SUARA TESSO NILO, SEPTEMBER-DESEMBER 2009
SELAMAT BERJUMPA KEMBALI dengan buletin Suara Tesso Nilo. Kami menyampaikan “Selamat Tahun Baru 2010” semoga tahun ini membawa kesuksesan bagi kita semua dan bagi upaya konservasi. Di edisi penutup tahun 2009 ini, buletin Suara Tesso Nilo tampil dengan wajah baru menyambut tahun 2010 dengan lebih bersemangat.
Dengan tampilan dan semangat baru ini, kami berharap dapat menyuguhkan informasi yang lebih baik. Untuk itu kritik dan saran dari pembaca sangat kami harapkan agar buletin ini tetap mendapat tempat di hati pembaca sekalian.
Di Riau sepanjang tahun 2009 tercatat enam harimau sumatera dan 9 ekor gajah sumatera mati sementara itu dua orang cedera karena diserang harimau. Dibalik kabar buruk ini, kabar yang menggembirakan datang dari penegakan hukum terhadap pelaku perburuan harimau dimana dua orang pelaku perburuan harimau di Kabupaten Indragiri Hilir dijatuhi hukuman satu tahun penjara.
Ini adalah suatu kemajuan yang sangat penting bagi penegakan hukum terhadap kejahatan kehutanan karena sepanjang (paling tidak) satu dekade terakhir penegakan hukum seperti sangat minim. Namun sangat disayangkan juga bahwa vonis yang diberikan sangat rendah sehingga dikhawatirkan tidak dapat memberikan efek jera kepada pelaku kejahatan serupa.
Walaupun demikian, penegakan hukum terhadap kematian harimau tersebut pantas diapresiasi dan seharusnya menjadi momentum untuk kemajuan penegakan hukum terhadap kejahatan kehutanan di Riau khususnya. Kabar baik terhadap upaya konservasi harimau juga terbersit tahun 2009 dimana pada Oktober lalu video trap penelitian populasi dan distribusi harimau sumatera kerjasama WWF-Indonesia dan PHKA berhasil merekam satu keluarga harimau. Ini sungguh suatu kejadian langka, namun keberhasilan ini menyisakan tanya akankah mereka sanggup bertahan di tengah ancaman habitat mereka yang semakin besar?
Lemahnya penegakan hukum terhadap kematian satwa dilindungi seperti harimau dan gajah baik karena konflik atau perburuan menjadi penyebab berulangnya kejadian tersebut. Oleh karena itu salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk menekan laju kepunahan satwa dilindungi tersebut adalah dengan mengintensifkan penegakan hukum. Upaya penegakan hukum terhadap kematian harimau di Indragiri Hilir adalah menjadi laporan utama kami pada edisi kali ini.
Sementara itu, bagaimana upaya penanganan konflik manusiagajah di Riau yang meng-highlight kematian gajah sepanjang 2009, road show menuju terwujudnya Strategi Konservasi Gajah Riau kami sajikan pada rubrik Mitigasi Konflik Manusia-Gajah. Strategi Konservasi Gajah di Riau adalah hal yang mendesak untuk diadakan untuk mencari solusi tepat terhadap penanganan kondisi populasi dan habitat gajah sumatera yang pada beberapa tempat di Riau sudah dalam kondisi kritis. WWF bersama dengan BBKSDA Riau didukung oleh pemerintah kabupaten melakukan sosialisasi penanganan konflik manusia-gajah untuk mendapatkan masukanmasukan guna penyusunan strategi tersebut.
Tidak lupa kami kabarkan berita gembira yaitu terwujudnya perluasan Taman Nasional Tesso Nilo hingga menjadi ± 83.000 ha. Tesso Nilo telah lama diupayakan untuk menjadi kawasan konservasi gajah sebagai alternatif pemecahan permasalahan konflik manusiagajah di Riau. Dari sembilan kantong habitat gajah yang tersisa di Riau, kawasan Tesso Nilo merupakan kantong yang memiliki populasi terbesar dan ideal untuk dipertahankan sebagai habitat gajah sumatera.
Sebagai salah satu langkah nyata untuk mengembalikan fungsi Taman Nasional Tesso Nilo yang telah terdegradasi, Balai Taman Nasional Tesso Nilo bersama WWF-Indonesia melakukan gerakan menanam pohon pada Bulan Desember lalu. Kegiatan yang dibuka oleh Bupati Pelalawan, Rustam Effendi ini melibatkan generasi muda dari pelajar tingkat SLTA.