BEGINI RASANYA, MENYELAM UNTUK BEKERJA
Oleh: Mayawati NH (MyTrip Magazine)
Menyelam untuk bekerja bukanlah sesuatu yang pernah saya bayangkan. Selama ini, saya menyelam ya buat bersenang-senang. Bertemu laut yang sangat saya cintai, melihat warna-warni terumbu karang yang memanjakan mata, menikmati kemunculan ikan pelagis atau ikan-ikan besar semacam hiu dan manta ray yang menyejukkan pikiran, merasakan sensasi arus yang menantang adrenalin.
Dorongan beberapa teman agar saya mengambil sertifikat dive master saja tidak saya gubris karena saya tak ingin menjadikan menyelam sebagai pekerjaan. Maunya senang-senang saja.
Namun, begitu dapat tawaran untuk ikut serta dalam kegiatan ekspedisi WWF-Indonesia ke Alor sebagai penyelam dan penulis, tanpa pikir panjang langsung saya iyakan. Tanpa bertanya macam-macam selain tanggal kegiatan, yang kebetulan tidak bentrok dengan jadwal saya.
Yang bikin saya jiper cuma satu: saya nggak pernah ikut kegiatan ekspedisi dan nggak ada bayangan bagaimana ekspedisi penyelaman itu dilakukan. Tapi karena tugas saya hanya ikut menyelam, mengamati, dan menulis artikel dari kegiatan, ya saya bisa kalau itu mah.
Hari pertama ikut workshop, termasuk penjelasan teknis ekspedisi, saya mendapatkan banyak hal baru dan juga teman-teman baru tentunya, yang sebagian besar masih sangat muda-muda. Tetap masih belum terbayang seperti apa nanti penyelamannya.
Hari kedua check dive dan dive simulasi kebetulan visibility-nya sangat buruk karena dilakukan di dekat pelabuhan. Saya masih belum dapat gambaran utuh dan akhirnya gambaran itu perlahan terbentang di mata saya pada hari ketiga saat tim ekspedisi sudah mulai melakukan penyelaman pemantauan dan pengambilan data. Visibility sangat jernih di sekitar Pulau Ternate dan Pantai Kokar sehingga saya pun bisa maksimal menjadi pengamat.
Saya melihat bagaimana koordinasi tim yang terdiri dari 4 orang terjaga rapi, dua orang pengumpul data ikan kecil dan ikan besar menyelam di depan, diikuti roll master yang membentangkan meteran sebanyak 5 X 50 meter sebagai transek (garis penanda pengambilan data), diikuti lagi satu orang terakhir yang bertugas sebagai pengumpul data bentik atau terumbu karang. Selesai tugas di bawah laut, muncul ke atas permukaan air, dijemput perahu cepat Simba, masih ada tugas mengangkat surface marker buoy (SMB) yang diletakkan di 3 titik.
Sambil mengamati mereka bekerja, saya tentunya bisa sambil melihat-lihat sekitar, melakukan kesenangan saya: menyelam di antara terumbu karang dan ikan-ikan dalam suasana yang tenang, khas bawah laut. Iya bawah laut saya rasakan sangat tenang, sampai sekonyong-konyong bunyi booom terdengar keras.
Ada nelayan yang meledakkan bom potasium! Sangat memprihatinkan dan membuat jantung mau copot rasanya. Kami hanya bisa saling pandang dan bertanya dengan mata, “itu apa?” tapi akhirnya tetap lanjut bekerja.
Saya lanjut memotret sana sini, sementara para peneliti kembali sibuk mencatat di atas kertas newtop dan sabak (papan jalan). Begini rasanya, menyelam untuk bekerja. Berat bagi peneliti yang harus mendata di tengah arus dan merekapnya hari itu juga, dan amat menyenangkan bagi saya ikut bekerja bersama mereka.