove merupakan hal yang perlu kita upayakan bersama agar hutan mangrove dapat direhabilitasi.” ujar Lily.
Penanaman pohon mangrove ini merupakan bagian dari program NEWtrees yang dicanangkan oleh WWF. Program ini berorientasi pada perbaikan fungsi ekosistem prioritas di tingkat bentang alam. Program NEWtrees juga sejalan dengan upaya yang sedang dilakukan oleh pemerintah dalam mengintegrasikan pembangunan sektoral dengan daya dukung lingkungan. Program NEWtrees turut mendukung dan berkontribusi mewujudkan komitmen pemerintah untuk menurunkan emisi gas rumah kaca sebesar 26% pada tahun 2020 melalui perbanyakan penanaman pohon dan reforestasi.
Sementara itu Manajer Program Kalbar WWF-Indonesia, Albertus Tjiu menambahkan, dalam rangka memperingati Hari Lingkungan Hidup tgl 5 Juni dan 8 Juni yang merupakan Hari Kelautan Sedunia dengan tema “Healthy Oceans, Healthy Planet” merupakan saat yang tepat bagi kita bersama untuk menghijaukan kembali planet bumi terkait dengan penanaman mangrove di sepanjang pesisir pantai utara Kalimantan Barat. WWF Indonesia telah bekerja sama dengan Kelompok Pemuda Karang Taruna “Akar Bahar” sejak tahun 2009 untuk upaya penghijauan ini. “Ini upaya bersama untuk menumbuhkan kesadaran warga Sungai Duri akan pentingnya mangrove bagi kehidupan,” jelasnya.
Ia berharap, sejumlah 15.000 bibit yang telah ditanam di Desa Sungai Duri ini ke depan dapat memberikan manfaat bagi masyarakat pesisir Sungai Duri dari ancaman abrasi, melindungi dari gempuran pasang gelombang tinggi di penghujung tahun dan memulihkan kembali sektor perikanan dengan rimbunnya mangrove yang ditopang oleh kuatnya akar-akar jangkar yang kokoh, tutup Albert.