HIDUP DUYUNG PERAIRAN ALOR TERANCAM, PASUKAN AKSI TANGGAP LANCARKAN PATROLI
Oleh: Alexandra M. Waskita (DSCP Site Manager Alor, WWF-Indonesia)
Jumat (23/2/2018) pukul 14:00 WITA, masyarakat Pantai Mali, Kelurahan Kabola, Kabupaten Alor, diresahkan oleh bersandarnya dua perahu tak dikenal di perairan Pulau Sika, yang merupakan habitat duyung (Dugong dugon). Duyung adalah salah satu mamalia laut dilindungi yang mendiami padang lamun Mali dan sekitarnya, yang termasuk dalam Suaka Alam Perairan (SAP) Selat Pantar.
Tertius, anggota Kelompok Masyarakat Pengawas (Pokmaswas) Sinar Kabola dan Kelompok Nelayan Mail’Maha, mendapati seorang nelayan di kapal berwarna hijau tampak menembakkan tombaknya kepada duyung, namun meleset.
Ia langsung menegur dari kejauhan dan meminta nelayan tersebut menunggu sambil beliau memanggil Onesimus Laa – Pak One, Ketua Forum Komunikasi Nelayan Kabola (FKNK), yang dikenal sebagai “penjaga” dugong. Sayangnya, ketika Tertius dan Pak One kembali, kedua kapal telah menjauhi perairan Teluk Kabola menuju arah barat Pulau Sika, mengarah ke Pulau Pantar.
Mendengar kabar tersebut keesokan paginya, WWF-Indonesia berkoordinasi dengan Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Provinsi NTT dan Kabupaten Alor, Polair Alor, dan Pos TNI AL Alor. Polair Alor dan TNI AL pun segera turun ke lokasi kejadian untuk meminta keterangan saksi lebih lanjut.
“Kapal hijau berukuran kurang lebih 5 GT, bentuknya jolor (joloro – sebutan bagi kapal panjang) tanpa tenda penutup. Kapal menaruh jangkar di wilayah duyung,” ungkap Tertius.
Kapal tersebut rupanya baru pertama kali ia lihat di perairan tersebut, diduga memiliki target utama ikan tuna dan berasal dari Buton. Jenis kapal tersebut biasa terlihat di Desa Ampera yang merupakan tempat didaratkannya berbagai jenis ikan besar.
Sore hari itu, Tertius yang menjadi saksi mata menyampaikan bahwa kejadian terjadi di tengah hujan lebat sehingga kapal bersembunyi di balik Pulau Sika, dengan hanya kapalnya yang melaut di wilayah perairan Pantai Mali.
Pasca kejadian tersebut, tingkah laku duyung juga berubah. Pasalnya, Onesimus kali itu harus berputar-putar sekitar satu jam untuk menarik perhatian agar duyung muncul. “Ikan (duyung) kemarin lama sekali munculnya, saya berputar-putar mencari, ternyata Mawar (nama duyung) bersembunyi di balik batu di (perairan) dalam sana,” jelas Onesimus.
Menanggapi insiden ini, pasukan aksi tanggap segera menyusun strategi patroli dan investigasi lanjutan di perairan setempat. Hal ini bertujuan untuk mencegah adanya kejadian lainnya yang mengancam keselamatan duyung yang sampai saat ini ditemukan satu ekor di perairan Pantai Mali tersebut.
Aksi patroli berlangsung pada sore hari (24/2/2018) dan mengarahkan 18 orang nelayan asal luar Kelurahan Kabola yang berlabuh di sekitar Pulau Sika untuk menepi di Pantai Mali. Pihak aparat sekitar mulai melakukan investigasi mengenai kejadian yang terjadi sore lalu.
Rasyid Blegur (Kasat Polair Alor) dan Letnan Dua Supriatman (Kapos TNI AL Maritaing Alor) menjelaskan bahwa kawasan perairan Alor merupakan bagian dari kawasan konservasi SAP Selat Pantar dan Perairan Sekirarnya, rumah bagi berbagai biota laut yang dilindungi. Karena itu, dalam aksi patroli, pihaknya tak absen mendorongkan pentingnya nelayan turut menjaga keberadaan duyung.
“Kami menerima nelayan dari luar untuk berlindung ataupun bermalam di daratan, dengan syarat tidak boleh berlabuh di area habitat duyung,” tegas Irianti Bainkabel, Kepala Lurah Kabola, mewakili masyarakat Pantai Mali dan Kelurahan Kabola, yang berbagi hidup dengan duyung dan berkomitmen menjaga hidupnya.
Kejadian ini menjadikan para pihak untuk selalu waspada. Respon cepat dari masyarakat maupun pemerintah patut diapresiasi. Mulai dari Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi NTT, Dinas Kelautan dan Perikanan Kab. Alor, Stasiun Pengawasan Sumber Daya Pengawasan (PSDKP) Kupang, PolAir Kupang, Pos AL Alor, Pokmaswas, nelayan dan aparat Kelurahan Kabola, hingga Kementerian Kelautan dan Perikanan RI.
Baca Selanjutnya: Ancaman Mengintai Duyung di Alor, Bangkitkan Kesadaran Masyarakat dan Aparat