CATATAN #XPDCMBD: DESA USTUTUN
Penulis: Nara Wisesa (WWF-Indonesia)
Desa pertama yang dikunjungi dalam ekspedisi ini adalah Desa Ustutun. Desa ini terletak di Pulau Lirang, salah satu pulau terluar di Indonesia yang berbatasan langsung dengan Timor Leste di sebelah selatannya. Saat perjalanan menuju pesisir desa, Tim Darat melihat ada kapal yang sedang membuat jalur akses menuju dermaga Ustutun melalui proses pengerukan karang. Tim Darat tiba di Desa Ustutun pada saat air sedang surut, sehingga mereka harus sedikit berjalan di pantai desa yang berlumpur. Untungnya, kami langsung diantar oleh warga untuk mengunjungi Kepala Desa (Kades) Ustutun.
Berdasarkan info dari kades, Desa Ustutun sudah memiliki akses listrik berbasis surya (PLTS) yang diurus oleh teknisi dari Makassar. Teknisi ini juga melatih warga lokal untuk melakukan perawatan PLTS. Selain itu, desa juga sudah memiliki akses air bersih dari sumur bor. Tim survei dari salah satu provider ternama di Indonesia pun pernah datang dan sudah punya rencana untuk membangun Base Transceiver Station (BTS), namun sayangnya hingga saat ini belum terlaksana. Sedangkan masalah utama yang dihadapi oleh masyarakat desa saat ini adalah sulitnya memasarkan ikan hasil tangkapan mereka sehingga mereka terpaksa menjual hasil tangkapan ke Timor Leste, dengan jarak hanya 2-3 jam menggunakan kapal cepat.
Kades Ustutun mengumpulkan masyarakat di balai desa. Tidak disangka-sangka, masyarakat yang datang cukup banyak, ada sekitar 24 orang. Oleh karena itu, daripada melakukan satu diskusi kelompok terarah (Focus Group Discussion/FGD) besar dan beberapa wawancara, Tim Darat memutuskan untuk melakukan beberapa kelompok diskusi kecil secara serentak. Sayangnya, untuk anggota tim yang ingin melakukan survei perikanan, kesulitan mencari sampel ikan untuk diukur karena para nelayan sedang melaut. Para nelayan tersebut baru kembali ke desa saat Tim Darat sudah harus kembali ke kapal.
Kades Ustutun cukup kooperatif dalam memfasilitasi kegiatan. Namun, masih ada kesalahpahaman di antara masyarakat, bahwa Tim Darat datang untuk melakukan sosialisasi atau memberikan bantuan. Hal ini membuat masyarakat menyampaikan keluhan kepada Tim Darat, dengan harapan agar dapat disampaikan ke pemerintah pusat maupun daerah. Kondisi semacam ini sepertinya dialami oleh hampir semua orang yang datang untuk melakukan penelitian di desa-desa terpencil. Masyarakat yang merasa sudah dilupakan oleh pemerintah seakan mendapat harapan saat melihat ada segerombolan orang dari kota besar datang, tanpa melihat tujuan sebenarnya dari kedatangan tersebut.
Selain itu, Tim Darat juga diminta oleh masyarakat untuk menjadi tamu di SMK Perikanan Desa Ustutun dengan memberikan penjelasan mengenai kegiatan serta memotivasi para siswa untuk belajar lebih giat dan melanjutkan ke jenjang universitas. Saat sesi tanya jawab, para siswa masih malu-malu, hingga akhirnya ada dua orang siswa yang bertanya. Pertanyaan yang diajukan pun cukup kritis, salah satunya mengenai dampak pengerukan dermaga terhadap kondisi laut di sekitar desa mereka.