Kembali

© WWF-Indonesia

Denaya membawakan reportase saat kegiatan Panda Mobile.



Mengembangkan Kemampuan Public Speaking Bersama Panda Mobile

Posted on 13 July 2020
Author by Denaya Karenzi

“Teman-teman, tahu enggak kalau di Indonesia, ada enam satwa yang dilindungi serta diberikan predikat satwa payung karena keberadaannya memberikan dampak besar bagi satwa lainnya? Enam satwa itu adalah Harimau Sumatra, Badak Jawa, orangutan, gajah sumatra, hiu paus, dan penyu. Selain itu, penting untuk kita menjaga kelestarian air. Bukan karena air di dunia ini akan habis, melainkan kualitasnya yang terus menerus turun karena cuma ada satu persen air di dunia yang bisa kita konsumsi.”

Narasi tersebut merupakan sebagian pengetahuan yang selalu saya bagikan ketika berkegiatan bersama Panda Mobile di sekolah maupun ruang publik. 

Saya mendapatkan ilmu seputar konservasi dari mentoring sebagai volunteer untuk Panda Mobile, salah satu media edukasi yang dimiliki WWF-Indonesia untuk menyampaikan pesan konservasi lingkungan kepada publik. Menjadi volunteer Panda Mobile sejak 2018 adalah salah satu keputusan terbaik yang pernah saya ambil dalam hidup. Mungkin kesannya berlebihan, ya? Namun, beneran deh, one thing leads to another. Panda Mobile yang tujuannya memberikan edukasi masyarakat terkait isu lingkungan, juga menjadi “inkubator” yang mendidik para relawannya untuk belajar banyak hal. Mulai dari isu lingkungan itu sendiri, teamwork, koordinasi, komunikasi, bahkan diplomasi.

Salah satu bentuk komunikasi yang diasah secara intens di Panda Mobile adalah komunikasi publik atau public speaking. Bagi saya, public speaking bukan hal yang baru. Dengan latar belakang pendidikan di sekolah tinggi ilmu komunikasi, saya sangat familiar dengan ilmu retorika ini. Namun, di Panda Mobile saya mendapat kesempatan yang sepertinya tidak bisa ditemukan di tempat lain.

Public speaking tidak hanya tentang “cuap-cuap” di depan umum karena kami membawa pesan konservasi. Secara tidak langsung, kami merepresentasikan salah satu organisasi lingkungan terbesar di dunia, yaitu WWF. Kami juga dibekali dengan ilmu yang mumpuni. Belajar mengenai isu lingkungan, berdiskusi dengan para ahli yang terjun langsung ke lapangan, mencoba memahami audiens, menjadi pemateri yang menarik, dan menyerap ilmu dari narasumber lain saat menyampaikan materi dalam satu forum yang sama.

Kegiatan kunjungan Panda Mobile kebanyakan ditujukan ke sekolah, jadi kami berkesempatan untuk merasakan berbicara di depan anak-anak. Tentu ini membutuhkan pendekatan yang berbeda dengan yang biasa kami lakukan di depan kelas atau dosen. Sejujurnya, saya bukan orang yang menyukai anak-anak, tapi karena "Panmob"–panggilan akrab Panda Mobile–saya belajar berkomunikasi dengan para peserta cilik tersebut dan ternyata menyenangkan!

Februari 2018 lalu, saya berkesempatan untuk menjadi fasilitator di depan siswa SDN 01 Menteng bersama tim Panda Mobile WWF-Indonesia lainnya. Sekolah dasar tempat Barack Obama menuntut ilmu. Kemudian, yang lebih mengejutkan lagi kami menjadi pemateri bersama Tulus karena beliau merupakan salah satu warrior WWF-Indonesia yang mengampanyekan konservasi gajah. Rasanya seperti mendapatkan backstage pass untuk ngobrol bareng Tulus.

Remember that I said one thing leads to another?  Dengan kemampuan public speaking yang diasah terus-menerus, terbukalah kesempatan untuk menjadi moderator dalam program Diskusi Konservasi (Disko). Program edukasi lainnya yang dimiliki WWF-Indonesia dengan tema yang beragam, narasumber ahli di bidangnya, dan terbuka untuk umum. Audiensnya jelas berbeda dengan yang biasa saya temukan saat bertugas ke sekolah-sekolah. Jika biasanya anak-anak, dalam Disko ini audiensnya mulai dari mahasiswa, eksekutif muda, bahkan orang-orang yang memiliki usia dan pengalaman jauh di atas saya. Selain itu, menjadi moderator juga cukup tricky, karena harus bisa melontarkan pertanyaan yang membuka kesempatan untuk narasumber memberikan pemaparan yang menjadi bagian pokok dan sesuai harapan audiens. Ditambah lagi, biasanya Diskusi Konservasi disiarkan langsung di Facebook Live, jadi makin deg-degan deh.

Apakah pernah terbayangkan ketika kamu harus memandu live streaming di Facebook, sambil memungut sampah anorganik di Kali Ciliwung sekaligus mewawancarai narasumber? Hal ini pernah saya lewati saat bertugas menjadi volunteer. Benar-benar pengalaman yang  bisa didapatkan jika kamu menjadi bagian dari Panda Mobile.

Kemampuan lain yang turut diasah selama menjadi volunteer adalah kemampuan berbahasa Inggris. Sering sekali kami dituntut untuk menyampaikan atau memahami materi berbahasa Inggris. Bahkan saya pernah ditugaskan menyampaikan materi konservasi di sebuah sekolah internasional yang siswanya lebih lancar berbahasa Inggris dan Mandarin daripada bahasa Indonesia. Makanya, salah satu persyaratan menjadi volunteer Panda Mobile adalah kemampuan berbahasa Inggris.  Namun, kamu jangan khawatir, kemampuan berbahasa asing ini dapat kita pelajari bersama karena yang terpenting adalah kemauan untuk belajar.

Banyak sekali pelajaran yang saya dapatkan selama menjadi volunteer Panda Mobile. Berkat Panda Mobile juga, saya merasa mendapatkan keluarga baru yang senantiasa mendukung saya untuk terus belajar dan mengembangkan diri. Selama kita mau membuka diri untuk berbagai kesempatan, trust me, the opportunity is endless!

Bagi saya, Panda Mobile really did open up the possibility even to the most unimaginable things. Semoga kamu mendapat kesempatan yang sama bahkan lebih mengasyikkan ya saat bergabung dengan Panda Mobile!


Cerita Terkini

Generation M for Mangrove

Foto karya Victor Fidelis Sentosa ini mendapat penghargaan kategori the Best of Mangroves & Communities pada k...

Ikan Mola-Mola Terdampar di Muara Sungai Waehaong, Teluk Ambon

Oleh: Abdul Maskur Marasabessy/MPA and Biodiversity Officer Seram Seascape Jumat, 11 Januari 2019, seekor ika...

Api Semangat Kaum Muda Tanah Air Indonesia di KATA Indonesia

Kaum Muda Tanah Air (KATA) Indonesia merupakan suatu ruang bagi kaum muda di seluruh Indonesia dimana diperbincang...

Get the latest conservation news with email