KUMPUL KOMUNITAS EARTH HOUR: MAKIN TERAMPIL BERKAMPANYE DAN DEKAT DENGAN ALAM
Oleh: Natalia T. Agnika dan Ciptanti Putri
Siang itu, sekelompok anak muda nampak bersemangat membuka lembaran-lembaran surat kabar. Dalam kelompok-kelompok, mereka serius berdiskusi menentukan artikel mana yang menurut mereka paling menarik. Berbagai argumen bermunculan di antara anggota kelompok hingga akhirnya perwakilan kelompok mereka tampil satu per satu untuk mempresentasikan hasil analisis berita di hadapan peserta lainnya. Anak--anak muda tersebut adalah perwakilan Komunitas Earth Hour dari beberapa kota di Indonesia. Selama Jumat hingga Sabtu (31 Juli-1 Agustus 2015) pekan lalu, mereka berkumpul di Eco Learning Camp Dago, Bandung, Jawa Barat, dalam kegiatan “Kumpul Komunitas Earth Hour” yang diselenggarakan oleh WWF-Indonesia.
Kegiatan diikuti oleh sekitar 20 orang, dan menjadi medium silaturahim dan berbagi pengetahuan kepada para penggiat Earth Hour (EH) se-Indonesia. ”Acara ini merupakan bentuk apresiasi WWF-Indonesia kepada para penggiat EH atas dedikasi, komitmen, dan energi yg telah mereka kontribusikan secara sukarela dalam mendukung setiap kegiatan Earth Hour selama ini,” ungkap Nenden N. Fathiastuti, Public Relation Manager WWF-Indonesia, yang mengkoordinasi kegiatan. Di sela-sela agenda acara yang cukup padat, pihaknya juga menyampaikan informasi tentang kampanye #BeliYangBaik dengan harapan penggiat-penggiat EH termotivasi melakukan kampanye tersebut di kotanya masing-masing. “Oleh karena itu pemilihan kota perwakilan yang mengikuti kegiatan ini disesuaikan dengan target kampanye #BeliYangBaik, yakni kota-kota besar dengan tingkat konsumsi yang tinggi,” lanjut ia.
Hadir perwakilan Komunitas Earth Hour dari Medan, Makassar, Balikpapan, Surabaya, Yogyakarta, Denpasar, Bandung, Tangerang, Bekasi, Depok, Bogor, Cimahi, dan Sidoarjo, yang sebagian besar merupakan koordinator online di kotanya. Mereka kemudian mengikut pelatihan tentang jurnalisme warga dengan dipandu sejumlah narasumber, antara lain Anton Muhajir (Blogger, penulis, founder balebengong.net), Ahmad Zamroni (fotografer Komunitas 1000 Kata dan majalah Forbes Indonesia), serta Budi Afriyan (videografer). Lewat pelatihan tersebut diharapkan kemampuan menulis, fotografi, dan dokumentasi video para penggiat EH dalam kerangka jurnalisme warga dapat menjadi lebih baik. Kemampuan tersebut akan sangat bermanfaat untuk kampanye aksi dan dokumentasi Earth Hour dan WWF-Indonesia.
Di hari pertama, para peserta mendapatkan teori seputar penulisan, fotografi, dan videografi dari para narasumber. Keesokan harinya, peserta dibagi dalam kelompok-kelompok dan bekerja sama membuat karya berupa tulisan, karya foto, dan video. Bagaikan reporter, fotografer, dan kameramen, mereka memburu bahan berita sesuai tema masing-masing. Ada yang menyusun karya jurnalisme warga bertema “Pertanian Organik” dan mencari obyek foto di kebun asri di halaman belakang Eco Learning Camp, ada pula yang menjelajahi Taman Hutan Rakyat untuk menggali inspirasi mengenai potensi taman kota tersebut.
Dalam waktu yang cukup singkat, hasil karya para peserta dikumpulkan dan dipresentasikan di depan para narasumber. Para peserta kemudian mendapatkan evaluasi mengenai karya mereka. Adriani Mutmainnah, Koordinator Online Earth Hour Makassar, merasa senang karena materi dari para narasumber cukup jelas dan membuka wawasannya. “Sayang waktu untuk praktiknya kurang. Akan lebih bagus lagi kalau waktunya ditambah,” saran Adriani.
Di luar pelatihan, peserta mendapat berbagai informasi tentang gaya hidup hijau. Pihak Eco Learning Camp yang diwakili oleh Sherly dan Ferry Sutrisna Widjaja, di sesi awal memaparkan konsep ""Tujuh Pola Hidup Ekologis"" yang menjadi cita-cita keberadaan learning center tersebut. Sesi dilanjutkan dengan pemaparan tentang kampanye #BeliYangBaik oleh Dewi Satriani, Campaign Manager WWF-Indonesia. Masih dalam rangkaian kampanye yang sama, Margareth Meuthia, Footprint Campaign Coordinator WWF-Indonesia, menjelaskan tentang Festival #BeliYangBaik yang akan diselenggarakan di Bintaro Jaya Xchange Mall pada 8-9 Agustus 2015. Komunitas Earth Hour diharapkan turut mendukung dan menyebarluaskan kampanye tersebut serta menciptakan kegiatan dengan wacana tersebut di kota masing-masing. Para admin media online Komunitas Earth Hour juga mendapat wawasan baru seputar media sosial dari Aditya Aryatama, Digital Channel Coordinator WWF-Indonesia.
Meski baru bertemu dan berasal dari kota yang berbeda, para perwakilan Komunitas Earth Hour tampak cepat berteman karib satu sama lain. Suasana kekeluargaan terasa kental, terlebih anak-anak muda tersebut senang berceloteh dan bercanda ria. Harbayani, Koordinator Earth Hour Balikpapan, mengaku merasakan suasana yang akrab tersebut. “Selain itu, saya juga belajar tentang kemandirian dan lebih bersyukur di sini,” tuturnya. Ya, selama tinggal di Eco Learning Camp, para peserta diajarkan untuk hidup mandiri, karena mereka wajib mencuci sendiri alat makan dan membersihkan tempat tidur. Mereka juga diajak dekat dengan alam lewat meditasi pagi hari, berkebun, mendengarkan suara alam, dan berhemat energi.