HARIMAU SUMATERA

(Panthera tigris sondaica)

Status

Kritis

Populasi

± 600*

Habitat

Hutan Hujan Tropis

Berat

91 – 140 Kg

Panjang

198 – 250 Cm

Overview

Harimau adalah kucing terbesar di muka bumi. Harimau Sumatera merupakan salah satu sub-spesies harimau yang masih bertahan hidup hingga saat ini. Spesies ini juga dapat disebut Harimau Sunda, nama “Sunda” mengacu pada kawasan biogeografi yang mencakup Sumatera, Jawa, dan Bali. Spesies bernama latin Panthera tigris sondaica (Wilting, 2015) ini memiliki tubuh yang relatif lebih kecil dibandingkan sub-spesies harimau lainnya, yakni Harimau Kontingental (Panthera tigris tigris). Warna kulit Harimau Sumatera cenderung lebih gelap, mulai dari kuning kemerah-merahan hingga oranye tua dan memiliki garis loreng yang lebih rapat. Satwa ini masuk dalam status Kritis (Critically Endangered).

CIRI-CIRI FISIK

  • Harimau Sumatera memiliki tubuh yang relatif lebih kecil dibandingkan dengan Harimau Kontingental (Panthera tigris tigris).
  • Jantan dewasa bisa memiliki tinggi hingga 60 cm dan panjang dari kepala hingga kaki mencapai 250 cm dan berat hingga 140 kg. Harimau betina memiliki panjang rata-rata 198 cm dan berat hingga 91 kg.
  • Warna kulit Harimau Sumatera relatif lebih gelap, mulai dari kuning kemerah-merahan hingga oranye tua, dan memiliki garis loreng yang lebih rapat.

MENGAPA SPESIES INI PENTING

Provinsi Riau adalah rumah bagi sepertiga dari seluruh populasi Harimau Sumatera. Sayangnya, sekalipun sudah dilindungi secara hukum, populasi harimau terus mengalami penurunan hingga 70% dalam seperempat abad terakhir. Pada tahun 2007, diperkirakan hanya tersisa 192 ekor Harimau Sumatera di alam liar Propinsi Riau.

Sebagai satwa dilindungi di Indonesia berdasarkan UU Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya, Harimau Sumatera yang bernama latin Panthera tigris sumatrae (Luskin, 2017) ini hanya tersisa ± 600 individu saja. Populasinya terancam oleh perburuan dan perdagangan ilegal. Jerat menjadi momok mengerikan bagi sang raja rimba. Pemburu menggunakan jerat sebagai alat utama berburu Harimau karena mudah, murah dan berpeluang besar untuk mendapatkan satwa buruannya.

Ancaman

Status

Kritis

Total Populasi

± 600*

Ancaman Kerusakan

Kerusakan Habitat
Konflik
Perburuan Liar

Harimau Sumatera berada di ujung kepunahan karena hilangnya habitat secara tak terkendali, berkurangnya jumlah spesies mangsa, dan perburuan. Laporan tahun 2008 yang dikeluarkan oleh TRAFFIC – program kerja sama WWF dan lembaga Konservasi Dunia, IUCN, untuk monitoring perdagangan satwa liar – menemukan adanya pasar ilegal yang berkembang subur dan menjadi pasar domestik terbuka di Sumatera yang memperdagangkan bagian-bagian tubuh harimau. Dalam studi tersebut TRAFFIC mengungkapkan bahwa paling sedikit 50 Harimau Sumatera diburu setiap tahunnya dalam kurun waktu 1998- 2002. Citra Harimau Sumatera yang tangguh dan berwibawa membawa ancaman buruk baginya. Harimau diburu untuk diambil seluruh bagian tubuhnya, mulai dari kulit, kumis, kuku, taring, hingga dagingnya. Bagian tubuh harimau dipercaya sebagai jimat dan memiliki kekuatan magis. Hal inilah yang mendorong suburnya permintaan harimau di pasar gelap dan membuat populasi harimau kian menurun.

Populasi Harimau Sumatera yang hanya sekitar 400 ekor saat ini tersisa di dalam blok-blok hutan dataran rendah, lahan gambut, dan hutan hujan pegunungan. Sebagian besar kawasan ini terancam pembukaan hutan untuk lahan pertanian dan perkebunan komersial, juga perambahan oleh aktivitas pembalakan dan pembangunan jalan. Bersamaan dengan hilangnya hutan habitat mereka, harimau terpaksa memasuki wilayah yang lebih dekat dengan manusia dan menimbulkan konflik. Konflik ini seringkali berakhir dengan harimau yang dibunuh atau ditangkap karena tersesat memasuki daerah pedesaan atau akibat perjumpaan tanpa sengaja dengan manusia.


Apa yang WWF lakukan?

WWF-Indonesia bekerjasama dengan Pemerintah Indonesia, industri yang mengancam habitat harimau, organisasi konservasi lainnya serta masyarakat lokal untuk menyelamatkan Harimau Sumatera dari kepunahan. 

  • Pada tahun 2004, Pemerintah Indonesia mendeklarasikan kawasan penting, Tesso Nilo, sebagai Taman Nasional untuk memastikan masa depan yang aman bagi keberadaan Harimau Sumatera. 
  • Tahun 2010, pada KTT Harimau di St. Petersburg, Indonesia dan 12 negara lainnya yang melindungi Harimau berkomitmen dalam sebuah tujuan konservasi spesies ambisius dan visioner yang pernah dibuat: TX2 – untuk menambah kelipatan jumlah Harimau sampai pada akhir tahun 2022, tahun Harimau selanjutnya.
  • Program Nasional Pemulihan Harimau Indonesia sekarang merupakan bagian dari tujuan global dan meliputi enam lansekap prioritas Harimau Sumatera ini: Ulumasen, Kampar-Kerumutan, Bukit Tigapuluh, Kerinci Seblat, Bukit Balai Rejang Selatan, dan Bukit Barisan Selatan.

WWF saat ini tengah melakukan terobosan penelitian tentang Harimau Sumatera di Sumatera Tengah, menggunakan perangkap kamera untuk memperkirakan jumlah populasi, habitat dan distribusi untuk mengidentifikasi koridor satwa liar yang membutuhkan perlindungan. WWF juga menurunkan tim patroli anti-perburuan dan unit yang bekerja untuk mengurangi konflik manusia-harimau di masyarakat lokal.

BAGAIMANA BISA MEMBANTU

  • Pelajari dan sebarkan informasi tentang Harimau Sumatera untuk tingkatkan kepedulian orang-orang di sekitar
  • Laporkan kematian Harimau Sumatera ke aparat setempat
  • Dukung upaya konservasi yang dilakukan baik oleh pemerintah Indonesia, WWF-Indonesia ataupun badan-badan konservasi lainnya

*sumber data:  Luskin, M. S., Albert, W. R., & Tobler, M. W. (2017). Sumatran tiger survival threatened by deforestation despite increasing densities in parks. 8(1783), 1–9. https://doi.org/10.1038/s41467-017-01656-4

BERITA & CERITA TERKAIT

Get the latest conservation news with email