Kembali

© Yayasan WWF Indonesia / Karina Lestiarsi

   



Temu Kenal Pemimpin Masa Depan Ibu Kota Nusantara

Posted on 23 August 2023
Author by Yayasan WWF Indonesia / Karina Lestiarsi, Communication Officer

Langit cerah. Warna biru terang memulas angkasa. Tak ada gumpalan awan putih, apalagi yang berwarna abu-abu gelap.

Sekalipun cuacanya sangat terik, namun saya dapat bernapas lega mengisi paru-paru dengan udara bersih Balikpapan. Tentu saja, kondisi salah satu peradaban tersibuk Kalimantan Timur ini berbanding terbalik dengan apa yang saya rasakan di DKI Jakarta. Belakangan, kualitas udara Ibu Kota menjadi sorotan tajam.

Walaupun banyak kendaraan yang melintas, namun tidak terlihat adanya antrian yang panjang di persimpangan jalan di tengah kota Balikpapan. Oh betapa bahagianya, bila bisa merasakan hal tersebut sehari-hari, merasakan jalanan tanpa adanya kemacetan panjang.

Terlihat orang-orang sibuk lalu lalang pagi hari itu, sama halnya dengan saya yang bergegas menuju ke Kawasan Wisata Alam Bukit Bangkirai, yang terletak di Samboja, Kutai Kartanegara. Perjalanan ditempuh dengan waktu kurang lebih satu setengah jam dari kota Balikpapan untuk menuju Bukit Bangkirai menggunakan kendaraan bermotor roda empat.

Wisata Alam Bukit Bangkirai termasuk kawasan ekowisata di Kalimantan yang dikelola oleh PT Inhutani Balikpapan. Beroperasi sejak 14 Maret 1998, prasasti peresmian hutan alam seluas 510 hektar ini ditandatangani oleh Ir. Djamaluddin Soerjohadikusumo. Rimba Bukit Bangkirai kaya akan keanekaragaman hayati. Terdapat kurang lebih 2.800 jenis flora dan fauna yang didominasi oleh jenis pohon bangkirai, 3.000 jenis jamur, 13 jenis rotan, 24 jenis anggrek termasuk anggrek hitam, 113 burung, mamalia dan serangga.

 

Foto 1. Pos Pendataan sebelum memasuki Wisata Alam Bukit Bangkirai

Di lokasi inilah Otorita Ibu Kota Nusantara (OIKN) melakukan kegiatan Kemah Konservasi dengan tema “Harmoni Nusantara - Kota Hutan yang selaras untuk manusia dan alam” yang turut didukung oleh beberapa mitra serta WWF-Indonesia pada 18-20 Agustus 2023. Kegiatan ini diikuti oleh 18 sekolah tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA) serta Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dari beberapa wilayah yaitu Penajam Paser Utara, Samboja, dan juga Kutai Barat.

Perkemahan singkat ini dilaksanakan dengan harapan dapat memberikan edukasi dan meningkatkan kesadaran kepada generasi muda akan pentingnya hidup berdampingan bersama satwa liar dan dapat melestarikan hutan di calon  Ibu Kota Indonesia dan sekitarnya. Karena generasi inilah nantinya yang akan menjadi penghuni dan harapannya dapat menjadi pemimpin di IKN.


Foto 2. Peserta Kemah Konservasi kerja sama dalam pendirian tenda

WWF-Indonesia, juga turut terlibat dalam kegiatan ini sebagai upaya mendukung pemerintah Indonesia. Memberikan edukasi mengenai pengelolaan sampah dan juga mengisi kegiatan nonton bersama film “Sejak Dini” yang berkisah mengenai bagaimana mengubah kebiasaan atau gaya konsumsi konsumsi sehari-hari untuk menjamin keberlanjutan lingkungan.

Muhammad Ali Imron, Direktur Forest & Wildlife, WWF-Indonesia berpesan, “Peserta Kemah Konservasi adalah para generasi muda yang berada di lingkungan IKN, yang bisa berpartisipasi langsung dalam menjaga kelestarian lingkungan dan alam di dalam dan sekitar IKN. Mereka dengan pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh selama kemah konservasi, diharapkan menjadi modal mengembangkan diri untuk memantau pembangunan IKN yang berkelanjutan.”

Sementara itu, Pungky Widiaryanto, Direktur Pengembangan Pemanfaatan Kehutanan dan Sumber daya Air, Otorita Ibu Kota Nusantara mengatakan, “Kemah konservasi merupakan salah satu kegiatan yang dilakukan oleh OIKN untuk mengajak generasi muda khususnya tingkat SMP dan SMA, karena mereka inilah yang akan menjadi tulang punggung dan harapannya dapat menjadi pemimpin IKN di masa depan.”

---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

MEET THE FUTURE LEADERS OF THE NUSANTARA CAPITAL CITY

The sky was clear. A bright blue color covers the sky. There were no white clouds, let alone dark gray ones. Even though the weather was very hot, I could breathe freely and fill my lungs with Balikpapan's clean air. Of course, the condition of one of East Kalimantan's busiest civilizations is inversely proportional to what I feel in DKI Jakarta. Lately, the air quality of the capital city has been in the spotlight.

Although there are many vehicles passing by, there is no long queue at the crossroads in the middle of Balikpapan. Oh how happy I would be, if I could feel this everyday, experiencing streets without long traffic jams.

People were busy passing by that morning, just as I was rushing to the Bukit Bangkirai Nature Tourism Area, located in Samboja, Kutai Kartanegara. The trip took approximately one and a half hours from the city of Balikpapan to Bukit Bangkirai via car.

Bukit Bangkirai Nature Park is an ecotourism area in Kalimantan managed by PT Inhutani Balikpapan. Operating since March 14, 1998, the inauguration inscription of this 510-hectare natural forest was signed by Ir. Djamaluddin Soerjohadikusumo. The forest of Bukit Bangkirai is rich in biodiversity. There are approximately 2,800 species of flora and fauna dominated by bangkirai tree species, 3,000 species of mushrooms, 13 species of rattan, 24 species of orchids including black orchids, 113 birds, mammals and insects.


 

Photo 1. Data Collection Post before entering Bukit Bangkirai Nature Park

It was at this location that the Nusantara Capital Authority (OIKN) conducted a Conservation Camp with the theme "Harmony of Nusantara- a Forest City in harmony with people and nature" which was also supported by several partners and WWF-Indonesia on August 18-20, 2023. This activity was attended by 18 schools at the Junior High School (SMP), Senior High School (SMA) and Vocational High School (SMK) levels from several regions namely Penajam Paser Utara, Samboja, and West Kutai.

This short camp was held with the hope of educating and raising awareness among the younger generation of the importance of coexisting with wildlife and preserving forests in the future capital city of Indonesia and its surroundings. Because this generation will later become residents and hopefully leaders in IKN.


Photo 2. Participants of the Conservation Camp work together in setting up their tents.

WWF-Indonesia also participated in this activity as an effort to support the Indonesian government. Providing education on waste management and also watching the movie "Sejak Dini" which is about how to change our daily consumption habits or styles to ensure environmental sustainability.

Muhammad Ali Imron, Director of Forest & Wildlife, WWF-Indonesia advised, "The participants of the Conservation Camp are the young generation in the IKN environment, who can participate directly in preserving the environment and nature in and around IKN. They with the knowledge and skills gained during the conservation camp, are expected to be the capital to develop themselves to monitor the sustainable development of IKN."

Meanwhile, Pungky Widiaryanto, Director of Forestry and Water Resources Utilization Development, Nusantara Capital Authority said, "The conservation camp is one of the activities carried out by OIKN to invite the younger generation, especially junior and senior high school level because they will be the backbone and hopefully become the future leaders of IKN."



Cerita Terkini

BMP Perikanan Tuna

Penulis: Maskur Tamanyira (Seafood Saver Officer, WWF-Indonesia)Better Management Practices (BMP), Seri Pandu...

G20 Finance Track Side Events: Building a Resilient Sustainable Financ

Friday (02/18) The G20 Finance Track Side Events on the subject of Building a Resilient Sustainable Finance was he...

PELAYANAN KESEHATAN RUTIN UNTUK MASYARAKAT SUKU TALANG MAMAK DI DUSUN

Sebagai sebuah perusahaan yang mengelola konsesi restorasi ekosistem di Kabupaten Tebo, Provinsi Jambi, PT Alam Bu...

Get the latest conservation news with email