"GREEN & FAIR PRODUCTS" RAMAIKAN PEKAN LINGKUNGAN HIDUP INDONESIA 2009
Oleh: Masayu Yulien Vinanda
Green & Fair Poducts, hasil kerja sama WWF-Indonesia dengan masyarakat wilayah konservasi, berupa produk-produk ramah lingkungan tidak mau ketinggalan ambil bagian dalam Pameran Pekan Lingkungan Hidup 2009 yang diselenggarakan oleh Kementerian Lingkungan Hidup Republik Indonesia.
Pada pameran yang diadakan selama 4 hari sejak Kamis (28/05/2009) hingga Minggu (31/05/2009) di JCC Hall B, Senayan ini, booth Green & Fair menampilkan sejumlah produk masyarakat di wilayah-wilayah kerja WWF, diantaranya Madu Sialang Tesso Nilo (Riau) Madu Sialang Tesso Nilo (Riau) dan Mutis-Timau (NTT), Minyak Kayu Putih dari TN Wasur (Merauke, Papua), Beras Organik dari sekitar TN Kayan Mentarang (Kalimantan Timur), Kopi produk masyarakat sekitar TN Bukit Barisan Selatan (Lampung) dan Wamena (Papua), Krupuk dan Abon Ikan dari masyarakat sekitar TN Wakatobi (Sulawesi Tenggara dan Solor Alor), kerajinan tangan Putussibau (Kalimantan Barat) dan masyarakat sekitar TN Ujung Kulon, serta produk olahan aloe vera berupa teh dan dodol dari Kalimantan Tengah.
Produk organik tersebut dikelola secara kolaboratif bersama masyarakat setempat, dibudidaya secara berkelanjutan, dan diolah oleh usaha-usaha kecil milik masyarakat. Contohnya adalah kelompok “Belekam”, kelompok masyarakat Putussibau, binaan WWF-Putussibau di Kalimantan Barat. Menurut Vivin, Field Officer WWF Kalimantan Barat, kelompok masyarakat ini memiliki dua fokus kerja, yaitu pada pertanian organik dan perkebunan.
“Kami mengolah hasil pertanian menjadi produk yang memiliki nilai jual. Misalnya manik-manik yang terbuat dari hasil perkebunan, seperti buah anggali, buah arere, dan biji tanaman talope,” jelas Vivin. Selain manik-manik yang dibuat kalung maupun gelang, Kalimantan Barat juga memamerkan hasil kerajinan tangan lainnya seperti tiker bemban, hasil karya masyarakat Dayak Iban (Sub suku Dayak).
Sementara Wakatobi mengunggulkan kerupuk ikan (fish chips) dan abon ikan (fish floss) yang diolah dari ikan kakatua dan tepung ubi kayu. Produk olahan ikan tersebut adalah produktivitas kelompok Harapan Jaya Kaledupa, yaitu kelompok ibu-ibu di wilayah Kaledupa, Wakatobi.
Menurut Hesti, wakil dari kelompok masyarakat tersebut, ide membuat usaha produk olahan ikan kakatua muncul karena keprihatinan beberapa masyarakat setempat yang juga pemerhati lingkungan terhadap aktivitas pengambilan “Abalon” (hewan lunak laut) oleh ibu-ibu Kaledupa.
“Mencari abalon merupakan mata pencaharian mereka, abalon yang bisa dikonsumsi ini dihargai hingga 300 ribu perkilogram. Tapi pengambilan abalon dapat merusak karang-karang di laut,” tambah Hesti. Jadi, kelompok masyarakat Kaledupa akhirnya menciptakan lapangan kerja baru yang lebih ramah lingkungan, salah satunya dengan budidaya ikan kakatua menjadi kerupuk dan abon.
Tidak hanya bahan bakunya saja yang hijau, produk- produk Green & Fair pun juga dikemas dengan cara “hijau” yaitu dengan menggunakan kertas daur ulang. Tidak hanya bisa berbelanja, tapi Anda juga bisa mendapatkan cerita menarik dibalik usaha kecil masyarakat daerah konservasi dari penjaga booth yang dengan ramah akan berbagi cerita dengan Anda.