KESADARAN THOMAS UNTUK MELEPASKAN PENYU DI DESA JERUSU
Thomas Taluta, seorang anak berusia 12 tahun dari Desa Jerusu, Kecamatan Romang, adalah murid kelas 6 di SD Kristen Desa Jerusu. Thomas dikenal sebagai anak yang gemar bermain di pantai, dekat dengan alam, atau dikenali warga sebagai anak yang suka membantu orang lain. Ia dan teman-temannya biasanya berkumpul di pesisir desa, tempat mereka bermain sambil mengamati kehidupan laut yang akrab bagi masyarakat Jerusu.
Suatu sore, Thomas melihat seonggok jaring ikan rusak (ghost net) tersangkut di tepi pantai. Dari kejauhan tampak seperti sampah biasa, tetapi ketika ia mendekat, ia menemukan seekor Penyu Sisik kecil terjerat di dalamnya. Penyu itu berusaha bergerak, namun jaring kusut membuatnya tak berdaya.
Tanpa ragu, Thomas mengangkat jaring itu dan melepaskan penyu tersebut dari ghost net. Ia membawanya pulang dan merawatnya sementara di bak air di rumahnya. Bagi seorang anak seusianya, tindakan ini mungkin sederhana. Namun di tengah ancaman yang dihadapi penyu laut saat ini, langkah Thomas menjadi contoh kecil betapa kepedulian satu anak dapat membuat perbedaan.

Pada waktu yang sama (3–7 Oktober 2025), Yayasan WWF Indonesia sedang melakukan survei sosial-ekonomi dan pemanfaatan pesisir di Desa Jerusu. Ayah Thomas kemudian menghampiri tim WWF, memberi tahu bahwa anaknya menemukan seekor penyu yang sementara dirawat di rumah. Informasi ini mengantar tim WWF-ID ke rumah keluarga Thomas, hanya sekitar 50 meter dari penginapan.
Tim WWF pun memeriksa kondisi penyu dan melakukan pendataan. Individu tersebut teridentifikasi sebagai Penyu Sisik remaja dengan panjang karapas 37,8 cm. Salah satu spesies berstatus kritis (Critically Endangered) menurut IUCN (International Union for Conservation of Nature and Natural Resources) dan merupakan spesies dilindungi penuh di Indonesia.
Setelah berdiskusi dengan keluarga, tim WWF berhasil meyakinkan Thomas dan orang tuanya bahwa penyu itu harus dilepas kembali ke habitat aslinya. Pada Senin, 6 Oktober 2025, proses pelepasan dilakukan langsung oleh Thomas, didampingi tim WWF-Indonesia. Momen itu bukan hanya pemulangan seekor penyu ke laut, tetapi juga langkah awal dalam menumbuhkan rasa kepemilikan dan kepedulian lingkungan pada generasi muda Jerusu.

Penyu Sisik (Eretmochelys imbricata) memiliki peran penting dalam menjaga kesehatan ekosistem laut. Penyu Sisik membantu mengontrol populasi spons dan organisme kecil lain di terumbu karang. Tanpa penyu, beberapa jenis spons dapat tumbuh berlebihan dan menutupi karang, menyebabkan terganggunya rantai makanan dasar di ekosistem tropis.
Selain itu, penyu juga berperan memindahkan nutrien antara darat dan laut. Saat mereka bertelur di pantai, sebagian nutrisi dari telur yang tidak menetas terserap oleh pasir dan vegetasi pantai, memperkaya ekosistem pesisir. Kehilangan penyu berarti hilangnya salah satu mekanisme alami yang menjaga keseimbangan ekosistem laut dan pantai.
Survei WWF-Indonesia mencatat bahwa masyarakat Jerusu membutuhkan sosialisasi dan edukasi terkait spesies laut yang dulindungi dan terancam punah karena teridentifikasi masih ada aktivitas pemanfaatan di masyarakat. Pengalaman bersama Thomas menunjukkan bahwa pendidikan lingkungan sejak dini, terutama di tingkat SD dan SMP, sangat penting untuk membangun kesadaran baru: bahwa penyu bukan sekadar satwa yang ditemukan di pantai, tetapi penjaga keseimbangan laut yang harus dilindungi.
WWF-Indonesia berkomitmen mendukung untuk peningkatan efektivitas pengelolaan Kawasan Konservasi di Kepulauan Romang, dan Desa Jerusu merupakan salah desa dari total tiga desa yang ada di dalam kawasan. WWF-Indonesia akan mendukung program penjangkauan dan penyadartahuan terkait adanya Kawasan Konservasi dan Spesies laut yang dilindungi & terancam punah serta akan memperkuat peran masyarakat (Kelompok Masyarakat Pengawas/POKMASWAS) dalam pengawasan sumber daya pesisir di KK Kepulauan Romang.
