DARI MANAKAH ASAL-USUL BENUR UDANG WINDU BERKUALITAS YANG DIPRODUKSI PEMBUDIDAYA DI PINRANG?
Oleh: Idham Malik (Aquaculture Staff, WWF-Indonesia)
“Benur udang windu dari induk Aceh ini dikenal berkualitas bagus, cepat sekali lakunya di pasar benur. Sekitar 90 persen pembeli benur udang windu ini adalah pendeder se-Pinrang, 10 persen berasal dari petambak langsung,” Ujang, staf Hatchery Bagindo Benur Utama (BBU) di Desa Tasiwali’e, Kecamatan Suppa, Kabupaten Pinrang, Sulawesi Selatan, menjelaskan pada kami, tim WWF-Indonesia yang tengah melaksanakan survei keterlacakan benur udang windu di Pinrang, 30-31 Maret 2018 lalu.
Dalam survei ini, kami mendatangi tiga pendeder benur udang windu yang berada di Kecamatan Lanrisang dan Suppa, dua hatchery (pembenihan) yang terletak di Kecamatan Suppa dan Barru, serta satu backyard (pembenihan ukuran kecil).
Produktivitas perikanan budi daya bergantung pada kuantitas dan kualitas benur (benih) yang digunakan. Begitupun dengan geliat budi daya udang windu di Kabupaten Pinrang, Sulawesi Selatan. Ketersediaan dan kualitas benur dianggap berperan dalam penurunan produksi udang windu pada 2015 – 2017 di Pinrang, di samping faktor cuaca ekstrem dan manajemen budi daya udang yang belum sesuai.
Karena itulah, survei keterlacakan benur ini penting untuk melihat tingkat keterpenuhan kuantitas benur, metode produksi benur untuk mengetahui kualitas benur, hingga melacak ketertelusuran benur yang dikelola oleh petambak. Mulai dari pendederan, hatchery, dan backyard (skala kecil), hingga asal – usul induk udang windu.
Ketersediaan dan kualitas benur sangat berpengaruh pada peningkatan produktivitas udang windu. Untuk itu, survey benur ini untuk Petambak udang windu di Pinrang masih dominan memperoleh benur dari hatchery yang berada di Pinrang dan di Barru. Berdasarkan survei, terdapat dua pusat produksi benur udang windu, yaitu Hatchery Bagindo Benur Utama (BBU) yang terletak di Desa Tasiwali’e, Suppa, Pinrang, dan hatchery Puncak Sinunggal, Kabupaten Barru.
“Kualitas induk udang lokal juga bersaing dengan induk Aceh. Sebab, permintaan juga cukup tinggi, dan masyarakat jarang yang mengeluh,” terang Komeng dari Backyard Afiat, Kabupaten Barru. Induk Aceh dikenal baik karena dari segi jumlah telur dan penetasan yang tinggi, yaitu 500–750 ekor dalam sekali pemijahan. Sedangkan induk windu lokal memiliki jumlah telur 200 ekor.
Dalam sekali pesan, BBU memperoleh 120 induk udang dari Perlak, Provinsi Aceh, sementara Hatchery Puncak Sinunggal memesan 85 – 100 induk udang dari Aceh. Hatchery skala kecil seperti Backyard Afiat memperoleh induk dari induk lokal, yang diperoleh dari perairan perbatasan Pinrang – Polman. Sedangkan, backyard lain mengambil induk udang dari perairan Selat Makassar di Kec. Mattirosompe, Kab. Pinrang, selain itu perairan Kab. Pangkep.
Banyak faktor yang mempengaruhi kualitas benur. Mulai dari ketersediaan pakan benur yang cukup dan berkualitas, hingga penanganan benur di pendederan. Bisa dikatakan, pendeder memiliki peran penting dalam memastikan kualitas benur – yang kelak menentukan masa depan kualitas udang windu petambak.
Di Pinrang, setidaknya tercatat 31 pendeder, dengan kapasitas produksi antara 5 – 10 juta ekor/siklus. Pendeder memelihara benur antara 7 – 14 hari, hingga terdapat pembeli dari para petambak udang windu.
“Daya hidup benur dalam pendeder hingga seratus persen, bahkan kadang lebih dari jumlah hitungan. Sebab, benur yang dibeli dari hatchery memang sudah ditambahkan 20 – 30 persen,” terang Waris, pendeder asal Lanrisang, Pinrang. Namun, terdapat hal yang masih perlu dibenahi oleh pendeder, yaitu kebiasaan mencampur berbagai asal benur dalam satu kolam. Hal ini menyebabkan sulitnya melacak asal usul benur, dan juga berpengaruh pada ukuran benur yang tidak merata.
Hasil dari survei ketelurusan benur di Pinrang ini nantinya akan dipresentasikan pada Workshop Budi Daya Udang Windu yang rencananya akan dilaksanakan pada 25 Juni 2018. Hasil survei akan memuat rekomendasi pengelolaan benur, sejak dalam penangangan induk udang, penanganan di hatchery, hingga pada pendederan benur udang windu. Sebab, benur yang sehat menjadi kunci peningkatan produktivitas udang serta peningkatan ekonomi masyarakat Pinrang.