INGIN MENGAMATI DUYUNG DI ALOR? IKUTI PANDUAN INI, AWASI BERSAMA KAWASAN KONSERVASI
Oleh: Alexandra M. Waskita (Dugong & Seagrass Conservation Program (DSCP) Site Manager, Alor)
Baca Selanjutnya: 3 Desa Ekowisata Alor ini Cocok Untuk Kamu Kunjungi Bareng Keluarga!
Mamalia laut duyung (Dugong dugon) saat ini menjadi salah satu daya tarik pariwisata Kabupaten Alor. Mawar, nama duyung yang mendiami habitat padang lamun di perairan Pantai Mali, Kelurahan Kabola.
Berdasarkan kriteria International Union for Conservation of Nature (IUCN), duyung tergolong bersifat rentan (“Vulnerable”) terhadap kepunahan. Sayangnya, tekanan pariwisata bagi biota dilindungi ini semakin tinggi. Sementara, pemahaman masyarakat dan dasar hukum mengenai perlindungan duyung masih belum kuat.
Untuk menjaga kelestarian duyung, tata cara wisata mengamati duyung telah diatur dalam Peraturan Bupati Kabupaten Alor No. 7/2018.
Dalam gelar Expo Alor 2018 (20/09/18), wisatawan yang datang ke Alor mendapatkan sosialisasi mengenai apa yang harus dan apa yang tidak boleh dilakukan ketika mengamati duyung.
“Dalam Perbup Alor, sudah ditekankan bahwa pengunjung tidak boleh berenang dan memegang, memberi makan, ataupun mengganggu dugong yang berada di habitatnya,” Bapak Ans Takalapeta – DPRD NTT sekaligus mantan Bupati Kabupaten Alor – menjadi salah satu pengunjung stand dalam Expo Alor 2018 berbagi pengetahuan mengenai tata cara wisata pengamatan duyung.
“Pengamatan juga didorongkan hanya dilakukan dari atas kapal, dengan menggunakan kapal masyarakat lokal, yang dikelola oleh dua kelompok di kawasan Mali, Kelurahan Kabola, yaitu Kelompok Ol Oho dan Kelompok Mail Maha,” lanjut ia. Upaya-upaya yang dilakukan bertujuan untuk mengurangi tekanan dari wisata tidak terkontrol dan tidak bertanggung jawab yang praktiknya terjadi di Alor.
Tak hanya sosialisasi mengenai tata cara mengamati duyung, materi-materi mengenai hewan hewan laut dilindungi berdasarkan UU No.5/1990 turut meramaikan Expo Alor 2018. Hal ini penting untuk memberikan informasi kepada pengunjung mengenai perlindungan terhadap mamalia laut sebagai aset penting Kabupaten Alor yang harus dijaga bersama di dalam kawasan konservasi perairan SAP Selat Pantar di Alor yang ditetapkan sejak 2015 lalu ini. Sekaligus, menjadi upaya awal peningkatan kesadartahuan masyarakat sehingga dapat turut mendukung kebijakan pemerintah di tingkat nasional.
“Penting sekali kegiatan sosialisasi semacam ini, agar makin banyak yang tau jenis hewan-hewan laut yang dilindungi pemerintah,” ungkap Mualim Prasong, salah satu pengunjung yang merupakan pemuda asal Kecamatan Teluk Mutiara.
Partisipasi Publik untuk Ikut Awasi Kawasan Konservasi
Dalam Expo Alor, beberapa pengunjung juga turut memberikan informasi mengenai kegiatan perikanan merusak (destructive fishing) yang terjadi di perairan Kabupaten Alor.
“Tanjung Margeta, Pureman, wilayah ini yang merupakan salah satu target bom. Harapannya (perhatian dan) pengawasan terhadap wilayah ini dapat lebih tinggi,” ujar Bapak Dominggus, seorang guru SMPN Langkuru dari Kecamatan Pureman.
Beberapa wilayah di Alor juga kerap mendapat ancaman dari kegiatan perikanan ilegal maupun merusak yang berasal dari dalam maupun luar perairan kabupaten – bahkan Indonesia.
Aspek pariwisata dan perikanan yang ada dapat terus berlanjut apabila sumber daya yang ada juga turut dijaga. Setiap komponen masyarakat, baik dari penduduk setempat, sektor swasta, pemerintah maupun aparat penegak hukum memiliki kewajiban yang berbeda. Namun satu yang sama, tanggung jawab dalam merawat dan memelihara.
Masyarakat dapat turut berkontribusi dengan bekerja sama dengan tour operator, LSM setempat, maupun pemerintah dengan melaporkan kegiatan pelanggaran perikanan merusak kepada unit pengelola SAP Selat Pantar dan Laut Sekitarnya (DKP NTT).
Adapun pariwisata tidak bertanggung jawab khususnya pelanggaran terhadap Peraturan Bupati mengenai pengamatan duyung dapat dilaporkan kepada Dinas Pariwisata Kabupaten Alor (Pak Soni, 0852 391 76123/Pak Ferry, 0822 66187 640). Cara lainnya, adalah dengan melaporkan kejadian-kejadian tersebut melalui aplikasi Marine Buddies yang dirilis WWF-Indonesia.