© Earth Hour Jayapura
.
Proses mengajarkan ilmu kepada orang lain bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan. Selain menguasai ilmu, metode penyampaian juga menjadi faktor penting dalam menentukan seseorang dapat menerima informasi secara optimal atau tidak.
Menyampaikan informasi pada anak-anak menjadi tantangan tersendiri baik dari jenis informasinya, metode, serta waktu penyampaiannya. Belum lagi anak-anak lekas bosan sehingga bagi mereka bentuk visual dan audio yang memiliki intonasi jauh lebih menarik. Dengan adanya perkembangan teknologi, anak mudah mendapatkan informasi yang ditawarkan melalui gadget maupun televisi. Namun, komunikasi yang terjadi hanya secara satu arah dan mengurangi kreativitas anak. Hal ini tidak berlaku dalam metode storytelling dimana komunikasi terjadi dua arah. Dengan suasana menyenangkan dalam membawakan cerita, pembelajaran menggunakan metode storytelling dapat menjadi lebih efektif.
Yaysan WWF-Indonesia dan Earth Hour (EH) melalui program ESD melakukan kegiatan Training of Trainer yang melibatkan perwakilan komunitas dan sekolah alam Sawesuma. Jumlah peserta yang hadir sekitar 36 orang. Dalam kegiatan ini, peserta dibagi menjadi 5 kelompok materi yaitu cenderawasih, penyu belimbing, kura-kura moncong babi, noken, dan sagu. Kelima materi tersebut merupakan keanekaragaman hayati yang identik keberadaannya di Tanah Papua sehingga menjadi identitas dan dikenalkan kepada seluruh pendengar. Selain peserta diajarkan untuk mengembangkan materi, peserta juga belajar untuk menggunakan materi tersebut sebagai bahan edukasi dan kampanye di komunitas masing-masing.
Materi kali ini mengarah pada storytelling atau dalam bahasa Indonesia dikenal dengan mendongeng. Apa itu storytelling? Storytelling merupakan usaha yang dilakukan oleh storyteller dalam menyampaikan isi perasaan, buah pikiran atau sebuah story kepada anak-anak secara lisan (Malan, 1991). Menggabungkan fakta dan cerita menarik untuk disampaikan kepada pendengar agar mereka antusias dengan cerita yang disampaikan.
Metode storytelling merupakan salah satu cara dalam memberikan informasi yang membutuhkan koneksi antara storyteller (pencerita) dengan pendengar. Koneksi yang terbentuk dapat mendukung dan diterapkan dalam metode storytelling untuk mengajarkan kepada anak-anak pentingnya konservasi dan peduli lingkungan melalui bentuk cerita yaitu dongeng.
Setelah mengikuti pelatihan, peserta diharapkan mampu menyusun materi tersebut secara inovatif, kreatif, dan menyenagkan. Pelatihan ini dimentori oleh Paman Gery yang merupakan salah satu pendongeng Indonesia. Beliau memulai karir mendongengnya sejak tahun 1994 yang diawali dengan menangnya Paman Gery sebagai juara dalam lomba mendongeng. Saat itulah Paman Gery mulai tekun dan terus membagikan hal-hal positif melalui dunia dongeng. Salah satu ilmu yang dibagikan oleh beliau adalah cara membuat cerita atau dongeng. Berbekal panduan dari Paman Gery, peserta menyusun cerita sesuai dengan kebiasaan dan kehidupan sosial masyarakat di Papua. Tidak lupa, gaya bicara, perilaku, dan suasananya pun didasari atas kondisi alam di Papua.
Giovany yang merupakan salah satu peserta dari komunitas EH Jayapura mengakui bahwa pelatihan ini merupakan pengalaman menarik dan sangat bermanfaat. “Kereen, ketika kita bisa lebih mengenal banyak tentang alam, dan bisa buat cerita dari situ,” ujarnya.
Pada saat presentasi dari masing-masing kelompok, Paman Gery memberikan arahan untuk menggunakan dialek lokal yang sering diucapkan di Papua. Selain itu, intonasi dan ekspresi suara juga harus diperhatikan dan disesuaikan dengan situasi pada kalimat yang akan diucapkan.
Penyusunan materi tidak menjadi bagian terakhir dalam pelatihan ini. Dari materi tersebut, audio visual kemudian disusun dalam bentuk animasi yang sesuai dengan karakter tokohnya. Animasi audio visual ini nantinya akan menjadi materi pembelajaran di daerah Papua dan Papua Barat. Selain itu, output ini juga menjadi materi yang dapat dibagikan di daerah lain di Indonesia bagi anak-anak yang ingin mengetahui tentang bagaimana interaksi manusia dengan alam di Tanah Papua.
Saya dan seorang kawan berhenti berjalan dan terdiam. Dihadapan saya, berjarak hanya sekitar 3 meter, satu individ...
Komoditas rumput laut dicap sebagai komoditas sampingan, meskipun kegiatan budidaya pada jaman sebelum itu menjadi...
Pada Sabtu (07/09) lalu, WWF-Indonesia mengundang 41 relawan baru untuk menghadiri pertemuan perdana volunteer Pan...
Get the latest conservation news with email