DSCP INDONESIA ADAKAN PELATIHAN METODE SURVEI DAN PEMANTAUAN DUGONG DAN HABITAT LAMUN
Penulis: Sheyka Nugrahani F. (Marine Species Conservation Assistant) dan Casandra Tania (Marine Species Officer)
Dugong (Dugong dugon) atau duyung adalah salah satu dari 35 jenis mamalia laut yang dijumpai tersebar di perairan Indonesia. Satwa yang sering ditemui di habitat padang lamun ini dilindungi berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 1999. Dugong juga menjadi prioritas Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Republik Indonesia. Di mata dunia pun dugong termasuk dalam Daftar Merah IUCN (the International Union on Conservation of Nature) sebagai satwa yang “rentan terhadap kepunahan”, serta termasuk ke dalam Apendiks I CITES (the Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora). Hal ini berarti dugong merupakan satwa yang dilindungi penuh dan tidak dapat diperdagangkan dalam bentuk apapun.
Pada Agustus – Oktober 2016, berbagai metode dalam rancangan protokol pemantauan dugong dan habitat lamun telah digunakan dalam kegiatan survei pendahuluan di Bintan, Tolitoli, Kotawaringin Barat, dan Alor. Sebagian data dan informasi yang telah berhasil dikumpulkan selama survei masih membutuhkan analisa dan pengolahan lebih lanjut.
DSCP (Dugong and Seagrass Conservation Project – DSCP) Indonesia mengundang akademisi, peneliti, dan praktisi yang berfokus pada konservasi dugong dan habitat lamun untuk berpartisipasi dalam “Pelatihan Metode Survei dan Pemantauan untuk Dugong dan Habitat Lamun”. Kegiatan pelatihan ini akan dilaksanakan di Jakarta pada 30 Januari – 1 Februari 2017, dan di Tolitoli pada 3 – 5 Februari 2017.
Melalui kegiatan “Pelatihan Metode Survei dan Pemantauan untuk Dugong dan Habitat Lamun”, DSCP Indonesia berharap agar para peserta dapat saling belajar, serta berbagi pengetahuan dan pengalaman saat survei, atau juga saat menganalisa dan mengolah data secara lebih lanjut. Metode survei dan pemantauan yang akan diterapkan telah diujicobakan dan akan dijadikan standar survei pemantauan dugong dan habitat lamun di Indonesia.
Di dalam kegiatan “Pelatihan Metode Survei dan Pemantauan untuk Dugong dan Habitat Lamun”, berbagai materi terkait survei dan pemantauan dugong dan habitat lamun akan diajarkan oleh para pelatih, baik dari Indonesia maupun mancanegara, di antaranya Prof. Hans de Iong (Leiden University); Kotaro Ichikawa (Kyoto University); Nicholas Pilcher (Marine Research Foundation, Malaysia); Irendra Rajawali (Bonn University); Christophe Cleguer (James Cook University); Prof. Sam Wouythuzen, Wawan Kiswara, Sekar Mira, dan Nurul Dhewani (P2O LIPI); Andreas Hutahaean dan Agustin Rustam (P3SDLP - KKP); Adriani Sunuddin dan Luky Adrianto (IPB); serta Dwi Suprapti (WWF-Indonesia). Topik materi dari para pelatih meliputi database, bioakustik, pemantauan berbasis masyarakat, aerial survey, jasa ekosistem lamun, dan penanganan mamalia laut terdampar.
Yuk pantau terus kabar terbaru tentang kegiatan pelatihan ini di laman fanpage DSCP Indonesia. Untuk informasi lebih lanjut mengenai kegiatan pelatihan, hubungi Sheyka (082 111 777 492).
Tentang Dugong and Seagrass Conservation Project (DSCP) Indonesia:
Sejak tahun 2016, suatu kerjasama antara Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Institut Pertanian Bogor (IPB), dan WWF-Indonesia dibentuk dengan nama Upaya Konservasi Dugong dan Habitat Lamun (Dugong and Seagrass Conservation Project – DSCP) Indonesia. Kerjasama ini didukung oleh United Nation Environment Programme-Conservation Migratory Species (UNEP-CMS) yang bekerjasama dengan Mohamed bin Zayed Species Conservation Fund (MbZ). DSCP Indonesia memiliki beberapa lokasi yang menjadi fokus kegiatannya, antara lain Bintan, Kepulauan Riau; Tolitoli, Sulawesi Tengah; Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah; dan Alor, Nusa Tenggara Timur. Kegiatan pertama yang diadakan oleh DSCP Indonesia adalah “Simposium Nasional Dugong dan Habitat Lamun” pada April 2016. Simposium pertama yang berskala nasional itu bertujuan mengumpulkan data dan informasi yang belum terdokumentasi dengan baik tentang dugong dan habitat lamun, serta menyusun rancangan protokol pemantauan kedua biota laut tersebut.