DISTRIBUSI SUMBER DAYA YANG LEBIH BERKEADILAN: PESAN EARTH HOUR DARI BORNEO
Di jantungnya Pulau Kalimantan, tim WWF Borneo and perwakilan dari kantor WWF Australia, Netherlands dan Swedia berpartisipasi pada perayaan Earth Hour bersama masyarakat lokal di Ba' Kelalan, Sarawak.
""Ini untuk pertama kalinya masyarakat di Ba' Kelalan akan merayakan Earth Hour bersama sekalian orang di segala tempat, meski banyak dari kami di sini yang tidak begitu memahami apa itu Earth Hour dan mengapa harus mematikan lampu selama satu jam. Di sini, masih banyak yang tidak bisa mengakses listrik selama 24 jam,"" ujar George Sigar Sultan, Penghulu Ba' Kelalan yang juga Pimpinan FORMADAT Malaysia.
Bagi masyarakat di Ba' Kelalan di Dataran Tinggi Sarawak, setiap jam adalah Earth Hour. Sebagaimana pada umumnya masyarakat adat di kawasan Heart of Borneo, listrik diakses dengan kombinasi tenaga air, solar dan generator listrik pada malam hari. Mereka bertani dengan metode tradisional yang berkelanjutan dan menjaga hutan yang memberikan jasa lingkungan bagi kehidupan mereka.
Sigar menjelaskan bahwa keterlibatan mereka juga merupakan sebuah permulaam yang sangat baik bagi masyarakat di Ba' Kelalan untuk mulai memahami apa itu perubahan iklim dan bagaimana mereka dapat membantu baik secara individual maupun sebagai FORMADAT dalam permasalah global ini. ""Mematikan lampu merupakan aksi simbolik untuk menyadarkan kita bila tidak ada listrik dan untuk menggalakkan gaya hidup hijau bagi semua orang,"" imbuhnya.
Tom Maddox dari WWF menjelaskan bahwa pesan global mengenai pengurangan jejak ekologi hanyalah setengah dari kebutuhan untuk melakukan ‘contract and converge’ dari dampak konsumsi kita terhadap sumber daya. Sementara di beberapa tempat telah memanfaatkan sumber daya yang harusnya digunakan secara berkeadilan (fair share), di tempat lain seperti di dataran tinggi Borneo, hanya dapat menggunakan sedikit saja dan malah mungkin memerlukan lebih banyak untuk kebutuhan pembangunan. ""WWF ingin melibatkan masyarakat di Borneo untuk memastikan bahwa peningkatan pemanfaatan ini dilakukan dengan cara yang berkelanjutan.""
""Sebagai individu, Earth Hour mengingatkan kita bahwa kita perlu secara signifikan melakukan pengurangan terhadap jejak ekologis kita jika kita ingin mewujudkan gaya hidup hijau,"" tambah Maddox.
Terlibat di dalam perayaan tersebut juga anak-anak dan para siswa dari sekolah dasar SK Ba' Kelalan.
""Masih ada kah sungai yang bersih dan aman untuk mandi? Ayah, rupa baka itu seperti apa kah? Paman, dapatkah kau menunjukkan padaku suara burung? Guru, apakah hutan itu? Pada waktu itulah kita menyadari semuanya sudah terlabat. Inikah bumi yang kalian wariskan pada kami? Tanah tandus yang tidak membawa artinya bagi kami, anak-anakmu, cucu-cucumu, keturunanmu?"" tanya mereka.
Sekarang siapkah kita memberi jawaban yang melegakan anak-anak Ba'Kelalan dan anak-anak di seantero Borneo serta di manapun tempat di bumi ini? Perayaan Earth Hour sudah berlalu. Tetapi pekerjaan kita tidak berhenti pada titik itu. Kita seharusnya tidak melupakan bahwa masih banyak yang baru bisa menikmati sedikit dari sumber daya yang menjadi hak mereka dan yang seharusnya kita gunakan secara berkeadilan.