© Yayasan WWF Indonesia / Yudhi Mahendra
 
Siapa yang tak kenal dengan Nusa Tenggara Timur? Kepulauan dengan sejuta pesona dan potensi alam!
Nusa Tenggara Timur (NTT) memiliki begitu banyak potensi wisata bahari yang didukung oleh pulau-pulau kecil di sekelilingnya. Selain pariwisata, perikanan juga menjadi salah satu mata pencaharian utama masyarakat setempat. Aktivitas perikanan di NTT didominasi oleh nelayan skala kecil dengan kapal dan alat tangkap tradisional, yang didukung oleh sumber daya perikanan yang melimpah. Komoditas utama perikanan NTT adalah kelompok ikan karang seperti kakap, kerapu, serta ketambak atau jangki/lencam.
Salah satu wilayah dengan mata pencaharian utama di sektor perikanan ialah Desa Seraya Marannu, di Kabupaten Manggarai Barat. Desa ini adalah salah satu desa nelayan di Pulau Seraya yang terletak hanya sekitar satu jam dari Labuan Bajo. Para nelayan di Desa Seraya Marannu umumnya terlibat aktif dalam kelompok nelayan, seperti Kelompok Usaha Bersama (KUB) Hasil Laut dan KUB Sumber Rejeki. Kedua kelompok ini telah didampingi oleh Yayasan WWF Indonesia sejak tahun 2017 dalam melakukan kegiatan perikanan tangkap yang berkelanjutan.
KUB Hasil Laut dan KUB Sumber Rejeki telah mengikuti berbagai pelatihan dan peningkatan berbagai pengetahuan dari Program Perbaikan Perikanan atau Fisheries Improvement Program (FIP) mengenai praktik perikanan tangkap yang berkelanjutan. Beberapa diantaranya seperti: mengetahui jenis-jenis ikan yang dilindungi, penggunaan alat tangkap yang ramah lingkungan, peraturan mengenai larangan membuang sampah ke laut dengan menyediakan tempat sampah di kapal masing-masing, melengkapi kelengkapan administrasi perikanan, mencatat hasil tangkapan, hingga mengetahui berat kayak tangkap dari beberapa komoditas tangkapan.
"Untuk praktik penangkapan ikan yang ramah lingkungan, itu alatnya sederhana. Kami menggunakan pancing, timah, giring-giring, senar, dan pelampung," jelas Karlin Latuo, salah satu nelayan anggota KUB Sumber Rejeki. Ia juga mengungkapkan terbentuknya dua kelompok ini bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan nelayan sebagai anggotanya.
Selain itu, kedua kelompok ini juga telah menerapkan panduan Better Management Practices (BMP) Ikan Karang yang telah disosialisasikan kepada seluruh anggota kelompok. Persentase kepatuhan para anggota kelompok terhadap BMP juga mengalami kenaikan dari tahun ke tahun. Hal ini menunjukkan peningkatan kapasitas dan pengetahuan nelayan dalam menerapkan praktik perikanan berkelanjutan yang penting bagi keberlangsungan ekosistem.
Tidak hanya pendampingan dalam peningkatan kapasitas dan kepatuhan nelayan dalam pelaksanaan praktik perikanan berkelanjutan, nelayan Desa Seraya Marannu, khususnya KUB Hasil Laut dan KUB Sumber Rejeki juga dibekali dengan rencana pengembangan bisnis melalui kerja sama dengan UD Pulau Mas, perusahaan yang bergerak di bidang jual-beli hasil tangkapan ikan.
Kerja sama dengan UD Pulau Mas membuat nelayan tidak perlu jauh-jauh menjual hasil tangkapannya, karena UD Pulau Mas memiliki keramba yang lokasinya dekat dengan daerah penangkapan nelayan. Meskipun berbisnis dengan nelayan kecil, UD Pulau Mas memiliki standar yang ketat akan ikan hasil tangkapan nelayan yang dapat diterima. Ikan harus dalam keadaan hidup, sehat dan tidak cacat, serta memiliki berat tangkapan minimal per individu.
Ikan dari nelayan pun dihargai dengan nilai yang cukup tinggi, misalnya seekor ikan kerapu sunu dengan berat diatas 500 gram dapat dibeli dengan harga Rp260.000,00 –harga per Oktober 2021--dari nelayan. Hal ini menjadi suatu keselarasan antara perikanan berkelanjutan dengan kesejahteraan nelayan kecil yang patut diterapkan. Selain menjalin kerja sama dengan UD Pulau Mas, KUB Hasil Laut dan KUB Sumber Rejeki juga telah berhasil memperluas bisnis perikanan mereka dengan menjadi salah satu pemasok supplier produk perikanan bagi AYANA Komodo Resort, sebuah hotel berbintang lima di Labuan Bajo.
"Menyambut semangat dari kelompok perikanan di Desa Seraya Marannu yang menerapkan prinsip ramah lingkungan dan upaya perbaikan perikanan, kami berharap semoga kedua kelompok mendapat dukungan di sektor lain seperti industri pariwisata yang berkualitas atau quality tourism, misalnya hotel, restoran atau public sector lain bisa memanfaatkan hasil tangkapan kelompok yang memikirkan keberlanjutan untuk generasi mendatang," ucap Kusnanto, staf Yayasan WWF Indonesia.
Demi melanjutkan upaya perbaikan program perikanan di Desa Seraya Marannu, perlu dilakukan pendekatan kepada kelompok nelayan lainnya, serta pengembangan bisnis yang lebih luas untuk menjamin kesejahteraan nelayan.
Kegiatan Mulung Ciliwung kembali dilaksanakan WWF-Indonesia, relawan HSBC, Komunitas Ciliwung Depok, beberap...
“Seperti anak sendiri karena Mawar sudah menjadi bagian kehidupan masyarakat Alor. Karena ketika kehilangan, rin...
Sematan nama orangutan dalam bahasa Indonesia yang dipakai kalangan internasional merupakan kebanggaan tersendiri ...
Get the latest conservation news with email