BUKAN FESTIVAL BIASA, PESISIR PALOH ADAKAN FESTIVAL UNTUK PELESTARIAN PENYU
Festival Pesisir Paloh (FESPA) 2024, sukses digelar dari tanggal 27 Juni – 1 Juli 2024 di ekor pulau Borneo. Paloh merupakan salah satu pantai peneluran penyu terpanjang di Indonesia yang mencapai 63 km. Begitu pentingnya kawasan pesisir Paloh ini membuat Yayasan WWF Indonesia yang sejak 2009 menginjakkan kaki di Paloh tak pernah absen terlibat dalam penyelenggaraan FESPA.
Pada acara ini Tim WWF-Indonesia mengajak masyarakat untuk melaksanakan aksi bersih pantai yang diikuti kurang lebih 600 anggota Pramuka Indonesia dan Malaysia. Yuli F. Syamsuni, Marine ETP Species Specialist WWF-Indonesia mengatakan, "Melalui FESPA ini, kami mengajak masyarakat untuk turut mempraktekkan wisata yang bertanggung jawab. Aksi awalnya dimulai dengan tidak lagi mengotori pantai dengan sampah-sampah plastik,". Lebih lanjut Yuli menambahkan kegiatan bersih pantai ini berhasil mengumpulkan sebanyak 1,5 ton sampah. Ini menjadi salah satu contoh bahwa pelestarian lingkungan itu menjadi tanggung jawab semua orang, baik pengunjung dan warga lokal Paloh.
Selain itu, WWF-Indonesia juga memberikan bimbingan teknis terkait pelepasan tukik (anak penyu) kepada anggota Pramuka. Dalam bimbingan yang diberikan, peserta dibekali banyak pengetahuan tentang penyu, dimulai dari pengenalan jenis penyu, perilaku penyu, area peneluran penyu, hingga cara berinteraksi ketika menyaksikan penyu bertelur. Setelah peserta mendapatkan materi, selanjutnya peserta dilibatkan dalam program pelepasan tukik.
Kegiatan spesial ini memang menjadi magnet dari seluruh rangkaian FESPA selama ini. Selanjutnya Balai Pengelolaan Sumber Daya Pesisir dan Laut (BPSPL) Pontianak, Iwan Taruna Alkadrie menambahkan bahwa kegiatan ini sangat bermanfaat untuk mengajarkan dan melatih generasi penerus menjaga lingkungan serta potensi sumber daya alam maupun tradisi yang dimiliki
"Ini adalah pengalaman pertama saya melepaskan tukik. Ini memberikan kesan postif bagi pengakap (Pramuka) Malaysia seperti saya," kata Mohd Haziq Bin Noraffendi, salah satu anggota Pramuka dari Malaysia. Ratusan anggota Pramuka Indonesia dan Malaysia berbaris sepanjang pantai dengan memegang batok kelapa yang dijadikan wadah tukik, lalu pelan-pelan melepaskan tukik ke pasir, membiarkan tukik mencari jalan sendiri menuju laut.
Ada juga program yang tak kalah penting dalam FESPA adalah pemantauan pantai peneluran penyu. Peserta berkesempatan ikut menyusuri pantai pada malam hari. Aktivitas pemantauan ini tidak bisa dilakukan sembarangan, sehingga WWF-Indonesia dan kelompok masyarakat Wahana Bahari Paloh memberlakukan aturan ketat selama pemantauan peneluran penyu. Bukan apa-apa karena bila suasana ramai dan terang, penyu tidak mau mendekati pesisir pantai.
"Kami sangat bangga dan salut kepada Wahana Bahari yang setia dan teguh menjalankan SOP pemantauan penyu. Diantara anggotanya ada yang dulunya pemburu telur penyu kini berubah 180 derajat menjadi penjaga telur penyu," ujar Yuli.
Zulfian, Ketua Kelompok Wahana Bahari Paloh menyampaikan,"Kegiatan tahun ini membawa banyak dampak positif baik dari UMKM, masyarakat, maupun saya pribadi sebagai ketua Wahana Bahari Paloh karena banyaknya masyarakat yang berkunjung untuk meramaikan acara. Semoga FESPA tetap menyala agar dapat terus membawa pesan untuk menjaga penyu, menjaga alam dan menjaga kehidupan."
Selama 13 tahun, WWF-Indonesia mencatat ancaman jumlah sarang penyu yang hilang menurun signifikan hingga 96%, ini merupakan hasil dari kerja keras berbagai pihak dari mulai kelompok masyarakat, NGO, hingga pemerintah daerah Dinas Kelautan dan Perikanan Kalimantan Barat dan BPSPL Pontianak. Namun pemantauan masih terus berjalan guna memastikan kelestarian penyu.
Baca selengkapnya tentang upaya konservasi penyu Paloh di https://bit.ly/PenyuPalohWWF.
“Kegiatan ini juga menitikberatkan pada pembinaan generasi muda di Kalimantan Barat, melalui pendidikan lingkungan yang merupakan generasi penerus dalam menjaga lingkungan serta potensi sumber daya alam maupun tradisi yang dimiliki”, ujar Kepala BPSPL Pontianak, Sy. Iwan Taruna Alkadrie.