BADAK SUMATRA KRITIS, TIM KHUSUS DARI SUMATRA DAN KALIMANTAN DILATIH UNTUK MENEMUKAN DAN MENYELAMATKAN MEREKA
Oleh: Joanita Anastasia
Perwakilan sebanyak 34 orang tim survei badak dari Aceh, Lampung, dan Kalimantan berkumpul pada tanggal 14 -18 Februari 2019 di Taman Nasional Way Kambas, Lampung untuk mendapatkan Bimbingan Teknis Monitoring Survei Trajectory (Lacak Badak) dalam upaya penyelamatan badak Sumatera. Kegiatan yang diselenggarakan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) bersama dengan Sumatran Rhino Rescue memberikan pelatihan bagi tim survei dari YABI, WWF, WCS, ALERT, FKL, Balai Taman Nasional Way Kambas, Balai Besar Taman Nasional Bukit Barisan Selatan, Balai Besar Taman Nasional Gunung Leuser, dan Balai Konservasi Sumber Daya Alam Kalimantan Timur.
Pada kegiatan Bimbingan Teknis ini, pemahaman dan keterampilan peserta dalam menemukan badak dengan metode survei trajectory akan ditingkatkan. Metode trajectory atau metode lacak badak ini digunakan untuk memastikan keberadaan badak dan rona lingkungan alam guna membantu penentuan langkah selanjutnya. Selain itu, peserta juga dipaparkan mengenai pentingnya upaya penyelamatan badak Sumatera yang tertuang dalam Rencana Aksi Darurat Penyelamatan Badak Sumatera 2018-2021, kebijakan pemerintah dalam hal perlindungan satwa liar, serta ekologi dan perilaku badak Sumatera.
“Harapannya melalui pelatihan ini kemampuan tim untuk menganalisis tanda keberadaan badak di habitat alami semakin meningkat, baik dari tanda alam dan jejak,” kata drh. Indra Exploitasia, M.Si., Direktur Konservasi Keanekaragaman Hayati (KKH), Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (Ditjen KSDAE), Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), selaku pembuka acara. “Ketika kita tahu persis jumlah badak dan lokasi hidup mereka, maka bisa dilakukan intervensi yang sesuai.”
Kehilangan habitat, perburuan, dan laju perkembangbiakan yang rendah merupakan ancaman utama bagi keberlangsungan spesies ini. Menurut Subakir, Kepala Balai Taman Nasional Way Kambas, badak Sumatera harus segera diselamatkan karena kondisi saat ini sangat kritis dengan jumlah kurang dari 100 individu.
“Kondisi mereka semakin bertambah kritis karena jumlahnya yang sedikit tersebar pada berbagai lokasi yang terisolasi, sehingga di beberapa kantong populasi pertemuan antara badak untuk kawin sulit terjadi. Kemudian, ditambah dengan perilaku perkembangbiakannya yang sangat spesial dibandingkan satwa lain: badak betina memiliki masa subur yang singkat dan tidak selalu menginginkan perkawinan walau bertemu badak jantan,” kata Widodo S. Ramono, Direktur Eksekutif YABI.
Sebagai respon terhadap kondisi kritis populasi dan habitat badak Sumatera di habitat alamnya, disusun Rencana Aksi Darurat (RAD/Emergency Action Plan) Penyelamatan Badak Sumatera (Dicerorhinus sumatrensis) 2018-2021.
“Salah satu rekomendasinya adalah dengan mengonsolidasikan kantong-kantong populasi yang berjumlah kurang dari 15 individu dan terpisah-pisah menjadi kantong populasi yang lebih besar dalam suaka badak, ungkap Indra Exploitasia. “Sementara pada kantong populasi di atas 15, akan fokus pada proteksi habitat.”