Kembali

© Tarina Rodriguez / WWF-US

  



Mangrove, Perisai Daratan dari Gelombang di Labuan Bajo

Posted on 28 July 2023
Author by Yayasan WWF Indonesia / Kusnanto – Site Coordinator for Flores Water

Hari Mangrove Sedunia yang diresmikan oleh UNESCO sejak tahun 2015 diperingati setiap tanggal 26 Juli. Peringatan ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran tentang pentingnya ekosistem mangrove dan mempromosikan konservasi mangrove secara berkelanjutan. Di Indonesia, berdasarkan Peta Mangrove Nasional oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Tahun 2021, Indonesia memiliki total mangrove seluas 3.364.080 Ha.

Mengambil momentum tersebut, pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur melalui Kantor Cabang Dinas Kelautan dan Perikanan Wilayah Kerja Manggarai Timur, Manggarai dan Manggarai Barat, dengan dukungan Pasar Modal Indonesia dan Yayasan WWF Indonesia melakukan webinar dengan tema ‘Peran Mangrove sebagai Garda Terdepan Lindungi Daratan dari Gelombang’ diikuti sebanyak 90 orang partisipan. Pelestarian Mangrove di Labuan Bajo merupakan salah satu program besar yang didukung Pasar Modal Indonesia, diantaranya melakukan penanaman pohon mangrove dan edukasi tentang pentingnya mangrove bagi ekosistem, baik kepada masyarakat lokal maupun wisatawan yang berwisata ke Labuan Bajo.


Gambar 1 Sambutan yang diberikan oleh ibu Plt Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi NTT, beliau mengajak kita semua untuk bisa melalukan kelestarian bersama untuk ekosistem mangrove terkhusus di Provinsi Nusa Tenggara Timur


Pelaksana tugas (Plt) Kepala Dinas Kelautan Perikanan Provinsi NTT, Stefania Tunga Boro, S.Pi, MM., menyampaikan “Peran dan fungsi mangrove perlu kita perhatikan kembali, dengan berbagai macam ancaman yang terjadi dalam pembangunan dan aktivitas manusia lainnya, keberadaan mangrove di sekitar kita sangatlah penting. Salah satu nya jika kita lihat mangrove sebagai pelindung daratan dari gelombang”, ungkapnya saat membuka webinar.

Webinar ini juga turut menghadirkan empat narasumber terdiri dari perwakilan pemerintah, praktisi lingkungan dan kelompok masyarakat, yaitu Robertus Eddy Surya, S.Pi MP., selaku Kepala Cabang Dinas Mangarai Timur, Manggarai, dan Manggarai Barat; Paspha Ghaishidra Muhammad Putra selaku Manajer Humas IKAMaT (Inspirasi Keluarga Alumni Kesemat); Ahmad Burhan selaku Ketua Kelompok Alam Sejati; dan Muhammad Erdi Lazuardi dari Yayasan WWF Indonesia.

Diskusi ini juga diawali dengan berbagai informasi regulasi dalam menjaga kelestarian ekosistem mangrove salah satunya termuat di UU RI No. 1 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas UU RI No. 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau - Pulau Kecil. Robertus Eddy menjelaskan fungsi dari mangrove secara fisik, ekologi dan ekonomi. Secara fisik keberadaan mangrove dapat meredam badai, gelombang tsunami, dan abrasi. Secara ekologis mangrove berfungsi dalam proses produktifitas primer, memijah, tempat pembibitan/pembesaran dan tempat mencari makan bagi banyak biota khususnya berbagai jenis ikan, kepiting dan udang, export nutrient, pollutant trap dan carbon sink. Secara ekonomi banyak keuntungan bisa didapat baik entah secara langsung maupun tidak langsung, termasuk di antaranya jasa lingkungan.

 

Gambar 2  Proses diskusi yang dipandu oleh moderator Bonefasius Ambon S.Kel. dengan memberikan kesempatan kepada audiense untuk memberikan pertanyaan yang ditampung terlebih dahulu di kolom chat. 

IKAMaT dan Kelompok Alam Sejati juga menyampaikan pandangan dalam melakukan skema penjagaan mangrove, upaya rehabilitasi, pemanfaatan ekosistem mangrove dan edukasi masyarakat. Skema penjagaan mangrove bisa melalui riset atau mengrove data, pelatihan-pelatihan, pembuatan produk hasil mangrove, media, dan donasi. IKAMaT melakukan upaya rehabilitasi di Kota Serang dan Tulungagung seluas 103.69 Ha dengan kelulusan hidup bibit mangrove sebesar 71,3 persen, sedangkan kelompok Alam Sejati melakukan upaya rehabilitasi di Desa Golo Sepang seluas 53 Ha dengan keberhasilan hidup sekitar 60-70 persen. 

Pembelajaran menarik lainnya juga disampaikan oleh Ahmad Burhan, “Proses penanaman mangrove ini dilakukan secara kolaboratif oleh masyarakat lokal dimana pada awalnya mereka tidak tahu jika mangrove memiliki manfaat ekologis untuk melindungi daratan dari ancaman gelombang dan abrasi.”

Ada beberapa ruang kolaborasi yang bisa dilakukan di Kabupaten Manggarai Barat diantaranya pengembangan pembangunan tracking mangrove, edukasi masyarakat baik siswa sekolah atau umum, penguatan kelembagaan untuk menguasai informasi digital, sarana pendukung penanaman mangrove, pengawasan aktivitas yang dilakukan di dalam hutan mangrove dan riset secara berkala. “Satu pohon bisa menjadi hutan, satu senyuman bisa jadi perhatian, satu kebaikan akan membawa keberkahan,” tutup Burhan.


Gambar 3  Tangkapan layar proses webinar penyadartahuan masyarakat, M.Erdi Lazuardi sedang memaparkan bagaimana peluang dan ancaman terhadap ekosistem mangrove dan pesisir

Pengembangan Kawasan Konservasi di Perairan Indonesia juga turut mendukung pelestarian ekosistem mangrove. “Peluang dan tantangan dari aspek aset alam, sosial ekonomi dan budaya serta tata kelola yaitu Kawasan Konservasi perlu dikelola efektif, mengoptimalkan perlindungan mangrove dalam kawasan konservasi di perairan, yang saat ini baru 2%. Bisa juga mengoptimalkan peluang ekonomi berbasis mangrove seperti pariwisata, perikanan,” ujar Muhammad Erdi Lazuardi.

Pemerintah masih menargetkan untuk melakukan restorasi ekosistem mangrove sebesar 600.000 ha. Erdi juga menyampaikan bahwa masyarakat dapat berperan dengan melakukan aktivitas sesuai dengan panduan yang ada, turut bergabung dalam aksi penanaman mangrove, mengurangi penggunaan plastik sekali pakai, maupun  aktif dalam jejaring atau pegiat lingkungan.


---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

MANGROVES, SHIELDING THE LAND FROM WAVES IN LABUAN BAJO

World Mangrove Day was inaugurated by UNESCO in 2015 and is commemorated every July 26. This commemoration aims to raise awareness about the importance of mangrove ecosystems and promote sustainable mangrove conservation. In Indonesia, based on the National Mangrove Map by the Ministry of Environment and Forestry in 2021, Indonesia has a total mangrove area of 3,364,080 Ha.

Taking this momentum, the East Nusa Tenggara Provincial government through the Branch Office of the Marine and Fisheries Service of the East Manggarai, Manggarai, and West Manggarai Working Areas, with the support of the Indonesian Capital Market and the WWF-Indonesia conducted a webinar with the theme 'The Role of Mangroves as the Front Guard to Protect Land from Waves' attended by 90 participants. Mangrove conservation in Labuan Bajo is one of the major programs supported by the Indonesian Capital Market, including planting mangrove trees and education about the importance of mangroves for the ecosystem, both to local communities and tourists traveling to Labuan Bajo.

Acting Head of the Marine Fisheries Service of NTT Province, Stefania Tunga Boro, S.Pi, MM., said "We need to pay attention to the role and function of mangroves, with various kinds of threats that occur in development and other human activities, the existence of mangroves around us is very important. One of them is if we see mangroves as land protection from waves, "he said when opening the webinar.

This webinar also presented four speakers consisting of government representatives, environmental practitioners, and community groups, namely Robertus Eddy Surya, S.Pi MP., as Head of the East Mangarai Office, Manggarai, and West Manggarai Branch; Paspha Ghaishidra Muhammad Putra as Public Relations Manager of IKAMaT (Inspiration of Kesemat Alumni Family); Ahmad Burhan as Chairman of the True Nature Group; and Muhammad Erdi Lazuardi from WWF Indonesia Foundation.

This discussion also began with various regulatory information on maintaining the preservation of mangrove ecosystems, one of which is contained in Law of the Republic of Indonesia No. 1 of 2014 concerning Amendments to Law of the Republic of Indonesia No. 27 of 2007 concerning Management of Coastal Areas and Small Islands. Robertus Eddy explained the physical, ecological, and economic functions of mangroves. Physically the existence of mangroves can dampen storms, tsunami waves, and abrasion. Ecologically mangroves function in the process of primary productivity, spawning, breeding/enlargement, and foraging for many biota, especially various types of fish, crabs, and shrimp, export nutrients, pollutant traps, and carbon sinks. Economically, many benefits can be obtained either directly or indirectly, including environmental services.

IKAMaT and the Alam Sejati group also expressed their views on carrying out mangrove protection schemes, rehabilitation efforts, mangrove ecosystem utilization, and community education. Mangrove protection schemes can be through research or data harvesting, training, making mangrove products, media, and donations. IKAMaT carried out rehabilitation efforts in Serang and Tulungagung cities covering an area of 103.69 Ha with a survival rate of 71.3 percent of mangrove seedlings, while the Alam Sejati group carried out rehabilitation efforts in Golo Sepang Village covering an area of 53 Ha with a life success of around 60-70 percent. 

Another interesting lesson was also conveyed by Ahmad Burhan, "The process of planting mangroves is carried out collaboratively by local communities where at first they did not know if mangroves have ecological benefits to protect land from the threat of waves and abrasion." 

There are several collaboration spaces that can be done in West Manggarai Regency including the development of mangrove tracking development, public education for both school and public students, institutional strengthening to master digital information, supporting facilities for mangrove planting, supervision of activities carried out in mangrove forests and regular research. "One tree can be a forest, one smile can be a concern, one kindness will bring blessings," Burhan concluded.

The development of Conservation Areas in Indonesian waters also supports the preservation of mangrove ecosystems. "Opportunities and challenges from the aspects of natural, socio-economic and cultural assets and governance, namely Conservation Areas need to be managed effectively, optimizing mangrove protection in protected areas in waters, which is currently only 2%. It can also optimize mangrove-based economic opportunities such as tourism, and fisheries," said Muhammad Erdi Lazuardi.

The government is still targeting to restore mangrove ecosystems of 600,000 ha. Erdi also said that the community can play a role by carrying out activities in accordance with existing guidelines, participating in mangrove planting actions, reducing the use of single-use plastics, or being active in networks or environmental activists.


Cerita Terkini

Klub OASE Melihat Aktivitas Masyarakat Sekitar Sungai Subayang Menjaga

Selamat datang di Desa Tanjung Belit. Sebuah desa yang berada di bentang alam Bukit Rimbang, Bukit Baling. Dari Ko...

Call For Proposal ! Consultant for Conducting Mapping Study on Privat

WWF’s No Plastic in Nature initiative (WWF NPIN) was founded in 2018 and its goal is to stop leakage of plastic ...

Menjadi Volunteer

Nama saya I Wayan Bayu Anggara, biasa dipanggil Wayan. Saya tinggal di Kota Pontianak. Saat ini saya adalah mahasi...

Get the latest conservation news with email