© Yayasan WWF Indonesia
.
Apa yang terbayang ketika mendengar ‘Lahan Basah?’ Lahan basah merupakan lahan di mana air bertemu dengan tanah, contoh dari lahan basah antara lain bakau dan lahan gambut. Bila diibaratkan, keberadaan lahan basah itu seperti pembuluh darah yang menghubungkan seluruh bentang alam dengan keanekaragaman hayati termasuk manusia. Keberadaanya sangat penting, dengan adanya lahan basah dapat mencukupi kebutuhan air bersih untuk ala mini.
Keberadaan lahan basah merupakan system ekologi alam yang berfungsi menjaga kondisi Bumi untuk terhindar dari kekeringandan pemanasan global, manajemen tabungan air (menjaga limpahan air berlebih saat banjir dan menyuplai air saat kering) serta menjadi penyimpan karbon terbesar dalam penyumplai oksigen terbesar bagi Bumi serta keanekaragaman hayati yang tinggi yang bila rusak akan butuh waktu Panjang memperbaikinya kembali.
Kampung Minta yang berada di wilayah administrasi Kecamatan Penyinggahan, Kabupaten Kutai Barat, adalah kampung yang berada dalam Kawasan Danau Melintang, merupakan salah satu dari 3 danau besar termasuk Danau Cascade yang merupakan juga habitat pesut Mahakam di Kalimantan Timur. Salah satu tipikal permukiman di pinggiran sungai mahakam yang menhubungkan tipe ekologi riparian ke tipe ekologi hutan lahan basah. Masyarakat kampung minta memliki kearifan lokal dalam pelestarian lingkungan,yang penamaanya disesuaikan berdasarkan kemudahan dalam mengingat lokasi tersebut, nama hutan kahoi sendiri tersebut karena melimpahnya vegetasi dengan luas ± 3.000 hektar. Ancaman keberadaan hutan datang bukan hanya dari kebakaran hutan dan lahan, namun juga eksploitasi berlebih dan pemanfaatan keanekaragaman hayati yang tidak ramah. Khususnya dilakukan oleh masyrakat sekitar Kawasan lahan basah. Hutan Kahoi sebagai sumber air danau, dimanfaatkan warga Kampung Minta untuk tempat pemijahan ikan saat musim kemarau sejak tahun 1960 hingga saat ini.
Melalui program NEWtrees, PT Bank Tabungan Pensiunan Syariah Tbk. (BTPN Syariah) berkomitmen untuk bersinergi dengan pemangku kepentingan lainnya dalam melakukan penanaman pohon di lahan kritis yang berlokasi Daerah Aliran Sungai (DAS) Mahakam.Hal ini bertujuan untuk dapat memulihkan kembali fungsi hutan pada ekologi ekosistem aslinya, serta memberikan manfaat secara langsung maupun tidak langsung dalam hadirnya konservasi berbasis masyrakat sekitar Kawasan lahan basah khususnya masyarakat kampung minta.
Untuk memastikan program ini berkelanjutan karena adanya keterlibatan dan rasa kepemilikan dari masyarakat, kegiatan penanaman dilakukan melalui kelompok pemuda karang taruna setempat. Pada tanggal 2-5 Agustus 2020 lalu, telah dilakukan penanaman sebanyak 2.000 bibit pohon yang terdiri dari beluma (Syzigium sp) dan kahoi (Shorea blangeran) di area seluas kurang lebih 3 hektar. Untuk memantau pertumbuhan pohon ini digunakan metode geotagging dengan memanfaatkan aplikasi Geotag, adalah informasi yang melekat secara virtual pada tanaman berupa koordinat, jenis, tinggi, keliling dan foto yang dapat dipantau dari portal NEWtrees WWF.
Bibit bibit kahoi dan beluma pada tingkat pancang akan dirawat dan dipantau dilapangan dalam kurun waktu 2 tahun pertama yang merupakan waktu krusial bagi perkembangan pohon di alam. Dan Selama 6 bulan sekali akan dilakukan monitoring dan geotagging kembali, bila ditemukan ada pohon yang mati makan akan diganti (sulam).
Inisiatif kemitraan antara BTPN Syariah dan Yayasan WWF Indonesia ini diharapkan dapat memberi kesempatan bagi masyarakat luas untuk memahami dan berkontribusi dalam upaya-upaya konservasi dan pelestarian alam yang berkelanjutan di Indonesia, sekaligus meninggalkan jejak yang lestari dan bermanfaat bagi Bumi dan segala isinya.
Festival Subayang – Bio kembali digelar pada akhir minggu lalu (30-31 Maret) di Desa Gema, Kampar Kiri Hulu, Kam...
Pandemi Covid-19 telah menjadi mimpi buruk bagi berbagai sektor di Indonesia, upaya-upaya pembatasan sosial demi m...
Jakarta, 6 November 2019 – Dalam semangat merayakan Hari Cinta Puspa dan Satwa Nasional (HCPSN 2019) yang diperi...
Get the latest conservation news with email