BEKASI MAMPU HASILKAN LISTRIK, JAKARTA KAPAN YA?
Demi membantu mengatasi krisis pasokan listrik, Pemerintah Kota (Pemkot) Bekasi akhirnya membangun pembangkit listrik menggunakan sampah sebagai bahan bakunya. Pembangkit listrik itu ditargetkan bisa memproduksi daya listrik sebesar 30 Megawatt (MW). Kalau Bekasi saja bisa, bagaimana dengan Jakarta?
PEMBANGUNAN pembangkit listrik dengan bahan baku sampah itu dibangun di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah Bantar Gebang. Bekasi. Pembangunan itu akan dilakukan secara bertahap beberapa tahun ke depan.
Kini, pembangunan pembangkit listrik tahap awal sedang berlangsung. Akhir bulan ini pembangunan itu ditargetkan selesai. Dan pembangkit tersebut diperkirakan mampu memproduksi daya listrik sebesar 2 MW yang diperkirakan mampu melayani kebutuhan listrik 100 kepala keluarga. Dalam melakukan pembangunan itu, Pemkot Bekasi tidak sendirian, tetapi berkerja sama dengan Pemprov DKI Jakarta, PT Navigat Organic Energy Indonesia dan PT Godang Tua Jaya.
Walikota Bekasi Mochtar Muhammad menjelaskan, pembangunan pembangkit listrik dengan bahan baku sampah sebenarnya bukanlah yang pertama di Kota Bekasi. Sebelumnya, Pemkot Bekasi telah membangun pembangkit listrik dengan bahan baku sampah hasil kerja sama dengan PT Gikoko Kogyo.
Pembangkit itu sudah beroperasi. Dari pembangkit ini memperoleh daya sebesar hampir 1 MW dan hasilnya sudah didistribusikan kepada masyarakat sekitar daerah TPA di Bantar Gebang. Ditanya mengenai pembiayaannya, dia menjelaskan, pembangunan itu tak mengunakan dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), karena semua pembiayaan murni dari investor.
Menurutnya, pembangunan pembangkit listrik itu tidak merugikan Pemkot Bekasi, sehingga masyarakat tidak perlu mengkhawatirkannya. Justru dari pembangunan itu, katanya Pemkot Bekasi mendapatkan keuntungan. Misalnya, dari kerja sama pertama, yakni dengan dengan PT Gikoko Kogyo, Pemkot Bekasi memperoleh 17,5 persen hasil dari pengelolaan tersebut.
Menurut Mochtar, satu hal yang tidak kalah penting dan pembangunan pembangkit tersebut adalah nilai manfaatnya. Di saat banyak daerah lain menilai sampah sebagai masalah. Pemkot Bekasi menjadikan sampah sebagai potensi bisnis menguntungkan yang berguna meningkatkan pendapatan daerah. ""Selain mendapatkan keuntungan, kita juga membantu PLN memberikan pasokan listrik,"" ungkapnya.
Selain listrik, kata Mochtar, Pemkot Bekasi juga mengelola sampah menjadi pupuk dengan berkerja sama dengan PT Godang Tua Jaya dengan hasil produksi rata-rata 200 ton per hari. Untuk menggenjot produksi pupuk, Pemkot Bekasi juga membuat Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) khusus memproduksi pupuk. BUMD itu ditargetkan memproduksi 50 ton per hari.
Selain pupuk dan listrik, selama ini Pemkot Bekasi telah memperoleh keuntungan Rp 30,4 miliar setiap tahun dari jasa penyediaan tempat pembuangan sampah di Bantar Gebang. Mochtar mengaku, sebelum menjadi walikota, ia sudah melihat Bantar Gebang memiliki potensi bisnis yang besar. Karena itu, ketika terpilih menjadi walikota, politisi PDIP itu ingin memaksimalkan potensi bisnis tersebut untuk meningkatkan pendapatan daerah sehingga dana itu bisa mempercepat pembangunan di Bekasi.
Untuk diketahui, daya listrik berbahan baku sampah ini diperoleh dari gas metan yang ditimbulkan dan tumpukan sampah. Gas metan itu diubah menjadi daya listrik menggunakan mesin. Gas metan merupakan zat yang dianggap berbahaya yang berdampak Buruk terhadap pemanasan global. Karena itu. World Bank memiliki konsensus bagi siapa saja yang bisa melakukan penghapusan gas metan per satu ton akan diberikan hadiah sebesar 10 Euro atau sekitar Rp 135.000. MRA